Profil Konglomerat Peter Sondakh, Bos Rajawali Group yang Tunda Lepas Saham ARCI
Perusahaan konglomerat milik taipan Peter Sondakh, PT Rajawali Corp dikabarkan menunda rencana untuk menjual sebagian besar sahamnya di PT Archi Indonesia Tbk. Hal ini seiring membaiknya kinerja keuangan perusahaan di tengah melonjaknya harga emas global.
Saat ini, Rajawali menguasai 85% kepemilikan saham dan menjadi pengendali di emiten dengan kode ticker ARCI itu. Kini saham ARCI telah meroket 147,98% secara year to date (ytd) dan melesat 129,48% dalam enam bulan terakhir.
Direktur Utama ARCI Rudy Suhendra dalam publik ekspose pekan lalu mengatakan perusahaan meyakini memiliki fundamental yang baik dengan produksi pernah mencapai ~200 koz. Menurut Rudy saat ini perseroan telah menyelesaikan berbagai proyek infrastruktur pendukung salah satunya dengan peningkatan kapasitas dan kualitas produk pabrik pengolahan.
“Harapan kami dari tahun 2025 dan seterusnya dengan alat-alat berat penambangan yang baru produktivitas akan menjadi lebih tinggi dan biaya pemeliharaan akan jadi lebih rendah,” ujar Rudy seperti dikutip Rabu (25/6).
Pada kuartal I 2025, ARCI mencatatkan laba bersih sekitar US$ 10.4 jut. Selanjutnya di kuartal II 2025 Rudy menjelaskan produksi ARCI mengalami peningkatan sekitar 50%. Ia optimistis di kuartal II laba bersih Perseroan akan lebih tinggi dibanding kuartal I.
“Apabila harga emas bisa mencapai AS$4.000/oz, tidak menutup kemungkinan laba bersih Perseroan tahun ini bisa menjadi 10x lipat dari tahun sebelumnya,” ujar Rudy lagi.
Lalu siapa sosok Peter Sondakh, bos Rajawali Group yang nyaris jual ARCI?
Profil Peter Sondakh
Peter Sondakh merupakan pimpinan Rajawali Corpora, sebuah perusahaan investasi yang didirikan pada tahun 1984 dengan portofolio bisnis yang mencakup sektor perhotelan, media, dan pertambangan. Ia masuk dalam daftar orang terkaya versi Forbes Billionaire dengan posisi 28 di Indonesia dan 1.763 di dunia dengan kekayaan US$ 2,3 miliar atau setara Rp 14,37 triliun.
Melalui Rajawali Property, yang dibentuk pada 1989, Sondakh memiliki sejumlah properti ikonik seperti hotel Four Seasons di Jakarta serta St. Regis di Jakarta dan Bali.
Selain properti, Sondakh juga memiliki kepemilikan di bidang layanan internet melalui Velo Networks dan stasiun televisi Rajawali Televisi. Di sektor pertambangan, ia kembali mencatatkan perusahaannya, Archi Indonesia, di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2021.
Pada 2023, Sondakh melego hampir 84% sahamnya di perusahaan tambang batu bara Indonesia, Golden Eagle Energy, kepada Geo Energy yang berbasis di Singapura. Nilai transaksi tersebut mencapai sekitar US$ 200 juta.
Hingga 24 Juni 2025, menurut Forbes, pria berumur 75 tahun itu menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia. Kekayaan bersih Peter Sondakh tercatat sebesar US$ 2,4 miliar atau Rp 39,10 triliun. Ia menempati peringkat 28 orang terkaya di Indonesia dan deretan orang terkaya ke 1.763 di dunia.
Mengutip laporan Bloomberg, sebelumnya sumber yang mengetahui hal tersebut menjelaskan, keputusan ini diambil setelah melihat laba bersih Archi Indonesia pada kuartal pertama 2025 mencapai US$ 10,28 juta atau sekitar Rp 169,01 miliar. Torehan itu berbalik dari kondisi rugi US$ 4,18 juta atau Rp 68,80 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Laba Archi Indonesia sempat turun dalam tiga tahun terakhir. Perusahaan membukukan laba bersih pada tahun lalu US$ 10,45 juta, anjlok hingga 28,2% dibandingkan tahun sebelumnya US$ 14,56 juta.
| Kuartal I | Tahun Bersih Buku 2024–2022 | ||||
| Maret 2025 | Maret 2024 | 2024 | 2023 | 2022 | |
| Laba/(Rugi) | US$ 10,28 juta | (US$ 4,18 juta) | US$ 10,45 juta | US$ 14,56 juta | US$ 14,55 juta |
| Pendapatan | US$ 90,77 juta | US$ 57,01 juta | US$ 287,61 juta | US$ 249,63 juta | US$ 216,47 juta |
Sumber: Laporan keuangan Archi Indonesia, data diolah penulis
Kinerja ARCI terdongkrak oleh melonjaknya harga emas yang naik hampir 30% sepanjang tahun ini. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah menyebabkan lonjakan pada permintaan safe-haven, seperti emas. Kenaikan harga emas juga didorong oleh aksi borong bank-bank sentral dunia.
Pada 2023, Rajawali diketahui bekerja sama dengan penasihat keuangan untuk melihat peluang divestasi saham Archi. Meski saat ini penjualan ditunda, peluang kemungkinan pengendali untuk melepas ARCI masih ada seiring evaluasi yang terus berlangsung.
