Pidato Lengkap Prabowo di KTT PBB, Desak Dunia Akui Palestina

Ameidyo Daud Nasution
23 September 2025, 12:27
Prabowo, palestina, pbb
Prabowo Subianto
Prabowo Subianto pidato di KTT PBB
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Presiden Prabowo Subianto telah berpidato dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ini adalah pidato pertama Presiden Indonesia usai Presiden ke-7 Joko Widodo absen 10 tahun dalam forum tersebut.

Prabowo memasuki ruang Sidang Majelis Umum PBB sekitar pukul 15.00 waktu setempat. Ia mengenakan setelan jas berwarna abu-abu gelap dan kopiah hitam. Presiden Prabowo duduk di bagian tengah kanan dari arah panggung, diapit oleh India dan Iran.

Sebelum berpidato, Prabowo sempat mendengarkan pidato Presiden Prancis Emmanuel Macron. Ia sempat berdiri untuk memberikan standing ovation saat Macron mengumumkan pengakuan kepada Palestina.

Setelah Macron, Giliran Prabowo berpidato. Dalam pidato berdurasi sekitar 5 menit tersebut, Prabowo menegaskan pentingnya pengakuan terhadap negara Palestina.

"Kami katakan sejarah tidak akan berhenti. Kita harus mengakui Palestina sekarang," kata Prabowo dalam pernyataannya di acara tersebut pada Senin (22/9).

Dalam pidato tersebut, Prabowo juga membuka kemungkinan Indonesia mengakui Israel. Namun, syaratnya harus ada solusi dua negara.

Berikut pidato lengkap Prabowo:

Yang Mulia Presiden Republik Prancis Emmanuel Macron; Yang Mulia Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, Menteri Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi selaku ketua bersama pertemuan terhormat ini; serta Para Perwakilan Terhormat dari PBB.

Izinkan saya menyampaikan apresiasi terdalam dan penghormatan setinggi-tingginya kepada Pemerintah Prancis dan Kerajaan Arab Saudi atas kepemimpinannya dalam menyelenggarakan pertemuan penting ini.

Dengan hati yang berat, kita mengingat kembali tragedi tak tertahankan yang masih berlangsung di Gaza: ribuan nyawa tak berdosa, banyak di antaranya perempuan dan anak-anak, telah terbunuh. Kelaparan mengancam, dan bencana kemanusiaan tengah berlangsung di depan mata kita. Kita mengecam segala bentuk kekerasan terhadap warga sipil yang tidak bersalah.

Oleh karena itu, hari ini dengan penuh martabat kita berkumpul untuk mengambil tanggung jawab sejarah kita. Tanggung jawab ini bukan hanya menyangkut nasib Palestina, tetapi juga masa depan Israel, serta kredibilitas PBB itu sendiri.

Indonesia sekali lagi menegaskan komitmennya pada Solusi Dua Negara (Two-State Solution) dalam penyelesaian masalah Palestina. Hanya Solusi Dua Negara yang akan membawa perdamaian.

Kita harus menjamin berdirinya negara Palestina. Namun Indonesia juga menegaskan bahwa begitu Israel mengakui kemerdekaan negara Palestina, Indonesia akan segera mengakui Negara Israel dan mendukung semua jaminan bagi keamanan Israel.

Deklarasi New York telah memberikan jalur damai dan adil menuju perdamaian. Kenegaraan harus berarti perdamaian, pengakuan harus berarti peluang nyata menuju perdamaian abadi. Perdamaian itu harus nyata bagi semua pihak, bagi semua pihak yang terlibat.

Yang Mulia, kami memberikan penghargaan kepada negara-negara terdepan di dunia yang telah mengambil langkah prinsipil ini: Prancis, Kanada, Australia, Inggris, Portugal, dan banyak negara besar lainnya telah mengambil langkah di sisi sejarah yang benar. Pengakuan atas Negara Palestina adalah langkah yang benar di sisi sejarah yang benar.

Kepada mereka yang belum bertindak, kami katakan: sejarah tidak akan berhenti. Kita harus mengakui Palestina sekarang. Kita harus menghentikan bencana kemanusiaan di Gaza, mengakhiri perang harus menjadi prioritas utama kita. Kita harus mengatasi kebencian, mengatasi rasa takut, mengatasi kecurigaan. Kita harus mewujudkan perdamaian yang diperlukan bagi keluarga umat manusia.

Indonesia siap mengambil bagian dalam perjalanan menuju perdamaian ini. Kami bersedia mengirimkan pasukan penjaga perdamaian.

Terima kasih banyak. Damailah, perdamaian sekarang, perdamaian segera. Kita butuh perdamaian. Terima kasih banyak.

(Catatan redaksi: judul berita ini diubah pada Selasa (23/9) pukul 23.55 WIB untuk menyesuaikan konteks acara KTT Dua Negara)

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu, Ira Guslina Sufa

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...