Es Teh Indonesia Viral, Begini Sejarah Teh di Masa Kolonial

Image title
26 September 2022, 13:32
teh, es teh indonesia,
National Gallery of Australia

Brand minuman Es Teh Indonesia kini tengah mendapat sorotan tajam dari warganet. Hal itu terjadi usai pihak manajemen PT Es Teh Indonesia Makmur melayangkan somasi kepada salah satu konsumennya.

Mengutip pemberitaan Katadata.co.id, somasi itu dilayangkan usai seorang konsumen bernama Gandhi membuat cuitan di Twitter, yang menyebut salah satu produk Es Teh Indonesia terlalu manis.

Beberapa waktu berselang, cuitan tersebut akhirnya dihapus setelah dia mendapatkan somasi dari manajemen Es Teh Indonesia. Kejadian somasi tersebut pun berujung pada banyaknya netizen yang turut memberikan komentar.

Tidak sedikit pengguna Twitter yang menyayangkan tindakan Manajemen Es Teh Indonesia. Menurut mereka, seharusnya permasalah itu dapat diselesaikan dengan baik tanpa harus melayangkan sebuah somasi dengan ancaman UU ITE.

Namun demikian terlepas dari viralnya polemik yang melibatkan Es Teh Indonesia, tahukah Anda dengan sejarah teh Indonesia? Kalau belum, Anda dapat menyimaknya dalam pembahasan berikut ini.

Menilik Sejarah Teh Indonesia

Sebelum munculnya brand minuman seperti Es Teh Indonesia dan lainnya, teh sejak dulu sudah dikenal sebagai jenis minuman yang populer di masyarakat.

Meskipun saat ini ketenarannya masih kalah daripada kopi, akan tetapi hal tersebut tidak menutup fakta bahwa teh dahulu menjadi komoditas unggulan yang ada di Indonesia.

Sejarah teh di Indonesia erat kaitannya dengan praktek tanam paksa atau Cultuur Stelsel, yang dilakukan pada zaman penjajahan. Bahkan, sejumlah literatur menyebut bahwa hadirnya tanaman teh di bumi nusantara sudah ada sejak masuknya Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC)

Pada masa itu, teh dibawa sebagai tanaman hias oleh Dr Andreas Cleyer di tahun 1686.

Bersumber pada buku Khazanah Arsip Perkebunan Teh Priangan yang dipublikasikan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), pengadaan bibit tanaman teh dari luar nusantara sudah dilakukan oleh pemerintah Belanda sebagai upaya untuk menghasilkan komoditi berkualitas ekspor.

Sejak dikeluarkannya konsiderasi pada 19 Februari 1832 No. 207, usaha untuk mendatangkan bibit teh dan pekerja dari Cina mulai dilakukan. Pemerintah Belanda saat itu mengutus seseorang bernama J.J.L Jacobson untuk berangkat ke Cina. Sampai akhirnya, bibit teh berhasil diperoleh, dan Jacobson ditunjuk sebagai inspektur perkebunan teh.

Masih merujuk sumber yang sama, pada 1832 pemerintah Belanda memutuskan untuk menanam kurang lebih satu juta bibit pohon teh di wilayah Bojonegoro. Kemudian, tercatat ada sekitar 50 ribu bibit yang ditanam di daerah Tjisoeroepan.

Selain Cina, bibit teh juga didatangkan dari Jepang. Bibit tersebut kemudian dikirim ke daerah perkebunan seperti Residensi Preanger Regentschap dan Residensi Karawang. Menariknya, ketika itu pemerintah Belanda menyediakan bibit teh untuk perkebunan swasta yang dikelola oleh perorangan. Sejarah mencatat, seseorang bernama Lie Huang Ko rela mengeluarkan 6.000 gulden uang tembaga atau saat ini setara Rp 50 juta, guna memperoleh 50 ribu biji teh.

Seiring berjalannya waktu, panen teh di beberapa perkebunan di Pulau Jawa menunjukan hasil yang memuaskan, terutama untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Alhasil, pada 1835, sebanyak 200 peti teh sukses diangkut ke Amsterdam, Belanda untuk diikutsertakan pada sebuah acara lelang.

Halaman:
Editor: Intan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...