Profil Gabriel Attal, PM Prancis Gay dan Dianggap Anti-Islam
Presiden Prancis Emmanuel Macron menunjuk Gabriel Attal sebagai Perdana Menteri. Pengangkatan Attal sebagai Perdana Menteri menggantikan Elisabeth Borne (62) yang mengundurkan diri setelah menjabat selama dua tahun.
Gabriel Attal dipilih Presiden Emmanuel Macron menjadi Perdana Menteri di Prancis pada usianya yang tergolong muda 34 tahun. Dia menjadi PM termuda Prancis sepanjang sejarah. Upacara serah terima jabatan Attal dilakukan pada Selasa (9/1) waktu Paris.
"Presiden menunjuk Gabriel Attal sebagai perdana menteri, dan menugaskannya untuk membentuk pemerintahan," demikian pernyataan kantor Macron, seperti dikutip AFP.
Macron menyebut, Attal memiliki semangat dan komitmen sebagai PM baru. Profil Gabriel Attal dianggap bisa membawa perubahan besar dalam gaya jabatan PM. PM sebelumnya dianggap kurang populer, meski tegas dan tidak banyak basa-basi.
Sedangkan Attal sangat populer dan termasuk menteri yang bergengsi secara politik. Attal dinilai bakal mampu membawa mendongkrak popularitas yang sangat kurang dimiliki tim Macron saat ini.
Dalam sistem politik Perancis, PM ditunjuk oleh presiden dan bertanggung jawab kepada parlemen. PM bertugas melaksanakan kebijakan dalam negeri, terutama kebijakan ekonomi. Sementara Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas kebijakan luar negeri dan urusan Uni Eropa. Presiden juga merupakan panglima tertinggi angkatan bersenjata.
Profil Gabriel Attal
Memiliki nama lengkap Gabriel Attal de Couriss, Attal lahir pada tanggal 16 Maret 1989 di pinggiran selatan Clamart, sebuah kota dekat Paris.
Dia dibesarkan orang tuanya di Paris bersama tiga adik perempuannya. Ayahnya, Yves Attal, adalah pengacara dan produser film sukses keturunan Tunisia-Yahudi yang meninggal pada 2015. Ibunya, Marie de Couriss, juga bekerja di industri film dan berasal dari keluarga Kristen Ortodoks dari Odesa, Ukraina.
Attal bersekolah di Ecolo Alsacienne, sebuah sekolah swasta yang dimiliki oleh keluarga terkenal di Prancis. Ia melanjutkan pendidikannya di University of Sciences Po, mengambil jurusan Publik Affairs.
Pada usia 17 tahun, Attal sudah berkecimpung di dunia politik. Dia bergabung dengan Partai Sosialis dan mendukung kandidat presidennya, Ségolène Royal, pada pemilihan presiden tahun 2007.
Pada 2017, Attal terpilih sebagai anggota Majelis Nasional Prancis. Setahun kemudian, dirinya dipercaya sebagai juru bicara pemerintah Prancis selama masa pandemi Covid-19. Attal menjadi terkenal dalam politik Prancis setelah ditunjuk sebagai juru bicara pemerintah selama pandemi.
Dia kemudian ditunjuk sebagai menteri junior di kementerian keuangan dan kemudian menteri pendidikan pada tahun 2023. Banyak yang menilai Attal sebagai salah satu menteri kabinet Macron yang paling cerdas dan komunikator yang lancar.
PM Prancis Pertama yang Mengaku Gay
Attal juga merupakan Perdana Menteri pertama yang pernah menyatakan dirinya sebagai gay. "Dia adalah perdana menteri Prancis pertama yang secara terbuka mengaku gay," tulis media Reuters dan New York Post setelah Attal resmi menjadi PM Prancis.
Seperti dikutip Politico, pada 2018 Gabriel Attal lalu secara terbuka mengungkapkan bahwa ia adalah seorang gay alias penyuka sesama jenis.
Attal juga pernah mengumumkan hubungannya dengan Stéphane Séjourné, mantan penasihat politik Macron. Politico menambahkan bahwa meskipun keduanya tidak lagi dekat, namun mereka tidak pernah secara terbuka mengonfirmasi perpisahan hubungan mereka.
Gabriel Attal Dianggap Anti-Islam
Sebelum menjadi PM, Attal menjabat sebagai Menteri Pendidikan Prancis. Selama menjabat, ia pernah menerapkan larangan memakai pakaian muslim, abaya, di lingkungan sekolah negeri.
"Tidak akan lagi mungkin untuk mengenakan abaya di sekolah," ucap Attal kepada stasiun televisi TF1 pada Agustus 2023.
Attal menilai penggunaan pakaian tradisional perempuan Muslim itu melanggar hukum sekuler yang ketat di Prancis, terutama dalam pendidikan. Larangan ini ditetapkan setelah debat salam berbulan-bulan di tingkat parlemen soal penggunaan abaya di sekolah-sekolah Prancis.
Sejumlah laporan muncul bahwa penggunaan abaya di sekolah semakin banyak dan hal ini membuat ketegangan di sekolah antara guru dan orang tua murid. Di Prancis ada sekitar 3,35 juta umat muslim, dari total 67,75 juta penduduk negara tersebut.
Aturan yang memicu gelombang protes masyarakat, terutama Muslim. Meski begitu, kebijakan ini justru malah meningkatkan popularitas dirinya di kalangan pemilih konservatif meskipun ia berasal dari sayap kiri.
Meski dianggap kontroversial karena mengaku gay dan anti-islam, profil Gabriel Attal justru populer di negaranya. Attal memuji pengangkatannya sebagai simbol keberanian dan gerakan baru. "Prancis tidak akan pernah identik dengan kemunduran, Prancis akan identik dengan transformasi, Prancis akan identik dengan keberanian," ujar Attal.