Sikap PDIP Soal Piala Dunia U20 Dinilai Blunder, Gembosi Suara Partai?
Keputusan Federasi Sepakbola Dunia atau FIFA membatalkan Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia U20 dinilai bakal berpengaruh terhadap elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Hal itu dikarenakan kuatnya suara politikus PDIP menolak kehadiran tim nasional Israel berlaga di Piala Dunia U20.
Peneliti Politik BRIN Wasisto Raharjo Jati mengatakan efek kekecewaan penggemar sepakbola Tanah Air bisa saja berlanjut hingga pemilihan umum dan pemilihan presiden digelar 14 Februari 2024 mendatang. Apalagi kata Wasisto, sekarang publik lebih mudah melihat rekam jejak para politikus berdasarkan jejak digital yang ada.
"Ssudah ada yang namanya jejak digital, tentu berbagai macam informasi dapat ditemui di media sosial. Ini akan berdampak secara serius di Pemilu 2024 nanti," kata Jati saat dihubungi Kamis (30/3).
Menurut Jati, efek kekecewaan akan dirasakan langsung oleh tokoh yang bersuara keras menolak kedatangan Israel. Mereka di antaranya adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali I Wayan Koster. Kedua gubernur telah menyatakan secara terbuka penolakan gelaran Piala Dunia U20 di Indonesia karena berpotensi bertentangan dengan Undang-undang Dasar 1945 akibat hadirnya tim nasional Israel.
Soal sikap partai ini, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto berpandangan, Indonesia menentang bentuk penjajahan yang dilakukan Israel terhadap Palestina yang ditandai dengan belum adanya hubungan diplomatik antar kedua negara hingga kini. Indonesia menjadi satu dari 30 negara yang tidak mengakui keberadaan Israel. Selain politikus PDIP, Politikus Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera dinilai juga akan terdampak.
Jati menilai para politikus yang diasosiasikan menjadi penyebab batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 berpotensi kehilangan segmen pemilih muda pada hari pencoblosan. Jati memperkirakan segmen pemilih muda akan berkontribusi setidaknya 30 persen dari total pemilih.
"Kalau kekecewaan ini terus berlanjut atau menjadi semacam pengingat bagi pemilih muda, tentu akan memberikan dampak, karena mereka akan kehilangan pemilih muda," kata Jati.
Tidak Berlangsung Lama
Di sisi lain, analis komunikasi politik dari Universitas Padjadjaran Kunto A. Wibowo mengatakan pencabutan status tuan rumah Piala Dunia FIFA U20 2023 akan mempengaruhi pilihan dalam Pemilu 2024. Namun Kunto menilai dampak tersebut tidak akan masif.
Kunto menjelaskan setidaknya ada dua faktor yang dapat mempengaruhi pemilih, yakni kejadian yang dekat di perut dan kejadian yang dekat di hati. Menurutnya, contoh kejadian yang dekat di perut adalah penyesuaian harga bahan bakar minyak. Sedangkan contoh peristiwa yang dekat di hati adalah penistaan agama.
Kunto berpendapat derajat kepentingan Piala Dunia FIFA U20 2023 tidak terlalu tinggi. Pasalnya, mayoritas penggemar sepak bola di dalam negeri cenderung fokus kepada tim sepak bola lokal.
"Piala Dunia FIFA U20 pasarnya segmented. Apakah semua Bobotoh atau The Jak akan memberikan perhatian ke isu ini" Belum tentu. Kalaupun ada efek, enggak setiu besar," kata Kunto.
Pada saat yang sama, Kunto menyampaikan karakteristik pemilih di dalam negeri adalah cepat lupa. Sementara itu, Kunto menilai waktu menuju Pemilu 2024 masih lama.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Dosen Politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin. Ia menilai batalnya Indonesia menjadi tuan rumah justru menguntungkan PDIP.
Ia menyebut keputusan FIFA justru menunjukkan kemenangan PDIP dalam memperjuangkan nilai dan ideologi partai. Menurut Ujang PDIP telah menunjukkan konsistensi dalam membela kepentingan masyarakat luas. Apalagi PDIP punya alasan kuat di balik sikap menolak kehadiran timnas Israel di Indonesia
“PDIP memanfaatkan momentum penolakan masyarakat atas kedatangan tim U20 Israel untuk menjaga elektabilitas partai demi meraih kemenangan untuk ketiga kali pada pemilu 2024 mendatang,” ujar Ujang, Kamis (30/3).
Ujang menilai penolakan PDIP atas kedatangan timnas Israel tak sebatas pada menjaga konsistensi amanat Undang-undang Dasar 1945. Ia menilai PDIP juga tengah memasang siasat menyasar pemilih baru yang berasal dari kalangan muslim. Selama ini PDIP lebih dikenal luas di kalangan nasionalis sehingga perlu melebarkan suara ke pemilih islam.
“Selama ini PDIP selalu dihadapkan pada kelompok islam sehingga momen ini digunakan untuk merangkul kelompok islam yang sama-sama menolak kehadiran timnas U20 Israel. Selama ini suara islam tidak ke PDIP sehingga diharapkan kelompok islam simpati sehingga meningkat elektabilitas,” ujar Ujang.
Mengenai banyaknya komentar negatif pada PDIP usai FIFA membatalkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20, Ujang melihat hal itu tidak akan berlangsung lama. Ia menilai persoalan pembatalan Indonesia menjadi tuan rumah akan hilang dengan sendirinya seiring dengan perkembangan politik yang akan terus bergulir hingga Pemilu dan Pilpres digelar 14 Februari 2024 mendatang.
Meski begitu Ujang menyebut waktu yang tersisa hingga pemilu digelar masih memungkinkan terjadinya dinamika politik Tanah Air. Ia menyebut tidak tertutup kemungkinan akan muncul sejumlah isu besar lainnya menjelang pemilu yang bisa berpengaruh terhadap suara partai.