Pertama Kalinya Investasi Startup Indonesia Kalah dari Filipina

Kamila Meilina
22 Oktober 2025, 15:29
investasi startup, pendanaan startup,
Katadata
Diskusi KatadataForum dengan tema "Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital" di Jakarta, pada 2018
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Untuk pertama kalinya nilai investasi startup Indonesia kalah dari Filipina selama semester pertama tahun ini. Singapura masih memimpin.

Laporan Pendanaan Startup Asia Tenggara Semester I 2025 DealStreetAsia bersama Kickstart Ventures Inc menunjukkan, startup Filipina mengumpulkan investasi US$ 86,4 juta. Nilainya lebih tinggi ketimbang Indonesia US$ 78,5 juta.

Singapura menempati posisi pertama sebagai negara dengan nilai investasi ke startup terbanyak di Asia Tenggara selama paruh pertama 2025 yakni US$ 1,2 miliar. Disusul oleh Vietnam dan Malaysia.

Secara keseluruhan, pendanaan ke startup Asia Tenggara mencapai US$ 1,85 miliar sepanjang Januari – Juni. Rinciannya sebagai berikut:

  1. Singapura US$ 1,2 miliar atau turun 44% secara tahunan alias year on year (yoy)
  2. Vietnam US$ 275 juta atau naik 169% yoy
  3. Malaysia US$ 196 juta, meningkat dua kali lipat
  4. Filipina US$ 86,4 juta
  5. Indonesia US$ 78,5 juta, turun 67% yoy
  6. Thailand US$ 10 juta
INFOGRAFIK: Musim Dingin Startup Indonesia Berkepanjangan
INFOGRAFIK: Musim Dingin Startup Indonesia Berkepanjangan (Katadata/ Amosella)

Kepala Riset di DealStreetAsia Andi Haswidi menjelaskan pendanaan ke startup US$ 1,28 miliar pada kuartal II atau April – Juni. Nilainya naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan kuartal pertama atau Januari – Maret US$ 580 juta.

“Angka-angka ini mencerminkan kondisi yang hati-hati akibat tantangan ekonomi makro dan pengawasan ketat terhadap standar tata kelola,” kata Mitra Umum Kickstart Ventures Joan Yao dikutip dari Business Mirror, bulan lalu.

“Dengan latar belakang itu, Filipina berada di posisi yang tepat untuk bergerak dari posisi terpinggir ke posisi sentral dengan memanfaatkan potensi positifnya dan memperkuat kepercayaan investor,” Joan Yao menambahkan.

Startup dengan status unicorn lahir dari Malaysia, yakni Ashita Group, setelah meraih pendanaan US$ 155 juta. Lalu dari Singapura, Thunes, usai meraup investasi US$ 150 juta dan bank aset digital Sygnum.

Startup yang Dilirik Investor 2025

Pendiri sekaligus Managing Partner di Kickstart Ventures Minette Navarrete mengatakan kehati-hatian investor terlihat dalam pendanaan tahap awal. Transaksi hingga Seri B menurun menjadi 219 transaksi dan nilainya US$ 1,1 miliar, level terendah dalam enam tahun.

Tren itu mencerminkan peningkatan penekanan pada efisiensi modal dan profitabilitas daripada ekspansi cepat bagi perusahaan-perusahaan yang lebih muda.

“Pendanaan tahap awal kini membutuhkan bukti yang lebih kuat mengenai efisiensi modal, model pertumbuhan yang layak, dan tim yang dapat dipercaya untuk kinerja pasar dan tata kelola yang baik,” kata Navarrete dikutip dari e27.

Sebaliknya, transaksi investasi ke startup tahap akhir menunjukkan ketahanan. Meskipun hanya sepuluh transaksi yang diselesaikan pada paruh pertama 2025, nilainya mencapai US$ 756 juta atau naik 70% dibandingkan semester II 2024.

Pendanaan ke startup skala menengah juga naik menjadi US% 60 juta. Navarrete menilai ini menunjukkan konsentrasi modal pada bisnis dengan skala mapan, fundamental yang kuat, dan strategi keluar yang kredibel.

“Modal pada tahap selanjutnya terkonsolidasi di belakang perusahaan yang telah menunjukkan ketahanan dan skala. Hal ini menciptakan lingkungan yang lebih disiplin bagi para pendiri dan investor,” kata Navarrete.

Dari sisi sektor, teknologi finansial alias fintech masih menjadi primadona dengan US$ 631 jura dan 57 transaksi, meskipun turun ke level terendah dalam lebih dari enam tahun.

Sebaliknya, teknologi kesehatan menggandakan nilai investasi menjadi US$ 108 juta.

Lalu, startup yang berfokus pada iklim mencatatkan 34 transaksi investasi, terutama di bidang energi terbarukan, pengelolaan limbah, dan mobilitas rendah karbon.

“Angka-angka ini menunjukkan bahwa Asia Tenggara tidak sedang mengalami kemunduran, melainkan sedang pulij. Investor tidak lagi mengejar pertumbuhan dengan cara apa pun, dan para pendiri kini ditantang untuk membangun bisnis yang disiplin, efisien, dan tangguh,” ujar dia.

Peningkatan ukuran transaksi tahap akhir dan munculnya unicorn baru menunjukkan bahwa modal investor masih tersedia, tetapi semakin diarahkan kepada perusahaan yang dapat membuktikan fundamental dan kesiapan untuk skala besar.

“Ini merupakan kalibrasi ulang yang sehat bagi startup Asia Tenggara, yang meletakkan fondasi yang lebih kuat untuk siklus pertumbuhan berikutnya,” ujar Navarrete.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Kamila Meilina

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...