Cek Data: Bagaimana Akses Air Minum Layak di Indonesia?

Reza Pahlevi
14 Juni 2023, 18:17
Seorang ibu menampung air bersih pegunungan di depan rumahnya di Desa Leppe, Konawe, Sulawesi Tenggara, Selasa (7/2/2023). Pemerintah melalui Kementerian PUPR telah melaksanakan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) seja
ANTARA FOTO/Jojon.
Seorang ibu menampung air bersih pegunungan di depan rumahnya di Desa Leppe, Konawe, Sulawesi Tenggara, Selasa (7/2/2023).

Bakal calon presiden Anies Baswedan menyinggung water justice atau keadilan air dalam sebuah pidato. Anies mengatakan, akses masyarakat terhadap sumber air minum dari pipa masih rendah. Negara seharusnya dapat menyediakan hal tersebut untuk rakyatnya.

Kontroversi

Potongan pidato Anies tersebut diunggah sosiolog Nanyang Technological University Singapura, Sulfikar Amir. Lewat akun pribadinya @sociotalker, Sulfikar menyebut persoalan keadilan air ini menjadi isu paling penting dalam pidato Anies.

“Fakta bahwa 38% warga NKRI tergantung air kemasan itu menyedihkan. Dan ini gak lepas dari politik ekonomi air yang nilai bisnisnya triliunan rupiah,” cuit Sulfikar, Minggu, 4 Juni 2023.

Dalam potongan video yang dia unggah, Anies menyoroti banyaknya penduduk Indonesia yang menggunakan air dalam kemasan sebagai sumber air minum. Dia mengutip data Susenas 2019 yang menyebut 38% penduduk Indonesia mengonsumsi air dalam kemasan.

“Kalau itu pilihan tidak apa-apa, tapi kalau keterpaksaan maka negara harus hadir,” kata Anies.

Masih rendahnya sumber air minum dari pipa turut dibicarakan Anies. Menurutnya, pemerintah seharusnya perlu menyediakan infrastruktur agar air dapat lebih diakses masyarakat. 

Faktanya

Nilai bisnis air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia memang besar seperti cuitan Sulfikar. Menurut data riset pasar Statista, pendapatan yang didapat dari penjualan AMDK Indonesia mencapai US$10,24 miliar atau sekitar Rp152 triliun pada 2022.

Statista juga memprediksi angka penjualan ini masih terus bertumbuh dalam lima tahun ke depan. Pada 2027, nilai penjualan AMDK diperkirakan tumbuh 26,5% menjadi US$12,95 miliar.

Besarnya nilai penjualan ini membuat Indonesia menjadi pasar AMDK terbesar kelima di dunia. Amerika Serikat adalah negara dengan nilai penjualan terbesar, yakni US$83,02 miliar. Cina di peringkat kedua, Jerman ketiga, dan Meksiko keempat.

Nilai penjualan AMDK Indonesia juga lebih besar dari India yang jumlah penduduknya lebih besar. Nilai penjualan di India hanya sebesar US$5,55 miliar, sekitar setengah dari nilai penjualan di Indonesia.

Dominasi industri AMDK juga terlihat dari konsumsi air minum kebanyakan orang Indonesia. Berdasarkan data Susenas 2022, sebanyak 39,52% orang Indonesia minum air dari AMDK atau air isi ulang. Persentase ini meningkat dari 38% menurut data Susenas 2019 yang dikutip Anies.

Penggunaan AMDK sebagai sumber air minum jauh lebih tinggi dibandingkan dengan air leding atau perpipaan. Data Susenas 2022 menunjukkan hanya 9,2% masyarakat yang menggunakan air leding sebagai sumber air minum. Ini bahkan lebih rendah dari data Susenas 2019 yang dikutip Anies.

Ada dua alasan mengapa penggunaan air leding sebagai sumber air minum lebih rendah dibandingkan dengan AMDK. Pertama, masih rendahnya akses air perpipaan di Indonesia. Kedua, kualitas air pipa di Indonesia yang masih berstatus layak minum, bukan aman diminum.

Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menunjukkan akses air perpipaan masih di angka 20,69% di Indonesia. Ini berarti hampir 80% masyarakat masih belum memiliki akses air perpipaan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...