BWCF Kembali Digelar, Mengenang Setahun Kepergian Edi Sedyawati
Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) kembali akan digelar. Kali ini pagelaran dilaksanakan di Malang, Jawa Timur pada 23-27 November 2023. Yang spesial, acara ini memperingati setahun wafatnya arkeolog tangguh Prof Dr Edi Sedyawati.
Almarhumah ialah mantan Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Ia adalah seorang arkeolog yang mumpuni, seorang pengamat tari dan juga penari, serta seorang birokrat kebudayaan yang memiliki pengaruh sangat besar dalam kebijakan-kebijakannya.
Edi Sedyawati wafat pada 11 November tahun lalu dalam usianya yang ke-84 tahun. November tahun ini adalah setahun meninggalnya Edi. Untuk memperingati setahun kepergiannya, BWCF menyelenggarakan sebuah festival yang merayakan pemikiran Edi Sedyawati.
Sejumlah acara mulai dari pidato kebudayaan, peluncuran buku, dokumenter, lecture, dan bazar buku. Serta workshop yang berkaitan dengan dunia arkeologi dan tari yang digeluti oleh Edi, hingga pergelaran seni pertunjukan dan sastra akan dilaksanakan.
BWCF adalah sebuah festival tahunan yang selalu berusaha menonjolkan relevansi pemikiran-pemikiran mengenai nusantara dalam kehidupan. Dalam 12 tahun perjalanannya, BWCF selalu mengangkat kajian-kajian serius tentang topik tertentu dalam khazanah nusantara. Selalu dalam setiap penyelenggaraanya, BWCF mendatangkan puluhan pakar lintas disiplin dari arkeologi, sejarah, antropologi sampai filologi.
Diharapkan dengan adanya forum ini, kekayaan pemikiran nusantara dapat terangkat kembali dan dikenali oleh khalayak luas termasuk generasi milenial.
Tahun 2023 ini, giliran spektrum pemikiran Edi Sedyawati yang dipilih sebagai tema utama BWCF. Disertasi Edi Sedyawati berjudul Pengarcaan Ganesa Masa Kadiri dan Singhasari: Sebuah Tinjauan Sejarah Kesenian sama pentingnya dengan disertasi Hariani Santiko. Durga (Parwati), Agastya dan Ganesha dikenal adalah pantheon utama Hindu.
Dalam memperingati penelitian Edi tentang Ganesha, akan diundang pakar-pakar baik dari luar negeri, Jawa dan Bali membicarakan Ganesha yang masih menyimpan misteri. BWCF juga akan merilis sebuah buku dengan isi sekitar 1000 halaman yang memuat tentang artikel-artikel mengenai Ganesa dan seni pertunjukan yang ditulis para peneliti.
“Tulisan-tulisan yang termaktub dalam buku berjudul Ganesa, Seni Pertunjukan, dan Pelestarian Warisan Budaya, kami jaring lewat progam Call for Paper,” tulis keterangan pers, Minggu (12/11).
Melengkapi acara inti merayakan pemikiran Edi Sedyawati, sebagaimana kegiatan BWCF selama 11 tahun ini maka akan diadakan acara-acara pendamping dari mulai ceramah-ceramah arkeologi dan seni, pemutaran film yang berkaitan dengan arkeologi, tari sampai pertunjukan seni dan sastra.
Seluruh acara akan dilaksanakan selama lima hari di kampus Universitas Negeri Malang. Adapun alasan mengapa lokasi BWCF tahun ini dilaksanakan di Malang.
Pertama, mengingat disertasi Edi Sedyawati berkenaan dengan arca-arca Ganesha yang ditemukan dari sekitar Malang, Kediri, dan Singosari. Kedua, dengan diadakannya BWCF 2023 di Malang, tribute dan penghormatan terhadap almarhum Prof. Dr. Edi Sedyawati menjadi sangat kontekstual.
