Gim Disusupi Konten Radikalisme, Ini Tanggapan Komdigi
Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menegaskan akan terus mengawasi sekaligus menindak konten bermuatan radikalisme yang beredar di ruang digital, termasuk di dunia gim daring (game online).
Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kemkomdigi, Alexander Sabar, mengatakan pengawasan akan dilakukan dengan mekanisme pelaporan dari masyarakat maupun kementerian/lembaga (K/L) khususnya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
“Kemarin kami baru rapat koordinasi dengan BNPT. Kita akan awasi (penyebaran konten radikalisme). Mekanismenya, selain yang dilakukan di Komdigi, kita juga menerima aduan dari masyarakat dan K/L terkait,” ujar Alexander saat ditemui di Jakarta, Kamis (2/10).
Menurutnya, setiap laporan yang diterima akan ditindaklanjuti dengan langkah tegas, mulai dari permintaan penghapusan (take down) konten di platform digital hingga pemutusan akses.
“BNPT kalau menemukan (konten radikalisme) pasti akan diserahkan ke kami. Kita proses apakah dengan minta take down di media sosial dan platform-platform itu, atau kita lakukan pemutusan akses,” jelasnya.
BNPT: Radikalisme Kini Menyusup Lewat Gim Online
Peringatan soal ancaman radikalisme di dunia gim sebelumnya disampaikan Kepala BNPT, Komjen Pol Eddy Hartono. Ia menyebut pola penyebaran ideologi ekstrem kini mulai menyasar anak-anak dan remaja melalui gim daring yang mereka mainkan setiap hari.
Menurutnya, sedikitnya, 13 anak dari berbagai daerah di Indonesia telah terhubung melalui permainan daring Roblox, yang kemudian menjadi pintu masuk bagi jaringan simpatisan teroris.
Proses perekrutan, lanjutnya, biasanya dimulai dari interaksi dalam gim, lalu berlanjut ke platform komunikasi tertutup seperti Telegram dan WhatsApp, tempat indoktrinasi dilakukan secara lebih intens.
Eddy menilai tren ini menjadi tantangan serius karena anak-anak kini bukan hanya target propaganda di media sosial, tetapi juga di ruang bermain digital mereka. “Ini pola rekrutmen baru, dan kita harus lebih waspada,” kata dia.
Fenomena radikalisme melalui gim daring juga terjadi di berbagai negara. Pada 2024, misalnya, seorang remaja 16 tahun di Singapura ditangkap karena membuat simulasi zona militer Afghanistan di Roblox. Gim tersebut sempat menarik banyak pengikut sebelum dipindahkan ke grup tertutup untuk penyebaran ideologi radikal.
Sebelumnya juga, Pusat Kajian Ekstremisme ADL (COE) menemukan adanya kelompok di Roblox yang membuat konten sangat mengganggu. Salah satunya adalah Active Shooter Studios (A.S.S.), yang menciptakan peta permainan yang meniru penembakan massal nyata, seperti tragedi di Columbine, Uvalde, dan Parkland.
