Mengenal AIS Forum, Wadah Kerja Sama Negara-negara Kepulauan Dunia
Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Archipelagic and Island States Forum 2023. Acara ini berlokasi di Bali pada 11 Oktober 2023.
Pada KTT AIS Forum 2023 nanti hadir mengundang 51 negara pulau dan kepulauan serta sejumlah organisasi internasional. Tema tahun ini adalah Fostering Collaboration, Enabling Innovation for Our Ocean and Our Future.
Fokus utama pertemuan adalah pembangunan ekonomi biru, tantangan perubahan iklim, dan mempererat solidaritas antar negara pulau dan kepulauan.
Asisten Deputi Delimitasi Zona Maritim dan Kawasan Perbatasan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi Sora Lokita mengatakan menjadi tuan rumah KTT AIS bisa menjadi kontribusi Indonesia sebagai inisiator dalam menangani isu-isu global yang berkaitan dengan kelautan.
"Ini adalah sebuah bentuk nyata, idenya dari Indonesia dan inisiatifnya dari Indonesia. Kita pimpin dan coba jadikan ini sebagai sebuah sumbangsih positif Indonesia ke tataran global khususnya dalam konteks isu-isu kelautan," kata Sora dikutip dari Antara pada Senin (18/9).
Lahirnya AIS Forum
Dikutip dari laman resmi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Sekretaris Kementerian Koordinator Ayodhia GL Kalake menyebut Indonesia menjadi inisiator pembentukan AIS Forum sejak 2017.
Melansir dari laman Indonesia.go.id, pertemuan pertama terlaksana 22 November 2017 antar negara-negara pulau-pulau kecil dan kepulauan yang berada kawasan Asia Pasifik. Hasilnya adalah kesepakatan pembentukan forum.
Setahun sejak kesepakatan tersebut, negara-negara ini mengadakan kembali pertemuan setingkat menteri yang terlaksana di Manado, Sulawesi Utara pada 1 November 2018. Pertemuan tersebut menyepakati Deklarasi Bersama Manado (Manado Joint Declaration), AIS menjadi bagian dalam deklarasi ini.
Terdapat 22 negara yang menjadi deklarator AIS pada forum di Manado. Mulai dari Filipina, Fiji, Guyana Bissau, Inggris, Irlandia, Jamaika, Jepang, Kuba, Malta, Madagaskar, serta Papua Nugini. Kemudian ada Saint Christopher Navis, Sao Tome Principe, Seychelles, Singapura, Siprus, Sri Lanka, Suriname, Tanjung Verde, Timor Leste, Tonga, hingga tuan rumah acara, Indonesia.
Deklarator ini merupakan negara-negara pulau dan kepulauan yang berada di kawasan samudra Atlantik, Pasifik, serta Hindia. Jumlah negara anggota AIS Forum kemudian bertambah hingga saat ini menjadi 51 negara tanpa memandang luas wilayah, ukuran, hingga tingkat perkembangan.
AIS tercipta sebagai wadah terbuka, inklusif, serta menjadi simpul kerja sama dan kolaborasi konkret dari negara-negara pulau dan kepulauan di seluruh dunia. Forum ini memiliki empat fokus kerja sama utama bidang pembangunan dan kelautan.
Pertama, terkait pembangunan implementasi ekonomi biru. Guna mendorong pemanfaatan potensi ekonomi yang berkelanjutan yang terkait dengan sumber daya kelautan. Dalam hal ini terdapat beberapa sektor yang menjadi fokus adalah pariwisata, energi terbarukan, akuakultur, dan industri kelautan.
Kedua, terkait adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim, dalam hal ini membahas soal pengurangan emisi gas rumah kaca.
Ketiga, soal penanggulangan polusi terutama sampah plastik laut atau marine plastic debris. AIS berupaya mengurangi dan mencegah polusi plastik di laut dengan menggalang kesadaran, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, serta mengelola limbah plastik dengan bijaksana.
Keempat, AIS berfokus pada tata kelola laut yang lebih baik,pengelolaan wilayah laut yang berkelanjutan, dan pengelolaan sumber daya kelautan yang adil dan berkelanjutan.
Sepak Terjang AIS Forum
Pelaksana Tugas Asisten Deputi Delimitasi Zona Maritim dan Kawasan Perbatasan Kemenko Marinves Sora Lokita mengatakan AIS Forum sudah membentuk startup hub sebagai platform anak-anak muda pada negara anggota AIS agar lebih menaruh perhatian terhadap masalah kemaritiman.
AIS Forum juga telah menjalankan program pelatihan kewirausahaan dan innovative financing untuk ekonomi biru. Pelatihan ini dilaksanakan di Fiji, Kepulauan Solomon, Tonga, Samoa, dan Vanuatu.
Terdapat lebih dari 200 sesi pertukaran pengalaman, pelatihan, dan bantuan teknis, engagement dari 1.000 perusahaan rintisan. Selain startup dan pelatihan, AIS juga memberikan program beasiswa dan peningkatan kemampuan bagi 300 calon pemimpin bidang kelautan di masa depan.
Di tahun ini, menurut tuturan Sora, AIS Forum akan menjalin koordinasi serta kerja sama dengan berbagai organisasi dan inisiatif regional dan global yang telah mapan. Mulai dari Aliansi Negara-Negara Pulau Kecil (AOSIS), Komunitas Karibia (Caricom), Negara Pulau Kecil dan Berkembang (SIDS), hingga Inisiatif Segitiga Koral tentang Terumbu Karang, Perikanan, dan Keamanan Pangan (CTI-CFF).
Selain nama-nama di atas, AIS juga akan bekerja dengan Melanesian Spearhead Group (MSG), Forum Pembangunan Pulau-Pulau Pasifik (PIDF), dan Forum Pulau-Pulau Pasifik (PIF).
Kegiatan kerja sama ini merupakan salah satu upaya untuk menyebarluaskan manfaat nyata program dan aktivitas pembangunan AIS Forum kepada lebih banyak anggota masyarakat dan komunitas lokal dan global.