Dapat Suntikan Dana Segar Rp432 Miliar, Aruna Akan Gencar Ekspansi
Startup perikanan dan kelautan Aruna telah mendapatkan dana segar US$ 30 juta atau Rp 432 miliar dalam putaran pendanaan lanjutan seri A. Pendanaan tersebut akan dimanfaatkan oleh Aruna untuk ekspansi.
Pendanaan lanjutan seri A kali ini dipimpin oleh Vertex Ventures Southeast Asia & India.
Dengan tambahan dana itu, total Aruna telah mengumpulkan US$ 65 juta atau Rp 935 miliar dalam penggalangan dana seri A.
Investor lain yang sebelumnya telah menyalurkan pendanaanya antara lain Prosus Ventures dan East Ventures, AC Ventures, Indogen Capital, SMDV dan SIG.
"Pendanaan baru ini mengindikasikan bahwa investor telah percaya pada potensi sektor maritim Indonesia," kata CEO Aruna Farid Naufal Aslam dikutip dari DealStreetAsia pada akhir pekan lalu (27/1).
Aruna akan menggunakan dana segar itu ekspansi di Indonesia. Aruna juga akan meningkatkan pangsa pasar globalnya.
Selain ekspansi, startup perikanan dan kelautan ini ingin meningkatkan perekrutan dan membangun infrastruktur teknologi dari ujung ke ujung secara berkelanjutan.
Aruna didirikan pada 2016 oleh Farid Naufal Aslam yang merupakan mantan CTO Monoponik Studio. Farid mengembangkan Aruna bersama Indraka Fadhlillah dan Utari Octavianty.
Aruna sendiri merupakan agregator rantai pasok yang menyederhanakan proses untuk nelayan Indonesia. Aruna menghubungkan mereka dengan konsumen skala perusahaan.
Selama 2021, Aruna telah mengembangkan 100 komunitas nelayan, dengan lebih dari 26 ribu anggota terdaftar di 75 lokasi di Indonesia.
Startup ini juga telah menghasilkan lima ribu peluang kerja di daerah pedesaan.
Aruna hingga saat ini telah beroperasi di 27 provinsi di Indonesia atau mewakili 70% wilayah nusantara.
Model bisnisnya melayani pasar luas, yakni volume produksi akuakultur Indonesia yang mencapai 15,1 juta metrik ton pada 2019.
Partner di East Ventures Melisa Irene mengatakan, pasar yang disasar oleh Aruna sangat besar.
Startup di sektor perikanan dan kelautan ini juga dinilai dapat menjawab masalah inefisiensi rantai pasok hasil laut. "Ini masalah yang kami lihat. Startup bisa menyediakan solusi yang tepat. Itu yang kami suka, dan kami investasi," katanya, pada 2020.
Diketahui, potensi hasil laut Tanah Air sangat besar karena 70% dari luas wilayah merupakan lautan. Panjang garis pantai Indonesia pun mencapai 99.093 kilometer.
Sedangkan pemerintah menyatakan bahwa pemanfaatan sumber daya alam (SDA) kelautan Indonesia untuk perekonomian tergolong kecil, yakni kurang dari 10%. Oleh karena itu, potensi yang bisa digali masih sangat besar.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia juga mencatat, ekspor produk perikanan tumbuh 7% secara tahunan (year on year/yoy) tahun lalu. Sektor ini juga berhasil menekan impor 12%.
Jika dirinci, neraca perdagangan produk perikanan naik lebih dari 9%. Artinya, sektor ini memiliki kekuatan dalam mendongkrak perekonomian nasional.
Apalagi pada masa pandemi Covid-19, permintaan produk perikanan meningkat. Ini karena masyarakat mulai sadar akan pentingnya mengonsumsikan makanan bergizi, termasuk ikan, utamanya saat pagebluk virus corona.