Animator 3D Asal UEA Tuduh Merah Putih: One For All Pakai Asetnya
Tim produksi film animasi Merah Putih: One for All menyatakan tidak mengambil aset milik orang lain dalam wawancara dengan sejumlah media. Namun animator 3D yang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab atau UEA Junaid Miran mengatakan asetnya digunakan di film ini.
“I am the artist who made all these characters. So am I getting paid and credited or not? Kata Junaid Miran dalam kolom komentar di unggahan bertajuk ‘Ngobrolin Keanehan Trailer Merah Putih One for All’ di channel YouTube ‘Dibalik Mindplace’, pada Senin (11/8).
Ia juga mengklaim film Merah Putih: One for All menggunakan enam karakter ciptaannya tanpa sepengetahuan maupun pemberian kredit di i kolom komentar kanal YouTube Junaid, pada video berjudul 'Character Profile: Jayden – "Stylized Toon Boys Pack'.
“Tidak ada satu pun dari tim produksi yang menghubungi saya atau memberi saya kredit atas penggunaan karakter saya sebagai tokoh utama dalam film. Mereka telah 'menggunakan total enam karakter,” tulis Junaid pada Senin (11/8).
Unggahannya itu mendapatkan beragam komentar dari warganet Indonesia.
Dikutip dari laman LinkedIn yang disematkan Junaid Miran, ia berbasis di Dubai, UEA. Ia berpengalaman 20 tahun di bidang desain virtual. Katadata.co.id juga mengecek portfolionya, dan aset Jayden memang mirip dengan salah satu karakter di Merah Putih: One for All yang disebut berasal dari wilayah Timur Indonesia dan berbaju merah.
Aset karakter 3D buatan Junaid dijual di platform Reallusion dengan harga sekitar US$ 149 atau Rp 2,4 juta.
Namun tim produksi film Merah Putih: One for All dalam wawancara dengan sejumlah media, membantah telah meniru karya orang lain.
Kemenekraf Akan Selidiki Ada Tidaknya Aset yang Ditiru di Merah Putih: One for All
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar memastikan kementerian akan mencari tahu apakah ada ada hak kekayaan intelektual atau HKI yang dilanggar dalam pembuatan film animasi Merah Putih: One for All.
Hal itu terkait adanya beberapa potongan adegan dalam animasi Merah Putih: One for All yang diduga merupakan kekayaan intelektual dari film lain.
“Kami lihat ada dua sisi. Di industri animasi, termasuk gim, ada aset yang diperjualbelikan di platform seperti Unity, ini pasar terbuka. Selama mereka membeli aset-aset yang ada di sana, ini tidak menyalahgunakan aturan," kata Irene di Jakarta, dikutip dari Antara, Selasa (12/8).
Namun jika pembuat animasi mengambil kekayaan intelektual tanpa izin dan bukan dari aset yang diperjualbelikan, maka hal itu melanggar aturan.
Ia mengatakan akan memastikan animasi Merah Putih: One for All tidak menyalahi aturan dalam penggunaan visual dari kekayaan intelektual kreator lain tanpa izin.
