Bocoran IPO Bank DKI: Pramono Kasih Tenggat 6 Bulan, Ini Kesiapan dan Progresnya


PT Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta atau Bank DKI bersiap melantai di Bursa Efek Indonesia. Direktur Utama Bank DKI, Agus H. Widodo, menyampaikan hingga saat ini perusahaan tengah mempersiapkan berbagai keperluan untuk mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) di BEI.
Menurut Agus, proses IPO akan dilakukan dengan persiapan matang. “Saat ini Bank DKI masih berproses mempersiapkan hal tersebut,” ujar Agus ketika dihubungi Katadata.co.id, Senin (21/4).
Ihwal rencana Bank DKI untuk IPO ini sebelumnya telah diungkap oleh Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung. Ia mengatakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ingin Bank DKI mulai mempersiapkan diri menuju penawaran umum perdana saham (IPO) sebagai bagian dari upaya pembenahan Bank Milik Pemprov DKI Jakarta itu.
Meski begitu, Pramono mengakui masih ada sejumlah persoalan yang harus diselesaikan sebelum rencana tersebut bisa direalisasikan, salah satunya terkait hasil audit bermasalah di Bank DKI. Pramono mengatakan, Pemprov Jakarta tidak ingin ada kebocoran atau masalah berulang di Bank DKI, sehingga proses persiapan IPO dilakukan secara hati-hati.
“Tidak mungkin diselesaikan satu setengah tahun, maksimum 6 bulan," ujar Pramono dalam pernyataan resmi.
a menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, terutama dalam pemberdayaan UMKM agar layanan keuangan semakin mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.
Lebih jauh Pramono mengatakan, persiapan untuk melaksanakan IPO merupakan bagian dari upaya rebranding Bank DKI. Ia berharap bank milik pemda itu bisa berbenah sehingga bisa mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat.
"Untuk itu, kami memohon agar OJK Jabodebek dapat berperan sebagai advisor hingga proses IPO tersebut terwujud," kata Pramono.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar mengatakan bahwa OJK memiliki beberapa prioritas yang harus dijalankan oleh pelaku usaha di sektor jasa keuangan, antara lain menjaga integritas seluruh pelaku OJK di masing-masing daerah. Mahendra juga berharap keberadaan Bank DKI bisa meningkatkan edukasi literasi dan inklusi keuangan serta memperkuat keberadaan dan fungsi OJK di masyarakat.
"Kita berharap Jakarta tidak hanya menjadi tumpuan masyarakat lokal, tetapi juga menjadi tumpuan bagi seluruh bangsa dan negara sehingga perekonomian Indonesia dapat mencapai pertumbuhan yang lebih kuat dan berkelanjutan di masa depan," ujar Mahendra.
Pipeline IPO di Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan hingga saat ini terdapat 32 calon yang antre untuk mencatatkan perdana sahamnya atau initial public offering (IPO). Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengatakan total sebanyak 32 perusahaan masuk ke dalam antrean atau pipeline pencatatan saham BEI. Klasifikasi aset perusahaan merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017.
Berdasarkan data BEI, terdapat tiga perusahaan skala kecil atau aset di bawah Rp 50 miliar yang masuk dalam pipeline. Kemudian 17 perusahaan dalam pipeline tergolong skala menengah dengan aset antara Rp 50 miliar sampai dengan Rp 250 miliar. Lalu 12 perusahaan aset skala besar atau aset diatas Rp 250 miliar.
"Sampai dengan 10 April 2025 telah tercatat 11 Perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana dihimpun Rp 5,92 Triliun.," tulis Nyoman dalam laporannya, Jumat (11/4).
Berikut jumlah emiten yang tengah mengantre IPO berdasarkan sektornya:
- 1 perusahaan dari sektor material dasar
- 4 perusahaan dari sektor konsumer siklikal
- 7 perusahaan dari sektor konsumer non siklikal
- 3 perusahaan dari sektor energi
- 3 perusahaan dari sektor finansial
- 5 perusahaan dari sektor kesehatan
- 4 perusahaan dari sektor industri
- 1 perusahaan dari sektor infrastruktur
- 0 perusahaan dari sektor properti dan real estate
- 1 perusahaan dari sektor teknologi
- 3 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik