Strategi Pivot Airbnb Ubah Pemasaran di Masa Krisis
Sektor perhotelan dan penginapan terpukul akibat pandemi corona. Pionir marketplace penginapan, Airbnb menerapkan strategi pivot untuk mempertahankan bisnis di masa krisis.
Pivot adalah aktivitas pengembangan usaha dengan mengubah model bisnis, namun tetap mempertahankan visi. Istilah ini diambil dari gerakan pada olahraga basket, mengubah arah dengan berpijak pada salah satu kaki.
Dikutip dari Fortune, sejumlah tokoh yang berbicara pada konferensi MPW Summit di Fortune, pada Kamis (25/9) mengungkapkan model perputaran bisnis saat ini ke arah virtual.
Head Global Hosting Airbnb, Catherine Powell mengatakan, dampak Covid-19 terhadap bisnis perjalanan membuat perusahaan harus membatalkan rencana selama dua bulan.
Airbnb dengan cepat beralih layanan pengalaman konsumen, seperti kelas memasak dan tur hiking online. Powell percaya pengalaman online ini mampu menghubungkan pihaknya secara dekat dan emosional dengan konsumen.
Sementara itu, mitra pendiri strategi dan eksekutif program serta produser Konvensi Nasional Demokratik 2020, Stephanie Cutter mengungkap realita perubahan agenda pertemuan ke format virtual.
Cutter menilai transisi saat ini merupakan kesempatan pekerja televisi menjadi lebih kreatif dengan beberapa perubahan strategis. Perubahan itu mencakup, segmen yang lebih pendek, keragaman konten (tidak hanya kandidat yang berbicara ke dalam kamera), elemen hiburan, dan berbagai format lain.
Ketika ruang pertemuan sebelumnya penuh sesak, virtual conference akan menjadi tren berikutnya. Format virtual, dalam beberapa kasus juga memungkinkan, kedekatan lebih "intim" antara narasumber dengan pemirsa.
Perubahan Strategi Pemasaran
Perubahan strategi bisnis turut mengubah strategi pemasaran perusahaan di masa pandemi. Dikutip dari The Guardian, sejalan dengan perubahan layanan dan penawaran dari offline ke online, pebisnis juga harus dengan cepat menyesuaikan strategi pemasaran sebagai respons perubahan konsumen.
Pakar Pemasaran Digital dan Social Media Consultant, Laurie Wang mengatakan, saat ini terjadi perubahan mendadak perilaku konsumen online. Dia membagi tiga tips mengubah strategi pemasaran di tengah ketidakpastian saat ini.
1. Putar Belanja Iklan ke Kesadaran Merek
Dengan banyak pelanggan yang mengubah kebiasaan belanja produk pribadi selama krisis dan cenderung menahan pengeluaran, perusahaan perlu mengevaluasi kembali pengeluaran anggaran pemasaran. Anggaran iklan yang semula hanya berfokus pada penjualan kini bisa diputar ke pengeluaran membangun kesadaran merek (brand building awarness).
Dengan semakin banyaknya orang mengakses konten di media sosial selama pandemi, memberi peluang bagi perusahaan dalam menciptakan konten bernilai tinggi, sehingga menambah nilai bagi konsumen.
Perusahaan juga dapat menghabiskan anggaran pemasaran saluran untuk mempromosikan konten dan mendorong kesadaran ke situs web perusahaan.
2. Live Video dan Fitur Interaktif
Banyaknya saluran konten interaktif selama krisis pandemi memungkinkan masyarakat yang terisolir, terhubung secara virtual dengan berbagai merek di seluruh dunia.
Pebisnis harus cepat beradaptasi dengan menawarkan konten interaktif harian atau mingguan dengan audiens. Contohnya, brand kebugaran global Barry's Bootcamp, yang menawarkan sesi latihan langsung harian gratis di Instagram Live, daripada menawarkannya secara eksklusif kepada para member.
"Hal ini memberi Barry’s Bootcamp kesempatan untuk selalu menjadi yang pertama diingat oleh pelanggan setianya, sekaligus membangun kesadaran merek dengan pengguna baru serta mengembangkan komunitas online perusahaan," ujar Laurie.
3. Bangun Kepercayaan dengan Komunikasi Pemasaran via Email
Selama krisis, transparansi adalah kunci untuk memenangkan hati audiens dan pelanggan secara online. Selama pandemi, banyak merek e-commerce berjuang keras memenuhi permintaan karena masalah logistik, pergudangan, dan kekurangan staf.
Jika dilakukan dengan pendekatan yang benar, pemasaran lewat email, bisa mendatangkan pelanggan dengan tepat waktu dan responsif. "Anda dapat memenangkan kepercayaan audiens Anda untuk jangka panjang," katanya.
Contohnya, pelanggan Cambridge Masks selalu mendapat pembaruan email setiap minggu untuk ketersediaan batch alat pelindung diri (APD) yang sangat dicari.
Sehingga dengan pendekatan yang manusiawi, terpercaya dan otentik bisa menjadi modal penting sebagai sebuah merek di masa pandemi.