Eks Bos TaniHub Jadi Tersangka, Ada Tren Startup Manipulasi Keuangan?
Kasus dugaan fraud startup kembali terjadi, kali ini melibatkan TaniHub, MDI Ventures, dan BRI Ventures dalam dugaan pencucian uang dengan pemalsuan data keuangan. Eks CEO eFishery, Gibran, sebelumnya menyinggung praktik mark-up laporan keuangan yang kerap digunakan untuk menggaet investasi.
Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan menetapkan mantan Direktur Utama TaniHub, IAS, sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) oleh Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan sejak Senin (28/7). Jaksa menyebut pimpinan Tanihub melakukan manipulasi data dan laporan keuangan untuk meyakinkan investor.
Perkara ini terkait investasi sebesar US$ 25 juta atau sekitar Rp 400 miliar dari dua perusahaan modal ventura, yakni MDI Ventures dan BRI Ventures, ke TaniHub dan afiliasinya pada periode 2019 hingga 2023.
Kejaksaan juga menetapkan dua tersangka lain, yakni Direktur MDI Ventures DSW dan mantan Direktur TaniHub ETPLT.
Ketiganya kini menjalani tahanan di tempat yang berbeda. DSW ditahan di Rutan Salemba, IAS di Rutan Salemba Cabang Kejari Jaksel, dan ETPLT dititipkan di Rutan Cipinang.
Berdasarkan penyidikan awal, DSW diduga menyetujui pencairan investasi secara melawan hukum. Sedangkan IAS dan ETPLT diduga telah memanipulasi data keuangan dan operasional TaniHub untuk meyakinkan investor. Setelah dana cair, keduanya disebut menggunakan sebagian dana investasi untuk kepentingan pribadi.
Modus Pemalsuan Laporan Keuangan Pernah Disinggung Eks CEO e-Fishery
Pola manipulasi data seperti yang diduga terjadi di TaniHub bukanlah yang pertama di industri startup Indonesia. Kasus serupa sebelumnya menimpa eFishery.
Startup perikanan tersebut terjerat kasus manipulasi laporan keuangan. Laporan hasil investigasi menunjukkan manajemen eFishery diduga menggelembungkan dana perusahaan US$ 600 juta atau Rp 9,8 triliun (kurs Rp 16.331 per US$) selama Januari - September 2024.
Mantan CEO eFishery, Gibran Huzaifah, mengakui dirinya memoles angka laporan keuangan. Ia menyinggung praktik pemolesan laporan keuangan merupakan hal yang dilakukan oleh para pendiri startup di Indonesia untuk menarik investor.
Gibran pernah mengatakan saat awal-awal berdiri dan kebingungan mencari pendanaan, ia bertanya kepada sesama pendiri startup Indonesia tentang bagaimana mereka berhasil mengumpulkan investasi baru. Menurut dia, jawabannya seolah-olah mereka memanipulasi angka.
"Mereka mengatakan bahwa mereka memanipulasi angka-angka. Mereka memiliki beberapa 'growth hacking initiatives’ yang mereka lakukan dan biasanya mereka melakukannya sebelum penggalangan dana," kata Gibran dikutip dari Bloomberg pada April (15/4).
Gibran menjelaskan dirinya memoles angka laporan keuangan eFishery untuk bertahan hidup. "Saya pikir saya akan melakukannya hanya untuk bertahan hidup,” kata dia.
Co-founder and General Partner Alpha JWC Ventures Jefrey Joe menilai kasus pemalsuan laporan keuangan seperti ini tidak selalu karena niat jahat. Jefrey memahami bahwa membangun startup yang sukses merupakan proses yang sangat sulit dan penuh tekanan.
"Membangun perusahaan dari nol itu sangat sulit. Di tengah tekanan untuk terus tumbuh, beberapa pendiri bisa saja tergoda untuk mengambil jalan pintas," ujar dia dalam acara peluncuran SpeakUp di Jakarta, Rabu (23/7).
Menurut Jefrey, jalan pintas kerap dimotivasi oleh keinginan untuk menampilkan kondisi keuangan yang tampak lebih baik dari kenyataan, dengan harapan bisa menarik pendanaan lanjutan.
“Boosting the number itu untuk menunjukkan pertumbuhan. Dulu banyak yang berfokus ‘bakar uang’ untuk menaikkan pendapatan, karena landscape-nya begitu. Investor saat itu juga mencari growth secepat-cepatnya," kata Jefrey.
