Ray Dalio: Indonesia Perlu Investasi di Pendidikan untuk Menjadi Negara Besar

Yuliawati
Oleh Yuliawati
5 September 2024, 11:47
Pendiri Bridgewater Associates Ray Dalio dalam wawancara khusus dengan Direktur Riset Katadata Insight Centre (KIC) Gundy Cahyadi di Nusa Dua, Bali pada Senin (2/9).
Katadata
Pendiri Bridgewater Associates Ray Dalio dalam wawancara khusus dengan Direktur Riset Katadata Insight Centre (KIC) Gundy Cahyadi di Nusa Dua, Bali pada Senin (2/9).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indonesia mempunyai potensi besar untuk bisa bisa terus berkembang sebagai kekuatan baru di dunia. Untuk mencapai itu pemerintah perlu mengejar investasi di pendidikan sebagai cara meningkatkan produktivitas bangsa.

Hal itu diungkapkan investor kawakan yang juga pendiri Bridgewater Associates Ray Dalio dalam wawancara khusus dengan Katadata sebelum berlangsungnya Indonesia Africa Forum 2024 di Nusa Dua, Bali pada Senin (2/9).

“Presiden Indonesia terpilih berada di negara yang memiliki potensi besar. Dalam hal pembentukan modal dan pendidikan dan sebagainya. Ia memiliki uang dan kemauan untuk berinvestasi dengan baik, untuk meningkatkan produktivitas dengan berbagai cara,” kata Ray dalam wawancara dengan Direktur Riset Katadata Insight Centre (KIC) Gundy Cahyadi, beberapa Waktu lalu.

Ray menambahkan, Indonesia bisa belajar dari apa yang dilakukan mantan pemimpin Cina, Deng Xiaoping, pada tahun 1980an. Ketika itu, Deng melakukan kebijakan pintu terbuka dan reformasi. Dua hal itu bisa menciptakan modal dan juga ide-ide baru dan modal tersebut bisa digunakan untuk investasi di pendidikan.

“Jadi kombinasi antara berada dalam kurva pertumbuhan ketika Anda memiliki modal internal yang cukup sehingga Anda dapat berinvestasi dengan baik dan mendapatkan dorongan produktivitas,” ujar Ray.

Menurut Ray yang merupakan orang terkaya ke-124 di dunia itu, Indonesia bisa menciptakan zona ekonomi khusus yang dapat menjadi laboratorium untuk eksperimen reformasi dan pengembangan ekonomi. Reformasi ini termasuk perubahan dalam sistem hukum dan kebijakan ekonomi untuk menarik investasi dan meningkatkan produktivitas.

“Tentu saja, untuk mereformasi sebuah negara secara keseluruhan, seperti yang dilakukan oleh Deng Xiaoping di Cina dan Nahrendra Modi di India, lebih menantang. Dan, tentu saja, setiap negara yang sukses bermuara pada dua hal itu yaitu reformasi dan meritokrasi. Anda membawa pengetahuan dan talenta asing serta modal asing, dan Anda berinvestasi untuk melakukan reformasi tersebut,” kata Ray.

Menurut Ray, presiden yang baru juga harus bisa menciptakan lingkungan yang memungkinkan adanya produktivitas. “Jadi, Anda harus memiliki produktivitas berbasis luas. Jika Anda tidak memiliki produktivitas berbasis luas, Anda memiliki terlalu banyak kesenjangan kekayaan dan kesenjangan kesempatan, dan itu menyebabkan masalah tersendiri,” ujar Ray.

Liputan khusus Indonesia - Africa Forum 2024 ini didukung oleh:

Logo Bank Mandiri & logo Bank BTN

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...