Saham Keuangan Global Anjlok Rp 7.151 T Imbas Kekawatiran Dampak SVB
Investor di pasar keuangan internasional khawatir efek domino dari kolapsnya Silicon Valley Bank dan dua bank lainnya di Amerika Serikat. Nilai pasar agregat perusahaan yang termasuk dalam MSCI World Financials Index dan MSCI EM Financials Index telah turun sekitar U$S 465 miliar atau sekitar Rp 7.151 triliun sejak Jumat.
“Pasar keuangan berjalan di atas kulit telur,” kata John Woods, kepala investasi Credit Suisse Group AG untuk Asia-Pasifik, dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Television, dikutip Rabu (14/3). “Kami benar-benar perlu tahu persis apa dampak yang mungkin terjadi di sekitar pasar yang lebih luas. Perasaan saya adalah bahwa Fed mungkin akan berhenti karena saya pikir ini sebagian besar berkaitan dengan risiko likuiditas."
Bank-bank regional AS termasuk yang paling terpukul pada Senin karena Indeks Perbankan Regional KBW merosot 7,7%, penurunan tertajam sejak Juni 2020. Saham First Republic Bank telah anjlok hampir 73% dalam tiga sesi, menjadikannya top looser dalam MSCI World Financials pada periode tersebut.
Saham bank dan asuransi Eropa juga merosot pada Senin, dengan saham Credit Suisse Group AG jatuh 9,6% ke rekor terendah baru di tengah kekhawatiran penularan SVB.
Saham keuangan Jepang termasuk yang paling terpukul di kawasan Pasifik. Bank-bank Jepang menonjol di antara rasio kerugian terhadap ekuitas tertinggi yang belum direalisasi di kawasan ini, menurut data sekitar 130 pemberi pinjaman Asia Pasifik dengan aset lebih dari US$5 miliar yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Jimoto Holdings Inc., Tsukuba Bank Ltd. dan Fukushima Bank Ltd. termasuk di antara mereka yang memiliki rasio kerugian terhadap ekuitas yang belum direalisasi minimal 9%. Ketiganya, yang masing-masing memiliki kapitalisasi pasar di bawah US$ 150 juta, telah jatuh lebih dari 10% dalam tiga hari.
“Saya menjual bank dan asuransi hari ini,” kata Taku Ito, kepala pengelola dana di Nissay Asset Management Corp. banyak manajer pertumbuhan telah meningkatkan saham bank.”
Tiga Bank Kolaps Efek Kenaikan Suku Bunga
Amerika Serikat menghadapi kegagalan tiga bank dalam sepekan, yakni Silvergate Bank, Silicon Valley Bank, dan Signature Bank. Investor pun mulai khawatir, kejatuhan tiga bank tersebut akan memicu krisis finansial di AS yang dapat merembet ke berbagai belahan dunia lainnya.
Silvergate Capital, bank yang fokus membiayai industri kripto menyatakan pengehentian operasional dan rencana untuk melikuidasi banknya pada Rabu (8/3). Tak lama kemudian, Silicon Valley Bank yang fokus pada perusahaan rintisan ambruk pada Jumat (10/3) setelah deposan menarik lebih dari US$42 miliar, menyusul pernyataan bank pada Rabu (8/3) bahwa mereka perlu mengumpulkan US$ 2,25 miliar untuk menopang neraca keuangannya.
Sementara Signature, yang juga memiliki fokus pada industri kripto jauh lebih besar dari Silvergate ditutup pada Minggu malam (12/3) oleh regulator perbankan.
Meski ada tiga bank gagal dalam sepekan, Presiden Joe Biden bersikeras bahwa sistem keuangan Amerika Serikat masih aman. Regulator pun menjamin semua simpanan para nasabah di kedua bank yang ditutup regulator, yakni Silicon Valley Bank dan Signature Bank, serta menciptakan program yang secara efektif memberikan bantuan kepada bank lain untuk melindungi mereka dari aksi penarikan besar-besaran dana nasanah.
“Simpanan Anda akan tersedia saat Anda membutuhkannya,” kata Biden saat memberikan kepastian kepada publik terkait keamanan sistem keuangan AS, seperti dikutip dari APNews, Senin (13/3).
Pemerintah AS bahkan setuju untuk menjamin simpanan yang melebihi batas yang diasuransikan lembaga penjamin simpanan, yakni maksimal US$ 250 ribu. Keputusan ini dibuat untuk menenangkan para deposan yang tetap menarik dana besar-besaran pada Senin (13/3).
Aksi jual juga tetap meluas di pasar saham pada perdagangan kemarin. Upaya pemerintah federal meyakinkan masyarakat bahwa sistem perbankan AS aman justru memicu kekhawatiran bahwa lebih banyak lembaga keuangan dapat jatuh.