Prabowo Jelaskan Alasan Absen di Forum G7 Saat Berpidato di Forum Ekonomi Rusia

Muhamad Fajar Riyandanu
21 Juni 2025, 09:15
Prabowo
ANTARA FOTO/Genta Tenri Mawangi/app/nz
Presiden Prabowo Subianto (kempat kiri) didampingi Menteri Luar Negeri Sugiono (kedua kiri) dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya (kiri) berbincang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kedua kanan) bersama jajaran menterinya dalam kunjungan resmi di Istana Konstantine Novsky, St. Petersburg, Rusia, Kamis (19/6/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Presiden Prabowo Subianto menyampaikan alasan di balik ketidakhadirannya dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Kanada pada 15—17 Juni 2025. Di sisi lain, ia memilih memenuhi undangan untuk menghadiri Saint Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 di Rusia pada Jumat (20/6). 

Prabowo mengatakan kehadirannya di gelaran SPIEF kali ini merupakan komitmen untuk menghormati undangan yang lebih dulu disampaikan oleh Rusia. 

"Bukan karena saya tidak menghormati G7, melainkan saya telah berkomitmen untuk menghadiri forum ini sebelum mereka (G7) mengundang saya. Jadi, itu satu-satunya alasan," kata Prabowo saat menyampaikan pidato di SPIEF 2025, sebagaimana disiarkan oleh kanal Youtube Sekretariat Presiden.  

Prabowo menekankan kehadiran dirinya di gelaran SPIEF tahun ini bukan mencerminkan sikap Indonesia terhadap blok politik tertentu. Ketua Umum Partai Gerindra itu menegaskan bahwa Indonesia menganut prinsip politik luar negeri bebas aktif yang bersedia menjalin hubungan dengan semua pihak.

"Indonesia sejak dahulu memilih jalur non-blok dan ingin menjadi teman bagi semua negara," ujar Prabowo.

Pada agenda SPIEF tahun ini, Prabowo menjadi salah satu pembicara utama bersama Presiden Rusia Vladimir Putin. Selain itu, Prabowo juga sepanggung dengan Wakil Perdana Menteri Tiongkok Ding Xuexiang, Wakil Presiden Afrika Selatan Paul Mashatile, dan Pangeran Nasser bin Hamad Al-Khalifa dari Bahrain. 

Pada kesempatan tersebut, Prabowo menilai sistem tatanan dunia saat ini sedang bergerak menuju multipolar yang tidak lagi didominasi oleh satu kekuatan tunggal. Ia beranggapan Rusia dan Cina saat ini menjadi dua negara yang dianggap lebih konsisten dalam membela urusan negara-negara berkembang. 

"Era Unipolar sudah berlalu. Saat ini, banyak negara global south menghargai Rusia dan Tiongkok karena keduanya tidak pernah menganut standar ganda dan konsisten membela keadilan bagi semua bangsa," kata Prabowo.




Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan