Menkes Prediksi Puncak BA.4 - BA.5 Lebih Rendah dari Omicron dan Delta
Kasus Covid-19 di Indonesia sudah mulai menunjukkan tren peningkatan selama empat minggu belakangan. Ini sejalan dengan masuknya subvarian Omicron yakni BA.4 dan BA.5.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memprediksi bahwa puncak penularan dan kasus hospitalisasi subvarian baru ini sekitar sepertiga dari puncak varian Delta dan Omicron. Hal ini didapatkannya dari pengamatan di Afrika Selatan, tempat pertama subvarian ini teridentifikasi.
“Jadi walaupun BA.4 dan BA.5 menyebabkan kenaikan kasus di berbagai negara, tetapi puncak dari kenaikan kasusnya maupun hospitality atau kematiannya jauh lebih rendah dibandingan Omicron yang awal,” kata Budi dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (13/6).
Selain itu kasus kematian yang disebabkan subvarian ini sekitar satu persepuluh dari kasus kematian pada gelombang Delta dan Omicron. Meski demikian, pemerintah juga akan menjaga agar tidak terjadi gelombang penularan yang tinggi.
Budi juga mengatakan bahwa penanganan kasus Covid-19 di Tanah Air tergolong dalam tahap yang baik. Hal ini lantaran Indonesia masih berada di bawah indikator corona yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia atau WHO.
Tiga indikator transmisi yang ditetapkan WHO, yakni jumlah kasus terkonfirmasi per minggu, positivity rate, serta angka reproduksi kasus aktif. WHO menetapkan angka kasus konfirmasi di level pertama adalah maksimum 20 kasus per 100 penduduk per minggunya. Sementara Indonesia berada di angka satu kasus per 100 penduduk per minggunya.
Kemudian, WHO juga memberi standar positivity rate sebesar 5%, sementara Indonesia masih di angka 1,36%. Indikator terakhir yakni jumlah reproduksi kasus aktif ditetapkan WHO sebesar lebih dari satu.
“Ini yang relatif perlu dimonitor, karena kita masih di angka satu. Jadi dari tiga indikator transmisi, kondisi Indonesia masih baik,” kata Budi.
Sedangkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut angka reproduksi kasus efektif di Indonesia relatif stabil di angka satu. Pulau Jawa dan Sumatera memiliki nilai reproduksi kasus efektif di angka 1.
Kemudian Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua berada di angka 0,99. Angka reproduksi kasus aktif terendah berada di Maluku sebesar 0,98.
Dia juga menyoroti dua provinsi yang angka vaksinasi dosis pertamanya masih di bawah angka 70% yakni Papua dan Papua Barat. Untuk vaksin dosis kedua, masih ada 10 provinsi yang angka vaksinasinya di bawah 70%. “Nah, provinsi yang masih relatif rendah, di bawah 50% adalah Maluku, Papua Barat, dan Papua,” kata Airlangga.
Adapun tingkat kesembuhan nasional Indonesia berada di angka 97%. Sedangkan kemudian total rasio kematian berada di angka 2,58.