TKN Prabowo-Gibran Balas Ujaran Timnas Amin Soal Gimik Gemoy Bahaya
Tim Kampanye Nasional (TKN) Fanta Prabowo-Gibran menanggapi pernyataan Tim Pemenangan Anies-Imin alias Timnas AMIN yang menilai sebutan gemoy untuk calon presiden (capres) Prabowo Subianto adalah praktik kampanye berbahaya.
Hal tersebut didasari oleh kemiripan strategi yang diterapkan sebelumnya oleh Bongbong Marcos, anak dari pemimpin otoritarian Filipina Ferdinand Marcos yang menggaet suara pemilih muda di media sosial.
Wakil Ketua TKN Fanta Prabowo-Gibran, Dedek Prayudi, mengatakan bahwa semua pasangan capres cawapres menggunakan gimik politik untuk menggaet suara pemilih, khususnya para pemilih muda generasi milenial dan generasi Z. Dua generasi ini menyumbang 113 juta pemilih atau 56,45% dari total keseluruhan suara Pemilu 2024.
Dia mempertanyakan pernyataan Timas AMIN yang menyebut praktik gimik gemoy yang dikampanyekan oleh pasangan Prabowo-Gibran. Alasannya, ujar Dedek, praktik kampanye gemoy bermula dari inisiatif warganet di media sosial.
“Bahayanya di mana? Bahayanya adalah bagi kompetitor, karena ini it works, mengena di masyarakat,” kata Dedek di Kantor Pusat TKN Fanta, Menteng, Jakarta Pusat pada Rabu (29/11).
Dedek juga menyoroti model gimik politik dari tiap-tiap pasangan, seperti gimik selepet sarung yang diperlihatkan oleh pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan gimik joging yang melekat pada sosok Ganjar Pranowo. “Kalau yang mereka lakukan itu berhasil, maka kami tidak bilang itu bahaya. Biasa saja,” ujar Dedek.
Sebelumnya, Juru Bicara Timnas AMIN Surya Tjandra mengatakan, model kampanye dengan gimik bisa membahayakan demokrasi. Salah satu gimik yang ia soroti adalah sebutan gemoy untuk calon presiden Prabowo Subianto.
“Ini jadi berbahaya sekali ya, model kampanye yang mirip-mirip dengan Bongbong Marcos,” kata Surya di acara Political Show CNN Indonesia TV dilansir Selasa (28/11).
Surya menjelaskan Bongbong Marcos, anak dari Ferdinand Marcos, adalah pemimpin otoritarian Filipina. Menurutnya, gaya kepemimpinan Ferdinand mirip seperti era Orde Baru Indonesia. Anaknya, Bongbong, terpilih menjadi Presiden Filipina.
Banyak pihak meyakini kemenangan ini karena Bongbong berhasil menggaet suara pemilih muda di media sosial. “Ini bisa come back karena manipulasi masyarakat yang tidak mengalami masa orde baru,” ujar Surya.