OJK Ungkap 13 Perusahaan Bersiap IPO, Nilai Ditaksir Capai Rp 16 Triliun
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan hingga Jumat (8/8), telah ada 13 perusahaan yang tercatat dalam pipeline penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar memprediksi nilai indikatif dari IPO 13 perusahaan tersebut mencapai Rp 16,65 triliun.
Mahendra mengatakan pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan ditutup di posisi Rp 7.533 dengan kenaikan sebesar 6,41% sejak awal tahun (year to date). Adapun nilai kapitalisasi pasar menguat sebesar 9,88% menjadi 13.557 triliun.
Sementara itu surat utang menunjukkan pertumbuhan positif dengan Indonesia Composite Bond Index ditutup di level 421,81 dengan kenaikan 7,42%. Aktivitas penghimpunan dana dari Pasar Modal telah mencapai 144,78 triliun dengan 16 emiten baru yang melantai di BEI sejak awal tahun ini.
Seiring dengan pertumbuhan pasar modal Indonesia, Mahendra menyampaikan, BEI telah mendapatkan pengakuan internasional terhadap reputasi tata kelola komitmen Indonesia yang dalam gelaran ASEAN Corporate Government Sponsors and Awards 2025 di Malaysia bulan lalu.
“Indonesia mencatat kenaikan skor rata-rata nasional untuk ASEAN Corporate Government, SCOPA atau ACGS, 9% yang merupakan kenaikan tertinggi di kawasan ASEAN,” kata Mahendra dalam pembukaan acara Hari Ulang Tahun ke 48 BEI di Main Hall Senin (11/8).
Dia melanjutkan, sebanyak empat emiten Indonesia berhasil masuk dalam top 50 ASEAN, dua di antaranya adalah emiten perbankan yang menduduki posisi sepuluh perusahaan terbaik di ASEAN. Selain itu perusahaan Indonesia yang masuk dalam kategori ASEAN ASET Plus juga meningkat signifikan dari 9 menjadi 23 perusahaan.
“Capaian ini mencerminkan hasil nyata dari berbagai inisiatif pembinaan dan pengawasan yang secara konsisten dilakukan oleh OJK yang terus mendorong tata kelola perusahaan secara transparan, akuntabel, dan berkelanjutan sekaligus membuat posisi pasar menengah Indonesia di tingkat ASEAN,” ujarnya.
Mahendra menjelaskan dalam lini bursa karbon, selama satu tahun ke belakang, nilai transaksi meningkat. Pada 8 Agustus 2025 mencapai Rp 7,95 miliar dan volume transaksi melampaui 1,59 juta ton CO2 ekuivalen.
“Ke depan dengan telah ditunjukkannya perdagangan karbon internasional melalui bursa karbon di Indonesia, maka nilai transaksi bursa karbon diharapkan dapat terus meningkat,” ujarnya.
Dia juga mengatakan OJK juga terus berupaya dengan kekuatan regulasi untuk meningkatkan kapasitas pelaku pasar dan mendorong inovasi dalam penerapan ESG untuk memungkinkan pasar modal yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Di sisi lain, Direktur Utama PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia, Iding Pardi menyampaikan, hingga saat ini pasar modal Indonesia telah mencatatkan lebih dari seribu perusahaan dengan total investor lebih dari 17 ribu.
“Peningkatan juga terjadi dengan rata-rata nilai transaksi telah mencapai Rp 13 triliun perhari,” kata Iding.
Iding juga optimistis terhadap peluang pertumbuhan jumlah investor di pasar modal Indonesia ketika depannya. Hal itu juga diiringi oleh kemungkinan tercapainya stabilitas ekonomi domestik, kemajuan teknologi digital, dan pengembangan teknologi untuk pengawasan.
