Bidik Ekonomi Digital, BNI Fokus Kembangkan Sistem Keamanan Siber
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menyoroti peran penting keamanan siber dalam ekonomi digital. SEVP Technology and Operations BNI Victor Korompis mengatakan perhatian itu diperlukan lantaran data Indeks Inklusi Keuangan Indonesia tahun 2024 menunjukkan sekitar 75% masyarakat telah memanfaatkan teknologi digital.
"Keamanan data dan transaksi digital adalah prioritas utama kami di BNI. Kami terus memperkuat sistem keamanan berlapis dengan teknologi terkini untuk memastikan keamanan setiap transaksi,” kata Victor seperti dikutip, Minggu (15/12).
Sementara itu, Direktur Technology and Operations BNI Toto Prasetio mengatakan digitalisasi kini menjadi pilar penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Seiring dengan perkembangan digitalisasi ekonomi, BNI berupaya mendukung transformasi digital melalui platform BNIdirect.
Ia mengatakan platform dengan teknologi terkini ini dirancang untuk mendukung pertumbuhan bisnis nasabah dengan menyediakan solusi lengkap dan terintegrasi. “Semua ini dilakukan agar para pelaku usaha Indonesia dapat beradaptasi dan berkembang di pasar digital yang semakin dinamis,” ujar Toto.
Merujuk data Google Temasek dan Bain Company, pada 2024, sekitar 35% pangsa ekonomi internet ASEAN ada di Indonesia. Selain itu, ekonomi internet Indonesia diprediksi akan tumbuh sekitar 360 miliar dolar AS pada 2030.
Managing Director and Partner Boston Consulting Group Nerijus Zemgulys mengungkapkan meskipun ekonomi digital Indonesia diproyeksikan terus tumbuh, kesenjangan dengan negara ASEAN lainnya masih signifikan. Berdasarkan data World Bank 2022, kontribusi ekonomi digital Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan sekitar 12%. Sementara itu Singapura menyumbangkan sebesar 37%, Malaysia 25%, dan Thailand 14%.
Pemerintah pun menyadari hal ini. Analis Kebijakan Ahli Madya, Asisten Deputi Ekonomi Digital, Deputi IV, Kemenko Perekonomian Bayu Anggara Silvatika mengatakan tanpa adanya pemahaman memadai dari konsumen dan pelaku usaha, maka potensi teknologi digital tidak dapat memberikan dampak maksimal terhadap pertumbuhan ekonomi. Bayu mengatakan pemerintah telah mengambil berbagai langkah strategis guna mendukung perkembangan ekonomi digital di Tanah Air.
Salah satunya dengan merancang digital economy framework yang terdiri dari lima pilar yaitu infrastruktur, sumber daya manusia, iklim bisnis dan keamanan siber, riset dan business development, serta pendanaan dan investasi.
Menurut Bayu, perkembangan teknologi yang pesat memerlukan strategi untuk mengimbangi laju inovasi tersebut. Untuk itu, BNI berupaya bergerak secara paralel dalam masing-masing pilar. “Dua pilar yang paling mendasar adalah peningkatan infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia, khususnya dalam hal literasi digital,” ujar Bayu.
Selain itu, Bayu menjelaskan pemerintah juga berupaya menciptakan regulasi yang dapat mengikuti laju inovasi tanpa menghambat perkembangan ekonomi digital. Menurut Bayu, BNI juga fokus pada penguatan regulasi yang terkait dengan keamanan siber, untuk melindungi data pribadi dan transaksi digital di Indonesia.