Indonesia Akan Punya Satelit LEO Pertama pada 2027, Pesaing Starlink
Asosiasi Antariksa Indonesia atau Ariksa menargetkan Indonesia meluncurkan satelit orbit rendah atau low earth orbit (LEO) pertama pada 2027. Satelit ini sejenis dengan Starlink.
“Paling lambat pada 2027, akan ada peluncuran satelit LEO dari Indonesia,” kata Ketua Ariksa Adi Rahman Adiwoso dalam sesi diskusi Ariksa di Jakarta Pusat, Kamis (21/8).
Satelit LEO adalah satelit yang beroperasi pada ketinggian 500 - 2.000 kilometer dari permukaan bumi. Jaraknya yang lebih dekat dibandingkan satelit geostasioner atau GEO yang mengorbit di ketinggian 36.000 kilometer, membuat biaya peluncuran satelit LEO relatif lebih murah.
Akan tetapi, cakupan satelit LEO terbatas sehingga membutuhkan konstelasi ratusan satelit untuk menjangkau seluruh wilayah bumi.
Starlink merupakan salah satu layanan internet satelit SEO. Pengembangnya yakni SpaceX menggunakan konstelasi ribuan satelit di LEO.
SpaceX atau Space Exploration Technologies Corp. adalah perusahaan teknologi luar angkasa swasta asal Amerika Serikat yang didirikan oleh Elon Musk pada 2002. Selain Starlink, produk perusahaan ini meliputi: Roket Falcon 9 dan Falcon Heavy, sistem transportasi luar angkasa Starship, serta kapsul awak dan kargo untuk NASA Dragon.
Starlink sudah beroperasi di Indonesia sejak 2022, namun secara resmi masuk pada Mei tahun lalu.
Satelit yang diluncurkan Indonesia sejauh ini mengorbit di GEO, di antaranya:
- SATRIA-1 (Nusantara Tiga): Diluncurkan 19 Juni 2023, beroperasi efektif sejak 25 Desember 2023. Berfokus menyediakan akses internet ke wilayah 3T atau terdepan, terluar, tertinggal).
- Nusantara Satu (PSN VI): Diluncurkan Februari 2019. Satelit berbasis High Throughput Satellite atau HTS ini menjangkau broadband di seluruh Indonesia.
- Telkom-4 (Merah Putih): Diluncurkan 7 Agustus 2018, mulai beroperasi Oktober 2018. Digunakan untuk komunikasi C-Band dan Extended C-Band untuk Indonesia, Asia Tenggara, dan Asia Selatan.
- Telkom-3S: Diluncurkan 14 Februari 2017, beroperasi sejak 17 April 2017. Berfungsi menggantikan Telkom-3, membawa transponder C-Band, Extended C-Band, dan Ku-Band untuk layanan komersial.
- BRIsat: Diluncurkan 19 Juni 2016
Kini, Arisat menyiapkan pembangunan spaceport atau fasilitas peluncuran roket yang akan membawa satelit LEO ke orbit. Adi Rahman Adiwoso, yang juga menjabat CEO Pasifik Satelit Nusantara atau PSN, menyampaikan ada tiga fokus utama yang perlu diperkuat untuk mewujudkan target peluncuran pada 2027, yakni:
- Kebijakan pemerintah yang berpihak pada investasi
- Pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang selaras dengan pertumbuhan industri antariksa
- Model bisnis yang berkelanjutan agar ekosistem antariksa dapat terus berkembang
Ia mencontohkan evolusi industri teknologi informasi pada 1990-an, ketika Facebook, Google, dan Microsoft tumbuh dari startup menjadi perusahaan bernilai triliunan dolar. Fenomena serupa kini terjadi di industri antariksa.
“Rocket Lab dulu hanya bernilai US$ 2 miliar dan kini US$ 15 miliar. SpaceX dengan Starlink, valuasi privatnya hampir US$ 400 miliar dan berpotensi menjadi US$ 1 triliun,” ujarnya.
Menurut Adi, perkembangan pesat itu membuktikan industri antariksa dapat menjadi motor ekonomi global. Indonesia memiliki peluang untuk mengikuti jejak itu dengan konsolidasi visi dan strategi yang jelas.
