Heinz-ABC Dapat Berkah dari Pandemi dan Program Bansos Pemerintah
Pandemi corona memberi "berkah" tersendiri bagi produsen makanan minuman, PT Heinz ABC Indonesia. Tren memasak di rumah saat pandemi membuat permintaan untuk beberapa produk seperti kecap, saos sambal serta sarden naik cukup tinggi.
Sales Director Heinz ABC, Reynold Pandopotan mengatakan, permintaan sarden juga naik karena masuk ke dalam paket bantuan sosial (bansos) pemerintah. "Penjualan cukup terbantu dengan adanya produk sarden bansos," ujarnya dalam diskusi daring MarkPlus Industry Rountable: FMCG Perspective, Jumat (25/9).
Perusahaan bahkan sempat kewalahan memenuhi permintaan. "Sempat terjadi kekurangan suplai karena lokal tidak ada bahan baku ikan, sehingga kami mengimpor," katanya.
Data Kantar World Panel, tren memasak di rumah kala pandemi membuat permintaan bahan makanan dan bumbu masak naik tajam. Berdasarkan jenisnya, kenaikan permintaan tertinggi datang dari produk tepung terigu yang pada kuartal II 2020 mencapai 20%, baik per kuartal maupun tahunan.
Berikutnya, kaldu bubuk untuk sup naik 11%-20% pada kuartal II dibandingkan kuartal I 2020. Sedangkan pada kuartal II 2020 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya terjadi kenaikan 5%-10%.
Kategori kecap, permintaannya naik 5%-10% baik per kuartal (quarter -to-quarter) maupun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan saos sambal kenaikannya mencapai 20%.
Selama masa pandemi, mayoritas konsumen cenderung berbelanja di minimarket. Masih menurut data Kantar, secara nilai penjualan di minimarket naik sekitar 11%-20% pada semester I 2020 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Lalu general trade atau perdagangan umum ada kenaikan nilai transaksi 5%-10% dan supermarket kenaikannya hanya 0%-1%. Saat ini, general trade masih menjadi kontributor utama penjualan produk Heinz ABC sekitar 65%.
"Orang suka belanja di tempat yang dekat, mengurangi mobilitas. Tapi di general trade masih ada kenaikan," kata Reynold.
Dari sisi brand, kecap ABC saat ini menempati posisi kedua di pasar dengan perolehan pangsa pasar 19,3%. Sedangkan sambal ABC menempati posisi pertama dengan pangsa pasar 47,5%.
Berikutnya untuk brand produk sirup ABC meraih peringkat kedua dengan pangsa pasar 35,3% serta produk sarden di posisi pertama dengan pangsa pasar 61,8%.
Dampak Pandemi
Meski beberapa kategori produk naik, Heinz ABC tetap terkena dampak negatif pandemi, terutama akibat lesunya sektor pariwisata. Reynold menyebut, segmen hotel, restoran dan katering menurun. Sedangkan, segmen penjualan e-commerce meningkat.
Untuk memaksimalkan penjualan, perusahaan melakukan beragam strategi promosi dan pemasaran baik secara digital maupun konvensional. Selama enam bulan terakhir, Heinz ABC mendukung kampanye stay at home dengan mengeksplorasi produk-produknya.
Guna mempercepat dan memastikan produknya sampai ke tangan konsumen, perusahan juga menyediakan layanan delivery order, meski hanya bersifat musiman yakni pada saat Ramadan.
Perusahaan juga membuat e-leaflet yang disebarkan dan juga meluncurkan produk baru. "Kami selalu adaptive dan agile dengan kondisi yang ada," katanya.
Ke depan, perusahaan juga akan mengadopsi sejumlah strategi, seperti berkolaborasi dengan influencer media sosial, dan beberapa channel lain untuk menjangkau milenial. "Di masa yang tidak biasa ini kami harapkan semuanya bisa mencapai tujuan," ujarnya.
Produsen makanan minuman milik Salim Group, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) memiliki sejumlah strategi memaksimalkan penjualan di masa pandemi. Caranya, dengan menggecarkan promosi dan penjualan lewat media digital, merilis sejumlah produk baru hingga aplikasi game online.
Direktur Indofood CBP Sukses Makmur, Axton Salim mengatakan, pandemi Covid-19 tak berdampak signifikan terhadap penjualan perseroan. Perusahaan fokus menjaga ketersediaan produk di pasar dengan kualitas yang baik serta meluncurkan produk baru.
Meski begitu, pandemi juga membuat situasi pasar dan perilaku konsumen berubah. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menyebabkan sebagian pertokoan tutup. Sehingga, perusahaan mengubah strategi promosi dan penjualan.
"Kami memiliki concern mengirim produk dengan nyaman di tengah consumer habit yang meningkat antara lain melalui saluran media sosial atau digital," kata Axton dalam paparan publik virtual, Rabu (24/9).
Axton mengatakan televisi dan jaringan tradisional masih cukup penting untuk berpromosi dan pemasaran. Namun, Indofood terus gencar berpromosi di saluran digital. "Kontribusi e-commerce masih kecil, tapi ada kenaikan tren," katanya.
Hingga semester I 2020, Indofood CBP membukukan penjualan Rp 23 triliun, tumbuh 4,1% dibanding periode yang sama tahun lalu, Rp 22,1 triliun. Sedangkan laba bersih perseroan tumbuh 31% menjadi Rp 3,3 trilun dibanding periode yang sama sebelumnya Rp 2,5 triliun.