Distributor Produk XL (PMUI) Incar Rp 208 M Lewat IPO, Bagaimana Prospeknya?

Nur Hana Putri Nabila
24 Juni 2025, 13:56
IPO, PMUI, dana, XL
Katadata/Fauza Syahputra
Ilustrasi. PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI) menargetkan dapat meraup dana segar Rp 208 miliar lewat IPO.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI) akan menggelar penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada awal bulan depan. Emiten yang bergerak di industri telekomunikasi ini akan melepas 1,16 miliar saham atau setara 20% saham.

Mengutip prospektus yang dipublikasikan perusahaan, harga yang akan ditawarkan saat IPO akan berada di rentang Rp 160 - Rp 180 sehingga dana segar yang diraup akan mencapai Rp 208 miliar. PMUI telah menunjuk Korea Investment and Sekuritas Indonesia Tbk sebagai penjamin dan pelaksana emisi efek.

PMUI adalah perusahaan distributor untuk produk dari XL yang dikeluarkan PT XL Smart Tbk (EXCL).  Prima Multi berawal dari sebuah toko kecil yang bergerak di bidang usaha telepon seluler dengan melakukan penjualan telepon seluler bekas, simcard dan aksesoris telepon ke ritel dengan skala kecil pada 1998.  

PMUI berhasil mengembangkan usahanya dari satu toko kecil di Cirebon menjadi 11 toko di Cirebon dalam rentang waktu 1999 – 2001. Perusahaan pun mulai menjadi  menjadi distributor Telkomsel, Indosat, Fren dan Esia sejak 2002.

Prospek Industri Telekomunikasi  

Industri telekomunikasi Indonesia diproyeksikan terus bertumbuh pesat seiring dengan meningkatnya permintaan konektivitas dan ekspansi infrastruktur digital. Mengacu laporan Mordor Intelligence, nilai pasar sektor ini diperkirakan mencapai US$ 18,12 miliar pada 2025 dan meningkat menjadi US$ 23,97 miliar pada 2030, dengan laju pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) sebesar 5,76%.

Pertumbuhan pasar dipacu oleh peningkatan jumlah pengguna serta naiknya pendapatan per pengguna seiring pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, penetrasi koneksi seluler juga terus meningkat.  

Per awal 2024, Indonesia mencatatkan 353,3 juta koneksi seluler aktif atau setara 126,8% dari total populasi. Angka ini mencerminkan pertumbuhan sebesar 2,5 juta koneksi dibandingkan awal tahun lalu, menandakan adopsi teknologi komunikasi yang sangat tinggi dan membuka peluang besar bagi layanan digital di masa mendatang.

Kondisi ini turut diperkuat oleh kebijakan pemerintah yang mendorong persaingan sehat dan keterbukaan investasi di sektor telekomunikasi, khususnya untuk layanan seluler.

Merger XL-Smartfren Ciptakan Entitas Baru Bernilai Rp 104 Triliun

Salah satu momentum besar dalam industri adalah merger antara PT XL Axiata Tbk dengan PT Smartfren Telecom Tbk dan PT Smart Telecom, yang melahirkan entitas baru bernama PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (XLSmart). Nilai gabungan pra-sinergi merger ini mencapai lebih dari Rp104 triliun atau sekitar US$ 6,5 miliar.

Penggabungan ini diproyeksikan akan meningkatkan kekuatan operasional, keuangan, dan kapasitas inovasi untuk memperluas jangkauan layanan dan memperkuat konektivitas digital di seluruh Indonesia. XLSmart akan mendorong investasi infrastruktur digital dan menciptakan lanskap persaingan yang lebih sehat dan efisien di industri.

Bagi perseroan, merger ini menjadi peluang strategis. Selama ini, Perseroan merupakan salah satu distributor utama produk XL Axiata, dengan penguasaan sekitar 35% dari total jangkauan XL. Pangsa pasar milik Smartfren dan Smart Telecom yang kini melebur dengan XL membuka peluang ekspansi distribusi bagi Perseroan ke wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh kedua entitas tersebut.

Optimisme Ekonomi Dongkrak Permintaan Aksesoris HP

Selain produk utama layanan telekomunikasi, pasar aksesoris handphone juga menunjukkan prospek positif. Laporan NielsenIQ “Mid-Year Consumer Outlook: Guide to 2025” menyebutkan bahwa konsumen Indonesia cenderung tetap berbelanja produk kebutuhan meski terjadi kenaikan harga.

Studi tersebut menunjukkan bahwa 38,4% konsumen Indonesia merasa kondisi ekonominya lebih baik, jauh di atas rata-rata global yang mencatatkan persepsi negatif 2,6%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil, dengan proyeksi PDB 2025 naik menjadi 5,2%, menopang daya beli konsumen. 

Mengingat konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari 54% terhadap PDB, permintaan terhadap produk penunjang gaya hidup seperti aksesoris handphone diperkirakan tetap tinggi.

Rencana Usai IPO

Sekitar 26,76% dana hasil IPO setelah dikurangi biaya emisi akan digunakan untuk membeli tanah dan bangunan milik pihak afiliasi, yakni Direktur Utama Agus Susanto, yang berlokasi di Jl. Tuparev No. 87 A, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Selanjutnya, sekitar 29,73% dana akan disalurkan sebagai pinjaman kepada anak usaha, PT Graha Prima Mentari Tbk, dengan suku bunga 9% dan tenor lima tahun. Pinjaman tersebut akan digunakan anak usaha untuk pembelian tanah yang memiliki sumber mata air sebesar 33,33%, pelunasan utang pokok kepada PT Bank Mandiri Tbk sebesar 33,33%, pembelian mesin produksi air minum dalam kemasan sebesar 30%, serta kebutuhan modal kerja lainnya.

“Sisanya akan digunakan untuk modal kerja Perseroan berupa pembelian persediaan,” tulis manajemen dalam prospektus, Selasa (24/6). 

Kebijakan Dividen

Terkait aksi bagi-bagi dividen, perusahaan berencana membagikan dividen tunai hingga 50% dari laba bersih mulai tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2025. Namun, pembagian dividen tetap mempertimbangkan hasil usaha, arus kas, kebutuhan investasi, dan ketentuan regulasi yang berlaku.

Kinerja Keuangan PMIU

Perseroan mencatatkan penurunan penjualan neto pada tahun buku 2024 sebesar 7,60% dari Rp 3,49% pada 2023 menjadi Rp 3,22 triliun. Koreksi ini terutama disebabkan oleh turunnya penjualan barang sebesar 8,01% dari Rp 3,28 triliun menjadi Rp3,02 triliun. Pendapatan dari jasa dan komisi juga ikut terkoreksi tipis sebesar 0,92% menjadi Rp 202,78 miliar.

Manajemen menjelaskan, penurunan pendapatan jasa dipengaruhi oleh penyesuaian struktur Key Performance Indicator (KPI) yang diterapkan oleh principal. Meski KPI pada 2024 lebih terbuka dibanding 2023, secara keseluruhan pendapatan masih menunjukkan ketahanan di tengah penurunan penjualan barang.

Di tengah penurunan pendapatan, laba bersih tahun berjalan justru mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,06% menjadi Rp 49,63 miliar dari Rp47,69 miliar pada 2023. Peningkatan ini didorong oleh efisiensi pada beban pokok penjualan serta biaya umum dan administrasi sepanjang tahun berjalan. 

Jadwal IPO PMUI:

  • Masa Penawaran Awal : 24 Juni 2025 – 26 Juni 2025
  • Tanggal Efektif : 30 Juni 2025
  • Masa Penawaran Umum Perdana Saham : 2 Juli 2025 – 4 Juli 2025
  • Tanggal Penjatahan : 4 Juli 2025
  • Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik : 7 Juli 2025
  • Tanggal Pencatatan Saham Pada Bursa Efek Indonesia : 8 Juli 2025

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...