Israel Tembaki Warga Gaza saat Antre Makanan, 112 Orang Meninggal
Tentara Israel dilaporkan menembaki warga Palestina yang sedang mengantre bantuan makanan di Jalur Gaza pada Kamis (29/2). Akibat kejadian tersebut, sebanyak 112 orang meninggal dunia.
Kabar ini awalnya disampaikan Ketua Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina Philippe Lazzarini. Ia mengatakan saat ini sudah 30 ribu warga Palestina terbunuh di Gaza.
"Sementara 100 orang lainnya dilaporkan tewas dan 700 lainnya terluka ketika mereka berusaha mati-matian untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan," kata Lazzarini dikutip dari Al Jazeera, Jumat (1/3).
Pembantaian ini menuai kecaman dari dunia internasional. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengutuk kejadian di Kota Gaza yang berada di bagian utara wilayah tersebut. PBB mengatakan warga sipil di Gaza membutuhkan bantuan segera.
"Termasuk mereka yang berada di wilayah utara, di mana PBB tidak dapat mengirimkan bantuan selama lebih dari seminggu," kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric.
Duta Besar Palestina untuk Inggris Husam Zomlot menyerukan tindakan dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Ia mengatakan penembakan tersebut adalah genosida.
“Ini adalah genosida: Menembak dan membunuh puluhan orang kelaparan yang menunggu truk bantuan untuk memberi makan anak-anak mereka di wilayah utara Gaza yang terkepung,” kata Zomlot dalam sebuah postingan di media sosial.
Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan bahwa pasukan Israel telah melakukan kejahatan setelah menembaki warga Palestina yang sedang antri untuk mendapatkan makanan di Gaza.
“Ini adalah bukti niat Israel untuk menghancurkan seluruh penduduk Palestina,” bunyi pernyataan Kemenlu Turki.
Sedangkan Presiden Kolombia Gustavo Petro menangguhkan pembelian senjata dari Israel usai kejadian ini. Petro juga menyerukan agar dunia menghalangi niat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
"Ini disebut genosida dan mengingatkan kita pada Holocaust, meski negara-negara besar tidak mau mengakuinya," kata Petro.
Sedangkan Amerika Serikat mendesak Israel untuk melakukan penyelidikan atas kejadian tersebut. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan situasi di Gaza bagian utara sangat buruk karena kelaparan.
"Hanya dari rekaman udara saja, Anda dapat melihatnya dan langsung menyimpulkan bahwa situasinya sangat menyedihkan," katanya.
Adapun, Juru Bicara Pemerintah Israel Eylon Levy menyalahkan Hamas dan sopir truk bantuan atas kejadian tersebut. Levy mengatakan sopit truk itu menabrak para pengungsi sehingga terjadi kekacauan yang memicu tembakan dari pasukan Israel.
"Saya tidak dapat membayangkan keputusasaan mengetahui rezim teror Hamas membajak bantuan penting, sementara UNRWA menutupinya,” kata Levy.