Profil XL Axiata, Dikabarkan Merger dengan Smartfren
Kabar mergernya dua perusahaan telekomunikasi Indonesia berhembus. Hal ini terjadi usai adanya perbincangan antara operator nirkabel terbesar di Malaysia, Axiata Group Bhd, dengan perusahaan asal Indonesia, Sinar Mas Group.
Menurut sumber Bloomberg, Selasa (5/9,) perbincangan soal mergernya PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) sudah masuk tahap pembicaraan dengan masing-masing penasehat untuk melihat potensi transaksi.
Opsi yang sedang menjadi pertimbangan seperti berbagi jaringan dan kemitraan. Namun, pembahasan soal merger ini masih pada tahap awal dan belum terlihat adanya kepastian akan suatu kesepakatan.
Mengenal XL Axiata
PT XL Axiata Tbk adalah salah satu perusahaan seluler swasta di Indonesia. Saat ini XL Axiata dipimpin oleh Dian Siswarini sebagai Presiden Direktur dan Muhamad Chatib Basri selaku Presiden Komisaris.
Melansir data di laman resmi XL Axiata, berdasarkan data 31 Juli 2023, pemegang saham perusahaan dipegang oleh tiga pihak. Pertama, Axiata Investments (Indonesia) Sdn. Bhd. (Axiata Group Berhad) sebanyak 8,69 miliar lembar saham atau 66,25% dari jumlah keseluruhan.
Kedua, oleh masyarakat sebesar 4,37 miliar lembar saham atau 33,32% dan ketiga saham Treasuri mencapai 56,4 juta lembar. Perusahaan bernilai US$ 2,2 miliar ini hingga Juni 2023, memiliki jumlah pelanggan mencapai 58 juta orang.
Menurut laman resminya, perusahaan mengawali perjalanannya pada 1989 silam. Tujuh tahun bergulir, pada 1996 XL Axiata yang dulunya bernama PT Excelcomindo Pratama Tbk mendapatkan izin selular system GSM 900 dan resmi beroperasi secara komersial yang berfokus di area Jakarta, Bandung serta Surabaya.
Setelah mengantongi izin, XL Axiata kemudian mulai membangun jaringan microcell terpadu di kawasan Segitiga Emas Jakarta pada 1997. XL Axiata lalu merilis merek proXL untuk produk layanan prabayar.
Usai menanamkan fondasi di Pulau Jawa, pada 2000 dan 2002 perusahaan melebarkan jangkauan pasarnya di Sumatra dan Batam serta Kalimantan dan Sulawesi. Pada 2004, XL Axiata mulai melakukan rebranding logo mereka serta mengganti merek proXL dengan produk teranyar seperti Jempol, Bebas, dan Xplor.
Setahun kemudian, XL Axiata menjadi anak perusahaan Telkom Malaysia (TM Group). Saat itu mereka melakukan penawaran umum perdana saham sebanyak 1,427 miliar lembar saham sekaligus terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dengan kode saham EXCL. Usai melantai di BEI, XL Axiata muncul dengan gebrakan baru menghadirkan layanan 3G di Indonesia.
XL Axiata mulai dilirik oleh perusahaan internasional sejak 2007. Hal tersebut dilihat dari masuknya Etisalat, perusahaan telekomunikasi kedua di Timur Tengah sebagai pemegang saham XL Axiata. Di tahun yang sama, XL Axiata juga mulai konsolidasi brand menjadi prabayar XL dan Pascabayar XL.
Induk perusahaan mereka, TM Group pada 2008 memberi pengumuman penyelesaian proses demeger yang menyebabkan terpisahnya dua entitas yakni Telekom Malaysia Berhad (“TM”) dan TM International Berhad (sekarang bernama Axiata Group Berhad/”Axiata”). Kondisi ini berimbas pada Indocel Holding Sdn Bhd secara tidak langsung merupakan anak perusahaan Axiata melalui TM International (L) Limited.
Axiata kemudian mengakuisisi seluruh kepemilikan saham XL yang dimiliki oleh Khazanah Nasional Berhad, sehingga kepemilikan Indocel Holding Sdn Bhd menjadi 83,8%. Setelah mendominasi sebagai pemegang saham, Axiata Investments (Indonesia) kemudian melepaskan 20% sahamnya untuk meningkatkan jumlah saham XL Axiata yang dimiliki publik.
Pada 2011, XL Axiata melakukan transformasi total pada strategi usahanya untuk menekuni usaha masa depan di segmen layanan data dan menjamin kelanjutan pertumbuhan jangka panjang. Dengan moto baru mereka “XLangkah Lebih Maju”, XL Axiata berusaha menarik peningkatan konsumen serta layanan yang berkualitas.
XL Axiata juga berupaya menghubungkan komunikasi antara pulau di Indonesia, mereka mulai melebarkan sayapnya di dunia internasional dengan turut serta dalam pembangunan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Australia-Indonesia-Singapore pada. SKKL ini nantinya akan menyediakan alternatif akses internet dari Indonesia ke jaringan global melalui Australia.
XL Axiata kembali menjalin kerja sama beberapa kali dengan pemerintah. Mulai dari gelaran uji coba layanan berbasis 5G dan WiGiG di Kota Tua, peluncuran aplikasi ‘Laut Nusantara’ yang dibuat untuk meningkatkan produktivitas dan keamanan kerja masyarakat nelayan Indonesia.
Pada 2019, XL Axiata mulai mengaktifkan jaringan 4G-LTE di wilayah-wilayah terpencil yang ada provinsi Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Riau, Sulawesi hingga wilayah Kalimantan Barat dan Utara. XL Axiata terus mengupayakan peningkatan layanan melalui berbagai kerja sama dengan pihak lain.
Soal merger dengan Smartfren
Kabar mergernya dua perusahaan ini bukan kali pertama. Informasi ini pada awalnya ramai dibicarakan pada tahun 2021. Langkah itu menyusul merger PT Indosat Tbk (ISAT) dan Tri Indonesia yang berlangsung sukses dan tampaknya menjadi inspirasi operator lain untuk melakukan hal serupa.
Salah satu hal yang mendasari merger adalah 5G, operator telekomunikasi membutuhkan 100 Mega Hertz (MHz) agar bisa memberi layanan 5G dengan optimal. Merger ini juga dianggap sebagai solusi sebab karena membuat perusahaan lebih sehat, baik itu secara keuangan, penguasaan frekuensi dan juga pelanggan.
Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys mengatakan, perusahaan masih akan menunggu dan melihat perkembangan lebih lanjut ke depannya. “Belum ada pembicaraan, tapi mudah-mudahan saja,” kata Merza kepada Katadata.co.id, Selasa (5/9).
Menurut juru bicaranya, hingga saat ini. XL Axiata belum bisa memberikan komentar atas kabar ini. Namun Axiata selalu mencari kolaborasi dan kemitraan strategis, serta memiliki harapan untuk tumbuh secara berkelanjutan di seluruh wilayah geografisnya.