Erros Djarot Luncurkan Dua Buku, Raih MURI untuk Autobiografi Bernuansa Sastra
Budayawan Erros Djarot merilis dua buku berjudul ‘Autobiografi Erros Djarot’ jilid 1 dan ‘Erros Djarot Apa Kata Sahabat’. Pada saat yang sama, ia juga menerima penghargaan Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) untuk kategori ‘Buku Autobiografi Pertama yang Ditulis dengan Kaidah Sastra’ yang diserahkan oleh Jaya Suprana.
Peluncuran buku ini dilakukan di Midaz Golf Senayan, Senayan Avenue, Jakarta Selatan, Minggu (19/10). Erros mengatakan, autobiografi itu ia tulis melalui renungan di ruang kontemplasi berhari-hari.
“Hingga saya putuskan untuk mulai menulis dengan berpegang pada pijakan moral: tulis sejujurnya, walau tak sedap untuk dibaca oleh sejumlah pihak, asal jangan sekali pun mengada-ada atau menulis sesuatu yang tidak pernah ada dan terjadi,” kata Erros.
Dalam peluncuran itu hadir sejumlah tokoh di antaranya Guntur dan Guruh Soekarputra, Sukmawati Soekarnoputri, Ganjar Pranowo, Roy Marteen, Slamet Rahardjo, Berlian Hutauruk, Keenan Nasution, Aburizal Bakrie, Menkop Ferry Juliantono, Bambang Soesatyo, Putih Sari, dan lainnya.
Wartawan senior sekaligus editor buku Erros, M. Anis, mengatakan buku setebal 691 halaman yang ditulis Erros merupakan sebuah kisah nyata yang memenuhi semua kaidah-kaidah sastra, meliputi ada alur cerita, ada dialog, ada plot, imajinasi, gagasan, perenungan, konflik, bahkan konfirmasi dan kroscek data, sehingga bisa dikategorikan karya sastra nonfiksi.
Adapun, buku ‘Erros Djarot Apa Kata Sahabat’ setebal 666 halaman berisi tulisan dari 72 sahabat tentang Erros Djarot. Sejumlah tokoh yang menulis buku itu yakni Guntur Soekarnoputra, Christine Hakim, Slamet Rahardjo, Mahfud M.D., Laksamana Sukardi, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Muhaimin Iskandar, Yenny Wahid, hingga Susilo Bambang Yudhoyono.
Rekor MURI
Pendiri MURI, Jaya Suprana mengatakan memberi penghargaan rekor MURI kepada Erros karena ia menganggap Erros sebagai sosok tanpa batasan profesi.
"Semua yang dia pegang jadi emas. Saya sebagai pendiri MURI dengan bangga menganugerahkan rekor MURI untuk Mas Erros dengan kategori Buku Autobiografi Pertama yang Ditulis dengan Kaidah Sastra," kata Jaya.
Dalam buku itu, Erros membuka kisah autobiografinya saat menjadi pemimpin tabloid DëTIK dan mendapat penugasan dari Guntur Soekarnoputra untuk mendampingi Megawati Soekarnoputri yang dicalonkan seratusan cabang PDI untuk menjadi ketua umum melalui Kongres Luar Biasa (KLB) PDI di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, pada Desember 1993. Penugasan itu pada akhirnya mengantar Megawati menjadi Ketua Umum PDI, Ketua Umum PDI Perjuangan, juga menjadi Presiden ke-5 RI.
Erros secara detail memaparkan dialog pertemuan antara dirinya dengan Megawati dan Taufiq Kiemas, begitu menerima penugasan dari Guntur, untuk menyatukan langkah awal melawan rezim Orde Baru.
Lalu, melalui buku itu, Erros juga mengisahkan perjalanan hidupnya sejak usia 9 tahun ketika kedua orang tuanya bercerai dan menjadi anak broken home, kemudian menjadi aktivis Banteng sejak duduk di bangku SMP 8 Yogyakarta, dan kemudian dilarang berpolitik praktis oleh ayahnya yang merupakan tentara AU.
Kisahnya berlanjut saat SMA, yang mulai bermusik dan bersahabat dengan putra Soeharto, Bambang Trihatmodjo. Ia juga menceritakan proses kreatifnya melahirkan lagu ‘Bisikku’ bersama Barong’s Band yang menjadi soundtrack film “Kawin Lari” besutan sutradara Teguh Karya yang menghasilkan Piala Citra pertamanya sebagai music director di usia 25 tahun.
Selain itu, ia juga menceritakan proses kreatif menciptakan lagu-lagu di album “Badai Pasti Berlalu”, yang digarap bersama Debby Nasution, Chrisye, dan Yockie Suryo Prayogo.
Dalam buku itu juga menceritakan kehidupan percintaannya hingga menikahi Dewi Trijati yang merupakan putri sulung dari Wakil Dubes RI di Jerman Barat, Ilen Surianegara.
