Mari Cermati Era Transisi Agar Selamat Lalui Pandemi
Masyarakat dunia, termasuk Indonesia, sudah menjalani kehidupan selama tiga tahun terakhir di dalam masa pandemi Covid-19. Saat ini, situasi sudah semakin membaik, hanya saja masyarakat masih diminta untuk waspada dan tidak terjebak dalam euforia.
Presiden Joko Widodo, sebagaimana dikutip dari laman resmi Kementerian Sekretariat Negara, menggarisbawahi perlunya masyarakat untuk selalu bersikap waspada dalam menghadapi masa transisi menuju endemi.
“Kita harus mulai menyiapkan transisi dari pandemi ke endemi dan juga mulai belajar hidup bersama Covid-19. Ini penting saya sampaikan agar kita tidak euforia berlebihan dan abai akan protokol kesehatan,” ungkapnya.
Selain protokol kesehatan, terdapat beberapa permasalahan yang juga perlu untuk diperhatikan. Naluri investasi masyarakat yang tinggi, misalnya, perlu mendapat panduan yang tepat agar masyarakat tidak terjebak dalam berbagai praktek yang merugikan.
Selama era pandemi, jumlah investor terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pada 2020 hanya sebanyak 3.880.753 investor. Jumlah ini meningkat tajam menjadi 9.777.034 investor hingga September 2022.
Namun, literasi terkait investasi yang masih rendah sering menyebabkan masyarakat terjebak investasi bodong. Tercatat selama periode 2017-2022, kerugian masyarakat akibat investasi bodong mencapai Rp 21 triliun.
Sejak 2019 hingga September 2022, Direktorat Tindak Pidana Khusus (Dittipideksus) Badan Reserse Kriminal Bareskrim (Bareskrim) Polri menangani 16 kasus investasi bodong. Sebanyak 10 perkara tercatat telah ditangani hingga P21 dan pelimpahan tahap II.
Banyak masyarakat yang terjerumus investasi bodong karena tergiur dengan iming-iming keuntungan yang besar dalam waktu singkat. Justru seharusnya hal itulah yang perlu diwaspadai oleh masyarakat. Masyarakat harus jeli dalam memahami penawaran-penawaran investasi agar terhindar dari investasi bodong.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat 6 ciri-ciri investasi bodong yang wajib menjadi perhatian masyarakat sebelum memulai investasi.
- Informasi terkait proses bisnis investasi tidak jelas
- Menawarkan bonus jika berhasil mendapatkan anggota baru
- Menjanjikan keuntungan tidak wajar dalam waktu singkat dan tanpa risiko
- Menjanjikan aset yang diinvestasikan aman dan memberikan jaminan pembelian kembali
- Menawarkan produk investasi melalui media sosial
- Entitas yang menawarkan investasi tidak memiliki izin dari otoritas yang berwenang
Selain dari sisi masyarakat, pesatnya kemajuan teknologi juga semakin memudahkan pelaku investasi bodong untuk membuat aplikasi, website, dan penawaran-penawaran melalui media sosial. Tidak sedikit pelaku investasi bodong yang melakukan promosi digital dari server luar negeri yang menyulitkan pelacakan.
Di sisi lain, dunia media sosial pun mengalami lonjakan pengguna yang signifikan. Berdasarkan laporan Digital 2022: Indonesia yang dikeluarkan oleh We Are Social, per Januari 2022 terdapat sekitar 191 juta pengguna media sosial di Indonesia. Jumlah itu meningkat sekitar 30 juta pengguna jika dibandingkan dengan 2020.
Terus bertambahnya jumlah pengguna media sosial juga berdampak pada penyebaran berita-berita hoaks. Tidak sedikit masyarakat yang mengakui pernah menyebarkan berita-berita hoaks.
Hal itu dapat terlihat dalam hasil survei Katadata Insight Center (KIC) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Dalam survei yang melibatkan 10 ribu responden dari 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota di Indonesia itu, sebanyak 11,9 persen responden mengaku turut menyebarkan berita hoaks pada 2021. Persentase tersebut dilaporkan naik dari 11,2 persen dari tahun sebelumnya.
Melihat hal itu, perlu dipahami bahwa penggunaan media sosial harus dilakukan dengan bijak dan tepat agar konten yang dibagikan tidak berlebihan untuk menghindari konflik dan diskusi media publik yang berkepanjangan.
Selain meningkatnya jumlah investor dan tren pengguna sosial media, kondisi psikologis masyarakat juga patut mendapat perhatian. Hal ini diiyakan oleh Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan drg. Vensya Sitohang yang dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan.
“Kondisi pandemi Covid-19 memperparah ataupun semakin mempengaruhi kesehatan jiwa,” katanya.
Bahkan angka prevalensinya meningkat 1 sampai 2 kali lipat dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi Covid-19. Hal-hal tersebut yang perlu diwaspadai masyarakat agar dapat menghadapi kondisi pasca pandemi dengan baik.
PermataBank akan melaksanakan Wealth Wisdom dengan mengangkat tema “Mindfully Recover” pada 29-30 November 2022 pukul 10.00-20.00 WIB bertempat di Ballroom The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place. Acara ini dilaksanakan sebagai wujud kepedulian PermataBank terhadap masyarakat yang akan memasuki masa transisi.
Acara tahunan yang secara konsisten dilaksanakan sejak 2014 dengan mengangkat beragam tema sesuai dengan tren pada setiap tahunnya. Pada tahun 2022 ini akan membahas tantangan-tantangan yang akan dihadapi Indonesia menuju transisi endemi sekaligus sejalan dengan tema G20 yang berlangsung tahun ini.
Di tahun ke-8 nya, Wealth Wisdom akan menghadirkan 15 kelas inspiratif dan 4 workshop, dengan total lebih dari 35 pembicara handal, diantaranya Menteri Keuangan Indonesia – Sri Mulyani, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi – Luhut Binsar Pandjaitan, Gubernur Jawa Tengah – Ganjar Pranowo, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia – Yunarto Wijaya, serta public figure inspiratif lainnya seperti Anjasmara, Jihane Almira, Kiky Saputri, Andrea Dian, Andien, dan masih banyak lagi. Akses https://www.permatabank.com/wealthwisdom2022 untuk info lebih lanjut.
Penulis: Ardhia Annisa Putri