Perusahaan Jepang Wajibkan Karyawan Pakai AI Demi Dongkrak Produktivitas
Yahoo Japan, perusahaan teknologi di balik aplikasi perpesanan dan media sosial Line, mengumumkan kebijakan baru yang mewajibkan seluruh karyawannya menggunakan kecerdasan buatan (AI) dalam pekerjaan sehari-hari. Menurut laporan PC Watch, langkah ini diambil sebagai bagian dari target perusahaan untuk melipatgandakan produktivitas karyawan pada 2028.
Melansir Techspot (21/7), sekitar 11.000 karyawan Yahoo Japan kini diharuskan memanfaatkan AI generatif untuk berbagai tugas umum, seperti riset, pencarian data, pembuatan dokumen, serta rapat.
Perusahaan mencatat, pekerjaan administratif ini menghabiskan sekitar 30% waktu kerja karyawan. Dengan penggunaan AI, karyawan dapat fokus pada pekerjaan yang lebih kreatif dan bernilai tinggi.
Yahoo Japan saat ini telah menggunakan alat AI internal bernama SeekAI untuk mendukung operasi bisnis, seperti penggantian biaya, pembuatan template prompt, proofreading dokumen, komunikasi, hingga penyusunan agenda rapat.
Perusahaan menekankan bahwa AI dirancang untuk mengurangi pekerjaan berulang yang memakan waktu, bukan menggantikan tenaga kerja.
Namun, rencana ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan publik, terutama terkait target produktivitas ganda pada 2028. Tidak ada kejelasan mengenai langkah yang akan diambil jika target tersebut tidak tercapai.
Meski penggunaan AI dianggap mampu menghemat waktu, beberapa studi menunjukkan sebaliknya. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa pengembang berpengalaman justru membutuhkan 19% lebih lama untuk menyelesaikan tugas saat menggunakan alat AI.
Kasus serupa terjadi di Amazon, di mana penggunaan AI untuk meningkatkan output tim justru mengurangi kreativitas dan kepuasan kerja.
CEO Shopify Tobi Lütke sebelumnya juga mengumumkan kebijakan serupa, dengan menyatakan bahwa penggunaan AI adalah “ekspektasi dasar” bagi seluruh karyawan.
