Ramai di Jepang, Kasus Bakteri Pemakan Daging Belum Ada di Indonesia

Amelia Yesidora
28 Juni 2024, 18:33
Bakteri
Unsplash
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Kementerian Kesehatan masih belum menemukan kasus bakteri pemakan daging atau sindrom syok toksik streptokokus (STSS) di Indonesia. Penyakit yang disebabkan bakteri Streptococcus pyogenes kelompok A telah melampaui 1.000 kasus di Jepang dan menjadi perhatian global.

“Sampai saat ini, Indonesia belum ada laporan ya, untuk kasus bakteri pemakan daging,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Siti Nadia Tarmizi, dalam keterangannya dikutip pada Jumat (28/6).

Kemenkes juga memastikan, tingkat penyebaran STSS ini jauh lebih rendah dibanding Covid-19. Nadia mengatakan pemerintah mengimbau penerapan perilaku hidup sehat, penggunaan masker saat sakit, dan cuci tangan secara rutin.

“Yang paling penting, kebiasaan baik yang sudah terbentuk di masa pandemi COVID-19 terus dijalankan seperti cuci tangan pakai sabun dan memakai masker, sehingga meminimalisir perpindahan droplet lewat pernafasan” kata Nadia.

Meski belum ada menemukan kasus baru, Kemenkes terus memantau situasi. Salah satunya adalah lewat pemeriksaan genetik dan pengamatan suveilans sentinel Influenza Like Illness-Severe Acute Respiratory Infection atau ILI-SARI.

Surveilans sentinel ILI-SARI adalah upaya penyediaan informasi yang berguna bagi otoritas kesehatan untuk merencanakan pencegahan dan pengendalian yang tepat. Ini bisa dilakukan lewat intervensi, alokasi sumber daya kesehatan, dan membuat rekomendasi manajemen kasus.

Menurut Nadia hingga saat ini, tidak ada pembatasan perjalanan dari dan ke Jepang terkait dengan STSS. Laporan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO terkait peningkatan kasus iGAS atau invasive Group A Streptococcal disease, termasuk STSS, mencatat tidak ada rekomendasi pembatasan perjalanan ke negara terdampak. Hal ini berdasar studi di Eropa pada Desember 2022.

Jepang sendiri telah melaporkan kasus infeksi streptokokus dalam sistem notifikasi surveilans sejak 1999. Pada 2023, terdapat 941 kasus, dan angka ini meningkat menjadi 977 kasus pada Juni 2024. 

Bakteri ini dijuluki pemakan daging karena dapat menghancurkan kulit, lemak, dan jaringan di sekitar otot dalam waktu singkat. Penularan STSS terjadi melalui pernapasan dan droplet yaitu percikan ludah atau lendir dari penderita.

Kasus STSS yang dilaporkan di Jepang, biasanya ditemukan di rumah sakit yang disebabkan bakteri streptokokus. Kasus biasanya muncul dengan gejala faringitis atau peradangan pada tenggorokan atau faring.

Infeksi STSS bisa berakibat fatal karena pasien dapat mengalami sepsis dan gagal multiorgan. Namun, penyebabnya secara pasti masih belum diketahui karena gejala STSS biasanya ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu singkat.

Pengobatan STSS dilakukan dengan pemberian antibiotik. Hingga saat ini, belum ada vaksin khusus untuk mencegah infeksi bakteri "pemakan daging" ini.

Reporter: Amelia Yesidora

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...