Ini Teknologi yang Masif Diadopsi Perusahaan di Indonesia
Sebanyak 40% perusahaan di Indonesia disebut akan menggunakan strategi cloud-native-first. Cloud dengan kemampuan penskalaan otomatis dan layanan mandiri ini dinilai mendorong efisiensi.
VP Senior Research Director Forrester Frederic Giron mengatakan perusahaan di Indonesia menyeimbangkan kecepatan dan skala inovasi dengan biaya cloud yang membengkak.
Di tengah kondisi makro ekonomi yang turun saat ini, “organisasi akan mempercepat investasi di Kubernetes (open-source) dan tanpa server sebagai tulang punggung komputasi terdistribusi untuk aplikasi saat ini,” katanya dalam Technology Predictions For 2023 for Indonesia di Pullman Thamrin Jakarta, Selasa (7/3).
Berdasarkan laporan bertajuk Forrester Infrastructure Cloud Survey 2022, perusahaan di Indonesia berada pada tahap awal adopsi cloud. Rinciannya sebagai berikut:
- 49% perusahaan sudah mengadopsi model cloud, termasuk infrastructure as a service (IaaS) dan platform as a service (PaaS)
- 34% perusahaan berencana mengadopsi
- 17% tidak mengadopsi
Forrester pun mengajukan pertanyaan tentang alasan perusahaan di Indonesia mengadopsi cloud. Rincian jawaban dari pertanyaan 'mana yang paling penting dalam keputusan organisasi Anda untuk mengadopsi cloud publik?', sebagai berikut:
- 36% Kurangi kredit daya dan pendinginan
- 34% Peningkatan pemulihan bencana dan kelangsungan bisnis
- 28% Kemampuan untuk mengukur secara global untuk menjangkau basis pengguna global, baik internal maupun eksternal
- 27% Untuk mendukung upaya keberlanjutan
- 26% Akses ke layanan pengembangan baru dan inovatif
- 26% Memberi pengembang sumber daya yang cepat dan mudah untuk pengujian dan pengembangan
- 26% Pengembangan lebih cepat dan waktu untuk memasarkan produk perangkat lunak baru
- 24% Kemampuan untuk digunakan sebagai kapasitas puncak pada saat penggunaan tinggi, seperti musim liburan
Selain itu, 35% perusahaan di Indonesia menyatakan adopsi dan penggunaan software as a service (SaaS) sebagai prioritas perangkat lunak utama. Rinciannya yakni:
- 35% Tingkatkan penggunaan software as a service (SaaS)
- 24% Dukungan dan pemeliharaan aplikasi outsourcing
- 23% Perbarui/modernisasi warisan utama atau aplikasi yang dikembangkan khusus
- 23% Tingkatkan penggunaan perangkat lunak open source
- 23% Mengkonsolidasikan semua sistem yang menghadap pelanggan
- 22% Migrasikan aplikasi yang ada ke cloud publik
- 21% Meningkatkan penggunaan toko aplikasi perusahaan (internal atau eksternal)
- 21% Mengintegrasikan sistem pencatatan back-end dengan sistem keterlibatan seluler dan web yang menghadap pelanggan
- 21% Mengkonsolidasikan platform web dan teknologi seluler kami yang menghadap pelanggan
- 20% Tingkatkan aplikasi paket bisnis buatan vendor ke rilis yang lebih baru
Frederic mengatakan bahwa proses kecerdasan (intelligence) akan menghidupkan kembali 20% program Robotic Automation Technology (RPA) yang gagal.
“Modern task dan process mining tools telah berevolusi untuk membantu mengoptimalkan pekerjaan, meningkatkan proses, dan mengidentifikasi peluang otomatisasi,” katanya.
Ahli strategi teknologi perusahaan dinilai perlu fokus pada 'proses otomatisasi' sebanyak 'otomatisasi proses'.
Berdasarkan laporan bertajuk ‘Forrester’s Q3 2020 Asia Pacific Robotic Process Automation Maturity Assessment Survey’, kematangan robotic process automation di Asia Pasifik yakni:
- 7% level advance
- 53% level menengah
- 40% level pemula