Menyiapkan Masa Depan Dunia Kerja dengan Investasi Kesehatan
Pandemi mempercepat laju penerapan otomatisasi dan digitalisasi serta menuntut masyarakat adaptif sejalan dengan norma baru yang timbul akibat dampak COVID-19. Otomatisasi proses bisnis, digitalisasi ekonomi, dan munculnya bentuk-bentuk pekerjaan baru akan mempengaruhi dunia kerja dan ekonomi. Terlebih dengan Indonesia yang memulai proses transisi dari pandemi ke endemi hal ini menjadi ujian besar dalam memulai “new normal” yang sebenarnya. Pemulihan ekonomi akan beralih baik dengan investasi pada kesehatan.
Dalam diskusi webinar Tren Masa Depan Dunia Kerja dan K3 Usai Pandemi yang diselenggarakan oleh International Labour Organization (ILO) bersama Katadata menjelaskan bahwa upaya-upaya persiapan diperlukan untuk menghadapi krisis kesehatan masyarakat di masa depan, dimulai dari ketahanan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), mendorong pekerja dengan pekerjaan yang rentan untuk segera mengikuti pelatihan atau keterampilan baru, dan juga menerapkan strategi bagi pelaku usaha untuk beroperasi dengan cara kerja baru.
“Skenario selama masa pandemi ini, kita masih berada pada tahapan disaster relief. Di tahap itu pemerintah harus berfokus pada tiga hal yaitu sektor kesehatan, pendampingan sosial masyarakat dan dukungan terhadap Usaha Kecil dan Menengah,” kata Chatib Basri, Ahli Ekonomi dan Mantan Menteri Keuangan dalam acara webinar Rabu (10/11/2021).
Dengan berfokus pada penanganan pandemi dan kasus di Indonesia semakin menurun maka pelan-pelan akan tercipta permintaan di masyakarat yang mana produksi akan kembali bergulir sehingga bisnis dapat kembali beroperasi, dan terbukanya lapangan kerja.
Kazutoshi Chatani, Spesialis Bidang Ketenagakaerjaan ILO, mengungkapkan upaya pencegahan penularan Covid-19 di tempat kerja perlu diperluas agar bisnis bisa kembali berjalan. “Sekarang ini banyak perubahan dalam dunia bisnis. Teknologi lebih banyak digunakan untuk mengurangi interaksi antar manusia. Perubahan ini membuat kita harus berpikir bagaimana masa depan dunia kerja setelah pandemi berakhir,” kata Chatani.
Webinar yang digelarkan oleh ILO dibawah proyek “Meningkatan Pencegahan COVID-19 di dan melalui Tempat Kerja” yang didanai oleh Pemerintah Jepang turut menghadirkan Masato Usui dari Kedutaan Besar Jepang, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Pandu Riono Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Aloysius Budi Santoso Chief of Corporate Human Capital Development Astra International dan Vice Chairperson APINDO, serta Elly Rosita Silaban Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI).
Ahli Epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, merasa optimis bahwa pandemi di Indonesia akan segera menjadi endemi, di mana masih ada penularan virus namun tidak membebani fasilitas kesehatan yang ada di negara ini. Hal ini karena selama dua bulan ini Indonesia sudah bisa menekan dampak pandemi tersebut. “Kita sudah berhasil menekan angka orang yang sakit dengan gejala COVID-19 berat dan jumlah orang yang meninggal,” kata Pandu.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengingatkan, saat ini masih terdapat risiko yang sangat tinggi untuk menggerakan roda perekonomian secara normal. Tempat kerja merupakan lokus penularan COVID-19 yang sangat tinggi. Aktivitas di tempat kerja menjadi salah satu penentu keberhasilan penanganan pandemi.
Elly Rosita Silaban Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) mengatakan, untuk menyelamatkan kehidupan para pekerja ini dibutuhkan kerjasama yang baik antara pekerja dengan pemerintah dan pengusaha. Pekerja tidak bisa lagi hanya menuntut hak-hak mereka kepada pemerintah dan pengusaha. “Pekerja juga harus ikut andil untuk memikirkan bagaimana agar perusahaan tempat mereka bekerja bisa kembali menjalankan bisnisnya. Tentu saja pekerja harus sangat patuh dengan aturan kesehatan yang ditetapkan,” kata Elly.
Tantangan untuk mengubah pola kerja dan keterampilan yang dimiliki menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia. Aloysius Budi Santoso Chief of Corporate Human Capital Development Astra International dan Vice Chairperson APINDO, mengatakan bahwa mayoritas industri atau perusahaan di Indonesia 70 persen pekerjanya hanya lulusan SD dan SMP. Tingkat pendidikan rendah membuat pekerja sulit bertahan di era industri yang sangat dikuasai oleh teknologi.
Hal ini juga terlihat di sektor Usaha Kecil dan Menengah dimana sebagian besar pelakunya masih gagap teknologi karena pendidikan mereka rendah. “Untuk mengejar ketertinggalan ini perlu dipikirkan strategi yang pas,” kata Budi.
Hasil survey Katadata Insight Center terkait sistem kerja pasca pandemi COVID-19 terhadap 368 responden di seluruh wilayah Indonesia menunjukkan bahwa penyelenggaraan Work From Home (WFH) dinilai tidak sepenuhnya sukses. Responden sebanyak 44,3 persen menyatakan WFH kurang sukses, lebih banyak dari 37,5 persen responden yang menganggap kerja jarak jauh sukses.
Kolaborasi pekerjaan dalam satu perusahaan dengan cara baru imbas pandemi dipandang lebih baik Lebih oleh 40 persen responden dan lebih dari 20 persen menilai kegiatan pelatihan pekerja/buruh dinilai sulit untuk dilakukan.
Pandemi mendorong perusahaan untuk memprioritaskan isu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Para pekerja berharap perusahaan menerapkan protokol kesehatan yang ketat ketika masuk kantor dan opsi WFH selama beberapa kali dalam seminggu menjadi pilihan kedua dari seluruh responden.
Sementara itu, terjadi perubahan perilaku kerja dimana hampir 70 persen pekerja berencana menjalani hidup jauh dari lokasi kantor untuk sementara. Ada juga responden, sebanyak hampir 20 persen berencana pindah permanen dari lokasi kantor dan memutuskan kerja jarak jauh.