Respons Telkom soal XL Axiata dan Smartfren Merger
Telkom menanggapi merger antara XL Axiata dan Smartfren pada Rabu (11/12) dengan nilai gabungan Rp 104 triliun. Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah menyampaikan langkah ini menciptakan tiga pemain besar di industri telekomunikasi.
Ketiga pemain besar yang dimaksud yakni Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison, dan PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (XLSmart), gabungan XL Axiata dan Smartfren.
“Dengan adanya merger, semoga industri baik,” kata Ririek saat ditanya mengenai potensi oligopoli dalam acara konferensi pers di Kantor Telkom Indonesia, di Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (16/12). "Sekarang cuma tiga pemain besar. Meski begitu, persaingan tetap ada."
Setelah merger, XL Axiata menjadi entitas yang bertahan. Smartfren dan SmarTel bergabung menjadi XLSmart. Meski begitu, akan tetap ada tiga merek yakni XL Axiata, Smartfren, dan XLSmart, sehingga pengguna tidak perlu beralih.
Smartfren memiliki 35,9 juta pelanggan dan XL Axiata 58,6 juta. Jumlah pelanggan kedua perusahaan 94,5 juta.
Berdasarkan laporan XL Axiata dan Smartfren untuk analis dan investor pada Rabu (11/12), gabungan frekuensi keduanya 152 Mhz. “Spektrum yang tersedia lebih banyak, maka akan meningkatkan kecepatan internet dan mengakselerasi 5G lokal,” ujar CEO XL Axiata Dian Siswarini dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (11/12).
Group Chief Executive Officer Axiata Group Vivek Sood menilai merger XL Axiata dan Smartfren bisa membuka jalan bagi Indonesia dan ASEAN yang lebih terkoneksi. Selain itu, mengurai permasalahan kesenjangan digital.
Viviek menilai merger memungkinkan perusahaan memenuhi kebutuhan infrastruktur yang unik bagi Indonesia sebagai negara kepulauan, dengan menyediakan platform yang dapat meningkatkan cakupan serta kualitas layanan dan jaringan.
“Axiata memiliki keahlian dalam mengeksekusi merger yang sukses dan memberikan nilai bagi para pemegang saham, dan kami bersemangat membawa keahlian ini ke XLSmart," kata Viviek dalam keterangan pers, Rabu (11/7).