Startup Rekosistem dan Milion Limbah Bangun Fasilitas Sampah di Jatim
Startup climate-tech Indonesia, Rekosistem, bekerja sama dengan Milion Limbah Indonesia meluncurkan fasilitas pengelolaan sampah seluas 16.000 meter persegi. Fasilitas bernama Reko Hub Driyorejo ini untuk melayani beberapa kota dan kabupaten di Jawa Timur.
Fasilitas ini menambah kapasitas pengelolaan sampah anorganik dan daur ulang Rekosistem di Jawa Timur menjadi 50,000 ton setiap tahunnya, naik dari 15,000 ton. Co-founder dan Chief Executive Officer Rekosistem Ernest Layman mengatakan, Jawa Timur merupakan salah satu fokus perusahaan, mengingat produksi sampahnya yang menduduki peringkat kedua di Indonesia yaitu sekitar 5 juta ton sampah per tahunnya.
“Sejauh ini, tingkat daur ulang Rekosistem di Jawa Timur sudah mencapai 70%,” katanya dalam keterangan pers, Kamis (16/11).
Kebijakan ini sejalan dengan yang ditargetkan pada Kebijakan dan Strategi Nasional (JAKSTRANAS), PERPRES No. 97 Tahun 2017 dengan target pengurangan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga sebanyak 30%, dan penanganan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga sebanyak 70% di 2025.
Dengan fokus penerapan metode ekonomi sirkular dan menggandeng Milion Limbah Indonesia sebagai mitra strategis, Ernest mengatakan Reko Hub Driyorejo juga didesain untuk pengolahan sampah berjenis plastik bernilai rendah (low-value plastic atau LVP) yang biasanya berakhir di TPA dan tidak didaur ulang. Sehingga, fasilitas tambahan ini dinilai turut berkontribusi terhadap peningkatan persentase pemulihan material menjadi 80%.
Sebelumnya, untuk sampah dari Jawa Timur, Rekosistem menggunakan Reko Hub yang terletak di kawasan Made, Surabaya dengan kapasitas sebesar 15 ribu ton. Reko Hub ini sebagian besar menangani sampah dari 12 ribu rumah.
Ernest menjelaskan, Reko Hub Driyorejo, merupakan evolusi dari Reko Hub Rekosistem, yang sebelumnya berfokus untuk menampung, memilah, mendata dan mengolah sampah yang akan disalurkan kepada industri daur ulang. Selain itu, menjadi tempat pemrosesan sampah yang bertanggung jawab sehingga meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, transportasi, dan waktu yang digunakan untuk proses daur ulang dari hulu ke hilir.
Ia mengatakan, Rekosistem berkomitmen untuk terus berinovasi dalam pengelolaan sampah dan pemulihan material demi menciptakan ekonomi yang lebih berkelanjutan.
“Kolaborasi dengan Million Limbah Indonesia adalah contoh nyata bagaimana dua perusahaan dapat bergandengan tangan untuk mencapai tujuan bersama, dalam mencapai target Net Zero Emissions Indonesia melalui pengurangan emisi karbon dengan cara pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular,” kata dia.
Co-founder & CEO Million Limbah Indonesia Alex Chandra menjelaskan alasan plastik bernilai rendah atau LVP memiliki tingkat daur ulang yang sangat rendah. Ini dikarenakan kelangkaan teknologi serta tingkat kompleksitas pemrosesannya sehingga jenis plastik ini masih banyak dikategorikan sebagai sampah residu.
“Kami sangat senang bekerja sama dengan Rekosistem dalam upaya untuk meningkatkan persentase daur ulang di Indonesia melalui pengolahan sampah dengan lebih banyak jenis,” katanya. Sebab, masalah sampah di Indonesia bukan hanya jenis sampah plastik bernilai, namun juga residu yang banyak diabaikan oleh pemain lainnya.
Dengan kerja sama ini, menurutnya, tingkat pemulihan materi yang lebih baik bisa dicapai, karena layanan penjemputan sampah yang dilakukan Rekosistem banyak menjangkau kawasan pemukiman penduduk.