Tren Startup PHK dan Tutup Diramal Berlanjut hingga Juni

Lenny Septiani
23 Januari 2024, 14:19
startup phk, Startup tutup,
Katadata
Diskusi Katadata Forum dengan tema "Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital" di Jakarta, pada 2018.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Startup PHK atau melakukan pemutusan hubungan kerja maupun yang tutup marak terjadi sejak 2022. Investor memperkirakan, tren ini terjadi hingga Juni.

“Saya kira hingga paruh pertama tahun ini, masih akan terus melihat banyak berita yang tidak menguntungkan seperti startup PHK dan tutup, hal-hal seperti itu,” kata Founding partner Intudo Ventures Patrick Yip dalam acara Panel Discussion Investment Outlook 2024 in Indonesia di Jakarta, pekan lalu (10/1).

Tren startup tutup dan PHK menurut dia akan membaik pada Semester II atau Juli – Desember.

Menurut dia, startup tengah menghadapi ‘kenormalan baru’ terkait pendanaan. Investor yang dahulu hanya melihat pertumbuhan bisnis, kini mengkaji profitabilitas dan keberlanjutan usaha startup yang akan disuntik modal.

“Tantangan penggalangan dana semakin meningkat, karena investor mengadopsi pendekatan lebih cerdas. Namun dalam lanskap modal ventura, likuiditas tetap kuat karena perusahaan-perusahaan terus berhasil mengumpulkan modal,” ujar Patrick.

Google, Temasek, dan Bain and Company mencatat dry powder atau dana yang tersedia meningkat pada 2022. Dana ini menggambarkan likuiditas.

Rinciannya sebagai berikut:

Modal tersedia (dry powder) di Asia Tenggara
Modal tersedia (dry powder) di Asia Tenggara (e-Conomy 2020 dan Preqin)

Pendanaan dinilai menjadi salah satu penyebab maraknya startup PHK dan tutup. Investasi ke startup Indonesia anjlok 87% secara tahunan atau year on year (yoy) dari US$ 3,3 miliar menjadi hanya US$ 400 juta atau sekitar Rp 6,3 triliun selama Semester I 2023.

Rincian pendanaan ke startup Indonesia dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:

Pendanaan ke startup Indonesia selama Semester I 2023
Pendanaan ke startup Indonesia selama Semester I 2023 (January Capital, Katadata/Desy Setyowati)

Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia atau Amvesindo Eddi Danusaputro menyampaikan, para investor menjadi lebih selektif dalam berinvestasi ke startup.

Selain itu, pendapatan startup menurun akibat kondisi makro-ekonomi, lemahnya permintaan konsumen hingga suku bunga acuan tinggi.

Penurunan pendapatan mendorong para startup untuk memperpanjang runway dengan membelanjakan dana secara lebih efisien supaya dapat tumbuh berkesinambungan. Salah satu caranya dengan PHK.

Dalam konteks startuprunway mengacu pada berapa lama perusahaan dapat bertahan di pasar, jika pendapatan dan pengeluaran konstan atau sebelum kehabisan uang.

“Investor lokal akan terus mencari kesepakatan pendanaan, terutama startup tahap awal dan lanjutan. Investor berinvestasi di startup untuk jangka panjang, sekitar lima sampai delapan tahun,” kata Eddi kepada Katadata.co.id.

Hal senada disampaikan oleh Managing Partner Skystar Capital Abraham Hidayat. Ia memproyeksikan tren startup tutup dan PHK akan berlanjut. Namun investor tetap akan berinvestasi, terutama ke startup tahap awal.

“Kami optimistis dengan potensi kesuksesan startup yang didirikan pada periode ini. Pada masa-masa tersulit ini, kami akan melihat munculnya para pendiri startup yang paling menjanjikan,” kata Abraham dalam acara Panel Discussion Investment Outlook 2024 in Indonesia.

Abraham pun membagikan tiga sentimen yang dapat mendorong pendanaan startup, di antaranya:

1. Kebijakan suku bunga acuan Amerika

Kebijakan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika The Fed menjadi salah satu hal yang diperhatikan oleh investor. Ekonom CELIOS Nailul Huda sepakat bahwa hal ini dapat memengaruhi pendanaan ke startup.

Deputy Head Technology & Consumer Southeast Asia Temasek Fock Wai Hoong pernah menjelaskan, penurunan investasi ke startup salah satunya disebabkan oleh ketidakpastian kondisi makro ekonomi dan kenaikan suku bunga.

“Pasar publik dan saham teknologi belum kebal dari itu,” kata Fock Wai Hoong dalam acara Media deep dive discussion: e-Conomy SEA 2022 Report (Indonesia) by Google, Temasek, Bain & Company pada November (8/11).

2. Performa startup jumbo yang sudah IPO

Startup jumbo yang sudah mencatatkan saham perdana alias initial public offering (IPO) yakni GoTo Gojek Tokopedia, Grab, induk Shopee yakni Sea Ltd, Bukalapak hingga Blibli.

“Kalau kinerja bisnis listed unicorn membaik, seharusnya mengubah sentimen,” kata Abraham.

Hal senada pernah disampaikan oleh Founding Partner AC Ventures Pandu Sjahrir. Ia mencatat, induk Shopee, Grab, dan GoTo Gojek Tokopedia memproyeksikan peningkatan ganda pendapatan pada 2024.

“Artinya, sekarang yang penting yakni pertumbuhan pendapatan,” kata Pandu dalam Bloomberg CEO Forum at Asean, pada September tahun lalu (6/9/2023).

3. Pendanaan jumbo ke startup

Pendanaan jumbo ke startup bisa menjadi sentimen positif bagi investor untuk berinvestasi.

Sementara itu, Pemilu dinilai tidak berpengaruh signifikan terhadap pendanaan startup. Sebab, investor berinvestasi ke startup untuk jangka panjang.

Namun Partner Trihill Capital Anthony Tjahjadi mengimbau startup menghindari untuk mengambil keputusan besar sebelum Pemilu 2024 digelar pada Februari. Alasannya, dinamika politik dapat memengaruhi hasil dari keputusan yang dibuat.

“Jika Anda sedang menggalang dana atau ingin melakukan merger atau akuisisi, selesaikan kesepakatan dengan cepat,” ujar Anthony. “Terkadang investor mengatakan ‘ya’, tetapi mereka tidak bersungguh-sungguh.”

Reporter: Lenny Septiani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...