Jejak Soetikno Pendiri Grup Dexa di Balik IPO Medela (MDLA), Intip Prospeknya

Nur Hana Putri Nabila
17 Maret 2025, 06:21
IPO
website Dexa FGroup
Rudy Soetikno dan Hetty Soetikno

Ringkasan

  • Megawati mempertanyakan slogan "Indonesia Emas", lebih memilih "Indonesia Raya" yang sudah dipakai sejak sebelum kemerdekaan.
  • Djarot Saiful Hidayat menyebutkan rangkaian perayaan HUT ke-52 PDIP akan berlangsung hingga Juni sebagai bentuk terima kasih kepada rakyat atas kemenangan di Pemilu 2024.
  • Megawati menyatakan rasa tergugah saat menyanyikan lagu "Indonesia Raya" dan berterima kasih kepada penciptanya, Wage Rudolf Supratman, atas karyanya yang luar biasa.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT Medela Potentia Tbk (MDLA) akan menggelar penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan informasi di laman e-initial public offering (IPO), perusahaan akan melepas 3,5 miliar saham atau 25% dari modal disetor dan ditempatkan pasca IPO. 

Di balik IPO MDLA terdapat sosok crazy rich pemilik raksasa farmasi Dexa Group. Apabila menilik struktur pemegang saham MDLA sebelum IPO, seluruh saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh dimiliki oleh dua pemegang saham utama, yaitu Dra. Hetty Soetikno menguasai 88% dengan kepemilikan 9,24 miliar saham, serta PT Ekon Prima memiliki 12% atau sebanyak 1,26 miliar saham. 

Total saham yang ditempatkan dan disetor penuh sebelum IPO berjumlah 10,5 miliar saham, dengan modal nominal Rp 210 miliar. Setelah IPO, terjadi perubahan struktur kepemilikan saham dengan masuknya investor publik atau masyarakat menggenggam 500 juta saham atau 25% dari total saham yang beredar. 

Kepemilikan Dra. Hetty Soetikno terdilusi menjadi 66% dengan jumlah saham yang tetap 9,24 miliar saham. Sedangkan kepemilikan PT Ekon Prima turun menjadi 9% dengan jumlah saham yang tetap 1,26 miliar saham.

Hetty Soetikno merupakan crazy rich di balik raksasa farmasi Dexa Group. Dexa Medica Group adalah perusahaan farmasi yang didirikan di Palembang, Sumatera Selatan, pada tahun 1969. 

Perusahaan telah sukses mengekspor produknya ke-4 benua, yakni  Amerika, Eropa, Afrika, dan Asia. Perusahaan ini dibangun oleh almarhum Letkol apt. Drs. Rudy Soetikno (Ko Khing Tik). 

Kemudian Rudy merintis Dexa Medica bersama sang istri, Hetty Soetikno, yang juga berperan sebagai Co-founder. Awalnya, mereka memulai usaha ini dari sebuah apotek di Palembang.  

Saat ini, Dexa Medica Group dipimpin oleh Ferry Abidin Soetikno sebagai CEO, yang merupakan putra sulung Rudy dan Hetty. Pewaris lain dari konglomerasi Dexa Medica meliputi Roy Soetikno dan Grace Soetikno.

Namun, apakah Dexa Medica Group akan ikut juga melantai di Bursa Efek Indonesia?

“So far belum ada tapi kan segala sesuatu yang belum ada tapi bisa jadi ada, kami coba satu dulu,” Direktur Utama Medela Potentia, Krestijanto Pandji, ketika ditemui di Jakarta seperti dikutip Senin (17/3).  

Adapun Medela Potentia saat ini melakukan distribusi ke luar negeri melalui PT Anugrah Argon Medica dan dengan Dynamic Argon Co.LTD yang sudah berpengalaman lebih dari 20 tahun mendististribusikan alat Kesehatan di Kamboja. Adapun penjualan dan pemasaran di Indonesia dilakukan melalui PT Djembatan Dua.

Saat ini Medela telah membangun fasilitas industri alat Kesehatan lewat PT Deca Metric Media. Pabrik ini memperoduksi pembalut luka. Sedangkan layanan pemasaran digital beraada di Bawah PT Karsa Inti Tuju Askara atau KITA.

Prospek Bisnis Medela Potentia

Selain itu, Krestijanto Pandji menekankan bahwa fundamental perusahaan yang solid serta sifat defensif industri kesehatan menjadi faktor utama dalam mendukung pertumbuhan ke depan. Ia mengungkapkan bahwa jumlah perusahaan di sektor kesehatan yang tercatat di bursa masih terbatas. 

Meskipun pasar berfluktuasi, pihaknya tetap optimistis karena industri kesehatan selalu dibutuhkan dalam berbagai kondisi. Bahkan saat pandemi, ketika sektor seperti perhotelan dan maskapai penerbangan terdampak, kebutuhan akan layanan kesehatan tetap stabil.

“Orang tidak bisa menunda sakit, sehingga permintaan alat kesehatan terus ada," jelas Krestijanto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (13/3). 

Pandji pun menegaskan bahwa perusahaan menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 11–12% pada 2025 dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya. Pada 2024, Medela Potentia mencatatkan pendapatan Rp 14,5 triliun dengan laba bersih Rp 341 miliar.  

Peningkatan kinerja perusahaan didorong oleh berbagai faktor, salah satunya adalah program transformasi kesehatan pemerintah. Perkembangan BPJS Kesehatan, termasuk rencana penerapan sistem single class pada Juli 2025, diperkirakan akan meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan dan penggunaan alat medis.

Selain itu, perusahaan melihat peluang dari meningkatnya pembangunan rumah sakit di Indonesia. Saat ini, rasio tempat tidur rumah sakit di Indonesia masih tergolong rendah, yakni sekitar 1,04 per 1.000 penduduk, jauh di bawah Malaysia yang hampir mencapai 2 tempat tidur per 1.000 penduduk. 

Banyak perusahaan kesehatan, seperti Mitra Keluarga, Primaya, dan Siloam, terus menambah jumlah rumah sakit. “Kebutuhan alat kesehatan otomatis meningkat seiring pertumbuhan ini," ujarnya.



Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...