Prabowo Lanjut Nego Tarif dengan AS, Tangkap Momen Pertemuan Trump-Xi Jinping

Muhamad Fajar Riyandanu
31 Oktober 2025, 20:50
Presiden Prabowo Subianto saat tiba di Bandara Busan, Korea Selatan, Kamis (30/10). Foto: Muhamad Fajar Riyandanu/Katadata
Katadata
Presiden Prabowo Subianto saat tiba di Bandara Busan, Korea Selatan, Kamis (30/10).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Presiden Prabowo Subianto berencana kembali melanjutkan negosiasi tarif dagang dengan Amerika Serikat (AS). Implementasi langkah tersebut merupakan momentum setelah adanya pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping di sela Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) 2025 di Busan, Korea Selatan, pada 30 Oktober lalu.

“Iya, masih terus negosiasi,” kata Prabowo setelah menghadiri pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Selandia Baru Chirstopher Luxon di sela-sela kegiatan KTT APEC di Gyeongju pada Jumat (31/10).

Prabowo menyampaikan langkah negosiasi lanjutan itu akan menyasar kepada sejumlah komoditas strategis. Pada kesempatan serupa, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan negosiasi tarif dagang dengan AS akan dilanjutkan setelah pagelaran KTT APEC di Gyeonju.

Ia menyampaikan penyerahan proposal kepada AS terkait penurunan atau penghapusan tarif bea masuk untuk sejumlah komoditas akan fokus pada komoditas tertentu seperti sawit, kakao, dan karet.

Airlangga menyebut beragam komoditas yang akan diajukan nantinya serupa dengan barang Malaysia yang lebih dulu mendapatkan fasilitas tarif nol persen di pasar AS.

“Negosiasi dengan AS akan dilanjutkan sesudah APEC ini. Komoditas yang di nol kan hampir sama dengan Malaysia yang tidak bisa diproduksi AS. Antara lain sawit, kokoa, karet,  dan lainnya,” ujar Airlangga pada kesempatan serupa.

Ketua Umum Partai Golkar itu menekankan bahwa pengajuan negosiasi lanjutan ini berada di luar koridor penetapan pajak impor AS terhadap produk asal Indonesia sebesar 19%. Setelah tarif tersebut ditetapkan, Indonesia kini berupaya untuk membuat komoditas yang dikecualikan atau bisa mendapat perlakuan khusus pembebasan tarif.

Airlangga menyebut tantangan terbesar justru bukan pada tarif bea masuk, melainkan hambatan non-tarif atau non-tariff barriers. Hal-hal ini mencakup standar kualitas produk, sertifikasi, regulasi lingkungan, dan isu keberlanjutan yang sering menjadi penghalang ekspor Indonesia ke AS.

“Yang 19% sudah final. Jadi ini tinggal mencari komoditas-komoditas yang dikecualikan. Dan yang kedua yang paling banyak bukan mengenai tarif, tapi yang non tariff barriers,” ujarnya.




Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...