Cek Data: Bagaimana Boikot Pengaruhi Bisnis Merek Global di Indonesia?

Reza Pahlevi
20 Mei 2024, 07:01
Warga membentangkan poster saat mengikuti Munajat Kemerdekaan Palestina di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (7/1/2024). Kegiatan yang dihadiri ratusan orang yang digelar oleh Aliansi Rakyat Bela Palestina tersebut dilakukan sebagai bentuk solidaritas dan kepe
ANTARA FOTO/Didik Suhartono/aww.
Warga membentangkan poster saat mengikuti Munajat Kemerdekaan Palestina di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (7/1/2024).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Aksi boikot terhadap produk-produk yang dianggap terafiliasi dengan Israel merebak sejak kembali memanasnya situasi di kawasan Gaza pada Oktober 2023. Sejumlah perusahaan internasional terimbas boikot yang turut berdampak terhadap performa perusahaan di tanah air yang mengusung merek-merek terafiliasi. 

Kontroversi 

McDonald’s adalah salah satu perusahaan yang diboikot. Dalam paparan kinerja, CEO McDonald’s Chris Kempczinski mengakui, perang Israel-Palestina berdampak terhadap penjualan perusahaan. 

Pada kuartal I-2024, McDonald’s hanya mencatatkan pertumbuhan penjualan global sebesar 1,9% di gerai-gerai yang berusia lebih dari setahun. Di Amerika Serikat McDonald’s masih mencetak pertumbuhan sebesar 2,5%, tapi di gerai internasional turun 0,2%. Ini merupakan penurunan pertama sejak 2020. 

“Kami tidak berharap ada pertumbuhan signifikan di sektor tersebut sampai perang berakhir,” kata Chris dalam paparan kinerja McDonald’s pada 1 Mei 2024.

Kondisi yang sama juga dialami Starbucks yang mengalami penurunan penjualan internasional dalam dua kuartal terakhir. 

PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA), pemegang lisensi Pizza Hut di Indonesia, juga mengalami penurunan penjualan tahunan sebesar 24,22% pada kuartal I-2024. Direktur Sarimelati Kencana Boy Ardhitya Lukito mengatakan, aksi boikot berpengaruh terhadap penurunan kinerja perusahaannya.

“Bukan cuma Pizza Hut, tapi semua industri, semua brand luar negeri di industri Food and Beverage, industri barang konsumsi sehari-hari atau Fast Moving Consumer Goods juga terimbas,” kata Boy.

Sudah lebih setengah tahun konflik Israel-Palestina berlangsung, bagaimana gerakan boikot berdampak terhadap perusahaan-perusahaan di dalam negeri yang mengusung produk yang dianggap terafiliasi Israel?

Faktanya

Gerakan boikot dengan mengurangi konsumsi produk yang dianggap berafiliasi dengan Israel muncul seiring kembali pecah konflik antara Israel dan Palestina pada Oktober tahun lalu. Gerakan ini marak di sejumlah negara yang penduduknya bersimpati terhadap Palestina.

Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) Israel menyusun daftar produk-produk yang perlu diboikot atau diberi tekanan. Produk makanan yang masuk daftar antara lain, McDonald’s, Domino’s, Pizza Hut, dan Burger King. Di Indonesia, gerakan turut mengampanyekkan pengurangan konsumsi Starbucks seperti terlihat di akun Instagram @gerakanbds.

Namun boikot turut menyasar produk-produk di luar daftar BDS, contohnya produk Unilever dan Kentucky Fried Chicken (KFC). Keduanya masuk dalam daftar panduan boikot di situs bdnaash.com. 

Perwakilan kedua perusahaan sudah beberapa kali menyangkal terlibat dalam konflik Palestina-Israel. Namun, itu tidak menghentikan boikot. Dampaknya terlihat dari kinerja perusahaan.

Beberapa perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia, antara lain PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) pemegang waralaba Pizza Hut di Indonesia; PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB) pemegang Starbucks; PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) pemegang KFC; dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Secara tahunan, pendapatan MAP Boga dan Fast Food Indonesia sebenarnya masih mencatatkan pertumbuhan. Sementara, pendapatan Sarimelati Kencana turun tipis 2% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada periode yang sama. Unilever mencatat penurunan pendapatan terbesar, hingga 6% (yoy).

Di sisi lain, keempat perusahaan mencatatkan bottom line yang lebih buruk secara tahunan. Laba bersih UNVR dan MAPB terpangkas masing-masing 10,5% dan 22,7%. Sementara, rugi FAST membengkak lima kali lipat dan PZZA lebih dari empat kali lipat.

Dampak boikot terlihat jelas ketika kinerja keuangan dipisah per kuartal. Keempat perusahaan kompak mencatatkan penurunan kinerja pada kuartal IV-2023. Ini periode saat konflik Israel dan Palestina kembali pecah.

Keempat perusahaan mengalami penurunan lebih dari 10% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (quarter-on-quarter/qoq). Unilever mengalami penurunan pendapatan terbesar yakni 20,6% (qoq) pada kuartal IV-2023. 

Pada periode yang sama FAST, PZZA, dan MAPB juga mencatat rugi bersih. Padahal PZZA dan MAPB masih mencatatkan laba pada dua kuartal sebelumnya. Unilever masih dapat mencatat laba, tetapi nilainya turun lebih dari setengahnya (57,2% qoq).

Pendapatan Turun Ketika Sektor Restoran Tumbuh

Sektor restoran biasanya menangguk untung pada kuartal IV. Ini seiring dengan libur natal dan tahun baru. 

Dilihat dari data BPS, produk domestik bruto (PDB) sektor penyediaan makan minum selalu mencatatkan pertumbuhan setiap memasuki kuartal IV. Pada kuartal IV-2023, sektor ini tumbuh 4,65% (qoq), sekaligus pertumbuhan terbesar selama 2023. 

Akibat boikot, PZZA, MAPB, dan FAST tidak dapat memanfaatkan pertumbuhan di sektor. Alih-alih meningkatkan, pendapatan ketiga perusahaan justru turun.

Bertumbuhnya sektor restoran juga dapat dilihat dari emiten restoran lain yang produknya tidak dianggap berafiliasi dengan Israel. Dua emiten ini adalah PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP) dan PT Champ Resto Indonesia Tbk (ENAK).

PTSP adalah perusahaan di balik CFC, Sapo Oriental, dan Sugakiya. Sementara, ENAK memiliki jenama restoran seperti Gokana, Raa Cha, Monsieur Spoon, dan Platinum.

Pada kuartal IV-2023, ENAK berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 17,43% (qoq). Rugi pada periode sebelumnya pun ditutup laba pada periode yang sama. Hal serupa terjadi pada PTSP yang pendapatannya meningkat 14,3% (qoq).

Apakah Efek Boikot Berlanjut ke 2024?

MAPB, PZZA, dan UNVR sudah merilis laporan keuangannya untuk kuartal I-2024. Dari sini, efek boikot masih terlihat untuk dua emiten restoran MAPB dan PZZA. Pendapatan kedua perusahaan turun, baik secara kuartalan maupun tahunan. 

Pendapatan MAPB turun 15,1% (qoq) dan turun 17,7% (yoy) pada kuartal I-2024. Turunnya pendapatan juga membuat perusahaan mencatat rugi bersih. Padahal, MAPB dapat mencetak laba bersih pada kuartal I-2023.

Sementara, pendapatan PZZA turun 19,5% (qoq) dan turun 24,22% (yoy) pada kuartal I-2024. Rugi bersihnya tercatat membengkak 15,3% (yoy).

Pendapatan UNVR berhasil meningkat drastis sebesar 24,29% (qoq), tetapi ini masih sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya (-4,9% yoy). Laba perusahaan juga tercatat lebih tinggi baik secara kuartalan maupun tahunan.

Ini menunjukkan Unilever sudah berangsur pulih dari efek boikot, setidaknya pada tiga bulan pertama 2024. Sementara, efek boikot sepertinya masih terasa untuk sektor restoran dalam hal ini Pizza Hut dan Starbucks.

Referensi

Fast Food Indonesia Tbk. Financial Report. (Akses 7 Mei 2024) 

Sarimelati Kencana Tbk. Financial Report. (Akses 7 Mei 2024)

MAP Boga Adiperkasa Tbk. Investor. (Akses 7 Mei 2024)

Unilever Indonesia Tbk. Laporan Tahunan, Keuangan, dan Berkelanjutan. (Akses 7 Mei 2024)

Champ Resto Indonesia Tbk. Laporan Keuangan. (Akses 13 Mei 2024)

Bursa Efek Indonesia. Laporan Keuangan dan Tahunan, kolom pencarian “PTSP”. (Akses 13 Mei 2024)

Badan Pusat Statistik. Laju Pertumbuhan PDB Seri 2010 (Persen). (Akses 14 Mei 2024)

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...