Debat Capres Perdana Dinilai Mirip Ring Tinju Ketimbang Ajang Adu Visi
Manajer Riset dan Program The Indonesian Institute (TII) Arfianto Purbolaksono menilai debat pertama capres Pemilu 2024 pada Selasa (12/12) malam kurang menggali lebih dalam gagasan ketiga capres. Menurut Arfianto debat yang berlangsung dalam durasi 120 menit itu justru terkesan seperti arena tinju.
Arfianto menilai debat tersebut hanya seperti memfasilitasi calon presiden dan wakil presiden untuk saling jual beli serangan. Di sisi lain para kontestan tidak menawarkan visi, misi, serta solusi konkret untuk ditawarkan kepada masyarakat pemilih.
"Dari sisi hiburan, cukup menghibur; tetapi substansi yang sebenarnya ingin didapatkan, justru itu yang menjadi persoalan dalam debat perdana," kata Arfianto seperti dikutip Rabu (13/12).
Menurut Arfianto, para kandidat capres kurang menawarkan solusi konkret selama debat, khususnya dalam isu penegakan hukum, hak asasi manusia (HAM), dan demokrasi. Bahkan ia menilai, dalam debat sebelumnya, saat Joko Widodo menjadi capres lebih menawarkan solusi kepada masyarakat.
"Dulu konkret, Pak Jokowi, ada menawarkan Program Kartu Indonesia Sehat, Indonesia Pintar," kata Arfianto.
Ia mengatakan, saat ini masyarakat perlu mendengar solusi nyata yang akan dikerjakan capres, jika terpilih menjadi presiden. Hal itu diperlukan sebagai jawaban dalam menyelesaikan berbagai permasalahan saat ini. Ia menilai gagasan yang disampaikan para capres dalam debat terlalu mengambang dan kurang substantif.
Dia mencontohkan pernyataan salah satu satu kandidat capres yang menyatakan ingin memperkuat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan institusi lainnya. Dalam paparannya, kata Arfianto, capres bersangkutan tidak menyampaikan langkah-langkah konkret untuk mewujudkan upaya penguatan KPK itu seperti apa.
Pelaksanaan debat perdana yang berlangsung di kantor KPU memang riuh dengan adu kata dan pernyataan antarcalon presiden. Pada sesi tanya jawab para capres mencecar lawan dengan pertanyaan yang banyak disorot dan dikaitkan dengan masing-masing calon. Prabowo mendapat pertanyaan yang memancing Menteri Pertahanan itu berbicara tegas.
Dalam sesi tanya jawab, capres nomor urut 1 bertanya kepada Prabowo mengenai pendapatnya atas putusan Mahkamah Konstitusi tentang syarat calon presiden dan wakil presiden yang terbukti melanggar etika di sidang Majelis Kehormatan MK. Sedangkan Ganjar bertanya kepada Prabowo pendapatnya mengenai penegakan HAM atas penculikan paksa yang terjadi di Indonesia sejak 1965.
Berbeda dengan Anies dan Ganjar, pertanyaan yang diajukan Prabowo lebih bersifat umum. Kepada Anies ia bertanya tentang penanganan polusi udara. Sedangkan kepada Ganjar ia bertanya tentang tata kelola pemerintahan.
Minta KPU Evaluasi Pelaksanaan Debat
Dia menekankan bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus mengevaluasi debat perdana agar lebih mampu menggali visi dan misi para pasangan calon (paslon) melalui moderator. Hal itu menurut dia menjadi tugas KPU sebagai penyelenggara pemilu.
"Evaluasi pertama harus ada penertiban kepada pendukung pasangan calon agar lebih tertib, sehingga moderator harus di-briefing agar suasana cair namun tetap tegas," ujar Arfianto.
Hal lain yang menurut Arfianto perlu dievaluasi bahwa capres harus diingatkan untuk menyampaikan sesuatu yang konkret dan jangan sesuatu mengambang. Hal itu diperlukan agar masyarakat tidak menerka-nerka apa maksud yang disampaikan.
KPU menyelenggarakan debat pertama capres-cawapres Pilpres 2024 di Jakarta, Selasa malam (12/12), dengan tema pemerintahan, hukum, HAM, pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, peningkatan layanan publik, dan kerukunan warga. Debat diikuti tiga capres yaitu nomor urut 1 Anies Baswedan, nomor urut 2 Prabowo Subianto, dan nomor urut 3 Ganjar Pranowo.
Pada debat sesi selanjutnya yang digelar Jumat (22/12) akan menjadi ajang para calon wakil presiden beradu gagasan. Mereka adalah Muhaimin Iskandar cawapres nomor urut 1, Gibran Rakabuming Raka cawapres nomor urut 2, dan Mahfud MD sebagai cawapres nomor urut 3. Adapun tema debat kedua adalah pertahanan, keamanan, geopolitik, dan hubungan internasional.