Revitalisasi Sekolah, Revitalisasi Harapan di Tahun Pertama Prabowo
Satu tahun sudah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berjalan. Dalam waktu yang singkat, sejumlah kebijakan besar mulai menunjukkan hasil, dan salah satu yang paling terasa dampaknya datang dari sektor pendidikan.
Melalui program revitalisasi sekolah, pemerintah menegaskan komitmennya untuk memperbaiki bukan hanya dinding dan atap sekolah, tetapi juga fondasi masa depan bangsa.
Sekolah-sekolah yang dulu tampak renta kini tengah bersolek. Dari ujung Sumatera hingga pelosok Papua, ruang-ruang belajar diperbarui, fasilitas ditingkatkan, dan semangat belajar kembali disulut.
Program ini lahir dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2025 tentang Percepatan Pembangunan dan Revitalisasi Sekolah serta Digitalisasi Pembelajaran. Kebijakan ini menjadi salah satu proyek unggulan dalam kerangka Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) yang dijalankan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
Bagi pemerintahan Prabowo, revitalisasi sekolah bukan hanya proyek infrastruktur, tetapi juga investasi sosial jangka panjang. Anak-anak Indonesia harus belajar di tempat yang layak dan membanggakan. Inilah yang menjadi semangat yang terus digaungkan kementerian terkait sejak awal tahun.
Sebagai wujud nyata komitmen pada pendidikan di tahun pertamanya, pemerintahan Presiden Prabowo menyiapkan anggaran revitalisasi sekolah sebesar Rp16,97 triliun dalam APBN 2025. Anggaran ini akan meningkat hingga Rp22,58 triliun pada 2026.
Target Ambisius, Laju Pembangunan Cepat
Pemerintah menargetkan 13.834 sekolah di seluruh Indonesia untuk direvitalisasi. Hingga 10 September 2025, 11.179 sekolah telah menuntaskan tahap administrasi dan menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Kemendikdasmen. Ini adalah suatu capaian besar di tengah rentang waktu yang singkat
Dirjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen Kemendikdasmen, Gogot Suharwoto, optimistis bahwa lebih dari 800 sekolah akan merampungkan pembangunan fisik pada Oktober 2025, dengan target seluruh proyek tuntas pada Desember tahun ini.
Program revitalisasi ini mencakup semua jenjang pendidikan:
- PAUD: 1.260 unit
- SD: 3.903 unit
- SMP: 3.974 unit
- SMA: 2.042 unit
Sebanyak 75,8% sekolah penerima manfaat merupakan sekolah negeri, sementara 24,2% berasal dari sekolah swasta. Tak hanya memperbaiki yang lama, pemerintah juga membangun 67 Unit Sekolah Baru (USB). Pemerintah paham bahwa revitalisasi berarti memperluas akses, bukan sekadar mempercantik fasilitas.
Pendanaan Kilat untuk Akselerasi Program
Dengan pendekatan cepat khas pemerintahan Prabowo, proses pendanaan juga digenjot tanpa menunggu waktu lama. Hingga 8 September 2025, 70% dari total alokasi dana tahap pertama sudah dicairkan untuk 9.595 sekolah di seluruh Indonesia.
Per 3 Oktober 2025, 251 sekolah telah terverifikasi sebagai penerima program revitalisasi sebesar Rp183,94 miliar, dengan realisasi tahap pertama sebesar Rp128,14 miliar atau 69,66%. Sebanyak 204 di antaranya telah menerima dana awal dan mulai bergerak di lapangan.
Provinsi Banten menjadi salah satu wilayah dengan capaian signifikan, khususnya di Kabupaten Lebak (58 sekolah) dan Pandeglang (52 sekolah). Dua sekolah di Serang, TK Persis Serang dan SMA Persis Serang, bahkan mendapatkan alokasi khusus untuk pembangunan USB senilai total Rp8 miliar.
Swakelola: Kembali ke Sekolah, Kembali ke Rakyat
Salah satu terobosan besar dalam Inpres 7/2025 adalah penerapan skema swakelola, yang mengembalikan kendali pembangunan ke tangan masyarakat dan sekolah itu sendiri. Ada tiga perubahan besar yang dibawa skema ini:
- Pengelolaan dana kini langsung di bawah Kemendikdasmen, bukan lagi Kementerian PUPR.
- Dana disalurkan langsung ke rekening sekolah, mempercepat proses dan mengurangi birokrasi.
- Pelibatan masyarakat melalui Panitia Pengembangan Satuan Pendidikan (P2SP), yang bekerja bersama tim teknis perencana dan pengawas.
Pendekatan ini sejalan dengan semangat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yang menumbuhkan rasa kepemilikan di tingkat lokal. “Guru bisa fokus mengajar, masyarakat ikut membangun, dan ekonomi sekitar sekolah ikut bergerak,” kata Gogot Suharwoto.
Dengan swakelola, setiap batu bata yang dipasang bukan hanya simbol pembangunan fisik, tapi juga partisipasi kolektif, gotong royong dalam wujud nyata.
Jalan Panjang ke Depan
Namun, seperti halnya pembangunan besar lainnya, jalan revitalisasi sekolah tak selalu mulus. Beberapa daerah masih tertinggal dalam tahap administrasi, dan beberapa sekolah belum menindaklanjuti program sesuai jadwal. Pemerintah daerah kini diminta turun tangan lebih aktif untuk mempercepat penyusunan dokumen dan proses teknis agar target nasional tercapai tepat waktu.
Meski begitu, semangat perubahan tetap menyala. Program revitalisasi sekolah menjadi salah satu potret paling jelas dari arah kebijakan Presiden Prabowo di tahun pertamanya, yaitu konkret dan berorientasi hasil.
Seperti menanam pohon di tanah kering, upaya ini mungkin belum langsung berbuah, tetapi akar-akar perubahan sudah tumbuh kuat. Di setiap sekolah yang diperbarui, ada secercah harapan baru, yaitu tempat di mana masa depan Indonesia sedang disiapkan, satu ruang kelas demi satu ruang kelas.
