Daftar 11 Startup Indonesia Masuk Forbes Asia 100 to Watch 2023

Lenny Septiani
31 Agustus 2023, 14:12
Forbes Asia 100 to Watch 2023, startup, startup masuk forbes
Forbes Asia 100 to Watch 2023
Forbes Asia 100 to Watch 2023

Setidaknya ada 11 startup Indonesia yang masuk dalam daftar Forbes Asia 100 to Watch 2023. Lis ini memuat perusahaan yang melakukan terobosan baik dengan menggunakan teknologi atau lainnya, dan menyasar pasar yang kurang terlayani.

Singapura menempati posisi teratas dalam daftar Forbes Asia 100 to Watch 2023 selama dua tahun berturut-turut. Kali ini, Negeri Jiran itu menyumbangkan 20 perusahaan.

Disusul oleh Hong Kong 15 dan daratan utama Cina 11 perusahaan. 

Sementara Indonesia dan Filipina, yang merupakan pusat inovasi baru, menyumbang masing-masing 11 dan sembilan perusahaan.

Berikut daftar 11 startup Indonesia masuk daftar Forbes Asia 100 to Watch 2023:

1. Beleaf

Startup pertanian ini didirikan oleh CEO Amrit Lakhiani pada 2019. 

Perusahaan rintisan ini awalnya dikenal sebagai merek buah dan sayuran yang dipanen dari sistem pertanian hidroponik. Beleaf menjual produk seperti sayuran hijau dan buah langsung ke restoran maupun individu melalui supermarket dan platform e-commerce.

Startup Beleaf Farms menyediakan Function As A Service atau FaaS berupa program mengelola pertanian secara mandiri sejak tahun lalu.

Awal Agustus, Beleaf meraih pendanaan Seri A US$ 6,85 Juta atau sekitar Rp 104 miliar. Pendanaan ini dipimpin oleh Alpha JWC Ventures beserta investor lainnya seperti Openspace Ventures. 

Pada Oktober 2022, Beleaf Farms memperoleh pendanaan US$ 2 juta atau sekitar Rp 30,9 miliar yang dipimpin oleh JWC Ventures, serta diikuti oleh anak usaha BRI dan Telkom. 

BRI berpartisipasi melalui Sembrani Nusantara Fund, yang dikelola oleh perusahaan modal ventura BRI Ventures. Sedangkan Telkom masuk melalui Arise atau perusahaan patungan MDI Ventures dan Finch Capital. MDI Ventures merupakan anak usaha Telkom.

2. Chickin

Startup budidaya unggas Chickin menggunakan teknologi Internet of Things alias IoT untuk manajemen dan distribusi daging. Perusahaan ini menawarkan peralatan peternakan pintar yang terintegrasi dengan teknologi berbasis cloud, yang disebut CI-Touch.

CI-Touch dapat mengoptimalkan pengaturan iklim, manajemen peralatan, dan kondisi ternak. Perusahaan ini mendukung lebih dari 9.800 peternak ayam.

Chickin didirikan oleh Ashab Alkahfi sebagai presiden, Tubagus Syailendra menjabat Chief Executive Officer (CEO), serta Chief Technology Officer (CTO) Ahmad Syaifullah pada 2020.

Startup Chickin bertujuan mendemokratisasikan industri perunggasan. Caranya, memanfaatkan dan mengintegrasikan teknologi IoT dengan manajemen data untuk meningkatkan pendapatan peternak.

Mereka yakin teknologi yang mereka sediakan dapat menghemat biaya pakan melalui pengendalian iklim. Selain itu, Chickin menyediakan pembiayaan dalam input peternakan.

Perusahaan rintisan itu juga menyediakan saluran untuk menjual ayam berkualitas tinggi kepada pelanggan business-to-business alias B2B.

Investor utama startup ini yakni 500 Global, East Ventures, Plug and Play APAC.

3. Cosmart

Cosmart adalah platform e-commerce berbasis membership untuk barang-barang kebutuhan pokok.

Melalui situs web dan aplikasi, pengguna dapat membeli barang rumah tangga dan makanan ringan dalam jumlah besar, yang diklaim dengan harga yang lebih murah ketimbang supermarket. 

Pada Oktober 2022, Cosmart mendapatkan pendanaan tahap awal US$5 juta atau Rp 76,4 miliar. Investasi ini didapat dari Lightspeed, East Ventures, dan Vertex Ventures SEA & India.

Putaran pendanaan itu juga melibatkan partisipasi investor kawakan yakni Henry Hendrawan dan Albert Lucius.

Startup itu didirikan pada 2022 oleh Alvin Kumarga dan Robert Tan yang berpengalaman di bidang teknologi dan berpengalaman dalam mendirikan dan mengembangkan perusahaan.

4. Fresh Factory

Startup Fresh Factory adalah perusahaan fullfilment rantai dingin alias cold-chain fulfillment terintegrasi yang berspesialisasi dalam menyimpan dan mengirimkan barang dingin, beku, dan kering. 

Fresh Factory menggunakan perangkat IoT di lebih dari 40 gudang untuk memantau suhu dan melacak lokasi produk. 

Startup berkolaborasi dengan raksasa logistik Indonesia, Nusantara Card Semesta, untuk membangun jaringan pemenuhan rantai dingin terbesar di Indonesia, yang melayani 103 kota.

Tahun lalu, Fresh Factory meraih pendanaan awal (seed) US$ 4,5 juta atau sekitar Rp 66,6 miliar. Investasi ini didapat dari East Ventures, Saratoga Investama Sedaya milik Sandiaga Uno, Trihill Capital, Indogen Capital, Prasetya Dwidarma, Number Capital, Y Combinator, dan beberapa angel investor lainnya.

Fresh Factory didirikan pada 2020 oleh Larry Ridwan, Widijastoro Nugroho sebagai Chief Commercial Officer, dan Chief Financial Officer Andre Septiano.

5. Gokomodo

Startup Gokomodo menyediakan layanan pengadaan dan e-commerce untuk perusahaan di industri pertanian dan komoditas. Pengguna dapat memesan produk seperti alat pertanian dan peralatan keselamatan dari 68 brand, sedangkan pemasok dapat mengajukan penawaran dan melacak data penjualan. 

Gokomodo menawarkan solusi melalui platform pengadaan, perdagangan, dan distribusi berbasis digital. Rincian layanan startup B2B ini sebagai berikut:

Halaman:
Reporter: Lenny Septiani
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...