Menlu Retno Jelaskan Nasib 1.500 Pengungsi Rohingya di Indonesia
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan Indonesia kedatangan 644 orang pengungsi Rohingya dari Myanmar dalam tiga bulan terakhir, Mereka datang lewat jalur laut dan masuk melalui Provinsi Aceh.
"Dengan tambahan ini, maka terdapat 1500 migran etnis Rohingya teregistrasi di Indonesia," kata Retno dalam konferensi pers awal tahun Kemenlu, Rabu (11/1).
Retno mengatakan saat ini penyelesaian masalah pengungsi Rohingya tidak mengalami kemajuan. Bahkan, ia menyebut penanganan menjadi semakin sulit dikarenakan situasi di Myanmar. .
"Isu Rohingya tidak dapat diselesaikan jika akar masalah di Myanmar tidak diselesaikan," kata Retno.
Menurut Retno sejauh ini negara ASEAN telah berupaya untuk membantu penyelesaian etnis Rohingya. ASEAN di bawah keketuaan Kamboja telah mendorong pelaksanaan Five-Point Consensus (5PC) untuk Myanmar. Retno mengatakan inisiatif ini akan terus dilanjutkan pada masa keketuaan Indonesia di ASEAN.
“Indonesia terus mendorong implementasi 5PC, antara lain melalui inisiasi pertemuan para Menteri Luar Negeri di jakarta dan di Phnom Penh dan pertemuan para tingkat leaders di Phnom Penh, November tahun lalu,” ujar Retno.
Lebih jauh Retno menyebut, pemerintah Indonesia kecewa terhadap implementasi 5PC oleh junta militer Myanmar yang tidak mengalami kemajuan signifikan. Retno memastikan pemerintah akan terus mengupayakan penyelesaian konflik di Myanmar.
Mengenai keberadaan pengungsi Rohingya di Indonesia, United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) Perwakilan Indonesia mengingatkan para imigran Rohingya, khususnya di Aceh, untuk tidak melakukan perjalanan tidak resmi karena bisa membahayakan mereka sendiri. Legal Associate UNHCR Indonesia, Diovio Alfath mengatakan pengungsi juga diminta untuk tidak melakukan perjalanan yang membahayakan nyawa.
Berdasarkan data UNHCR, sampai hari ini pengungsi Rohingya yang masih tersisa di tempat penampungan bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe itu tinggal 146 orang, dari total 229 orang. Sebanyak 83 orang keluar secara tidak resmi dari tempat tersebut.
Menurut Diovio, UNHCR tidak bisa berbuat banyak. Namun, dalam upaya pencegahan, UNHCR bersama pemerintah Indonesia terus memberikan konseling, informasi, serta pengetahuan kepada pengungsi untuk tidak melakukan perjalanan yang tidak resmi karena bisa membahayakan pengungsi.