Adu Kinerja Emiten Kawasan Industri Konglomerasi KIJA, DMAS, SSIA, Siapa Unggul?

Karunia Putri
13 Agustus 2025, 06:24
Kawasan industri
ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY
Suasana aktivitas Pusat Logistik Berikat (PLB) Cikarang Dry Port, Jl. Dry Port Raya Cikarang Utara, Bekasi, Jawa Barat, Jumat, (23/09).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Perusahaan pengembang kawasan industri membukukan kinerja yang beragam selama semester pertama pertama tahun ini. Kinerja keuangan tersebut dilaporkan kepada publik sebagai transparansi keuangan perseroan sebagai perusahaan terbuka.

Di antara emiten yang masuk dalam sektor tersebut adalah PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA), PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) dan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)

Perusahaan pengembang kawasan Jabadeka (KIJA) menorehkan kenaikan laba bersih sebesar 523% selama paruh pertama 2025. Sementara laba Puradelta justru menyusut sebesar 46,09% secara yoy. Adapun Surya Semesta mencatatkan rugi sebesar Rp 32 miliar pada semester ini.

Lantas bagaimanakah kinerja ketiga emiten tersebut bila berdasarkan laporan kinerja keuangan perseroan? 

Laba Kawasan industri (KIJA) Meroket 523%

Entitas pengembang kawasan industri Jababeka di Cikarang, Jawa Barat dan Kendal di Jawa Tengah mencatatkan laba sebesar Rp 310,65 miliar selama paruh pertama 2025. Angka tersebut naik 523,54% dibandingkan dengan laba bersih perseroan pada semester 1 2024 sebesar Rp 49,82 miliar.

Penjualan dan pendapatan jasa KIJA juga melonjak menjadi Rp 2,72 triliun dari Rp 2,38 triliun secara tahunan. Seiring dengan lonjakan penjualan tersebut, beban pokok penjualan KIJA juga naik menjadi Rp 1,60 triliun dari Rp 1,36 triliun.

Rincian penjualan KIJA selama satu semester ini yaitu, penjualan tanah matang Rp 1,33 triliun, tanah beserta rumah sebesar Rp 22,68 miliar, ruang perkantoran dan rumah toko sebesar Rp 27,14 miliar dan tanah beserta bangunan pabrik sebesar Rp 18,33.

Kemudian ada penjualan apartemen senilai Rp 9,94 miliar, pembangkit tenaga listrik senilai Rp 849,07 miliar, jasa dan pemeliharaan sebesar Rp 250.22 miliar, dry port sebesar Rp 121,29 miliar, golf sebesar Rp 40,70 miliar, penyewaan ruangan perkantoran, pabrik dan rumah toko sebesar Rp 28,57 miliar, pariwisata senilai Rp 16,01 miliar, kondominium senilai Rp 900 juta serta pendapatan dari agribisnis Rp 5,58 miliar.

DMAS Catat Penyusutan Laba 46,09%

Perusahaan kawasan industri selanjutnya, Puradelta (DMAS) membukukan penyusutan laba bersih sebesar 46,09% menjadi Rp 433,01 miliar dari Rp 803,27 miliar secara tahunan.

Sementara itu, penjualan perseroan juga mengalami penurunan menjadi Rp 613,35 miliar dari Rp 1,20 triliun secara yoy. Seiring dengan penurunan penjualan, beban pokok penjualan perseroan juga menyusut menjadi Rp 183,71 miliar dari Rp 363,61 miliar yoy.

Selama rentang Januari hingga akhir Juni 2025, pendapatan perseroan diperoleh dari penjualan industri, perumahan, komersial dan komponen bunga senilai Rp 597,17 miliar, dari sektor penyewaan sebesar Rp  8,30 miliar dan pendapatan dari hotel sebesar Rp  7,87 miliar.

“Segmen industri masih menyumbang kontribusi utama yaitu Rp 553,5 miliar atau sekitar 90% dari total pendapatan usaha di paruh pertama tahun 2025” ujar Direktur DMAS Tondy Suwanto dalam keterangan resmi dikutip Selasa (12/8). 

Surya Semesta (SSIA) Bukukan Rugi Rp 32 Miliar

Lalu, emiten pengembang kawasan industri Subang Smart Politan, Surya Semesta (SSIA) mencatatkan rugi pada semester pertama tahun ini sebesar Rp 32,34 miliar. Keadaan tersebut berbalik pada kondisi keuangan SSIA pada semester pertama tahun lalu dengan catatan laba sebesar Rp 105,62 miliar.

Torehan tersebut tercermin dari turunnya pendapatan usaha perseroan dari Rp  2,34 triliun menjadi Rp 2,11 triliun secara yoy. 

Pendapatan SSIA diperoleh dari pendapatan konstruksi sebesar Rp 1,56 triliun, pendapatan dari hotel sebesar Rp 210,55 miliar, tanah kawasan industri Rp 167,16 miliar, jasa pemeliharaan dan utilitas sebesar Rp 162,50 miliar dan pendapatan dari penyewaan sebesar Rp 9,02 miliar.

Seiring dengan kenaikan rugi yang diperoleh perseroan, beban pokok pendapatan DMAS juga ditekan menjadi Rp 1,67 triliun dari Rp 1,72 triliun secara yoy. Kenaikan beban tertinggi berasal dari bagian laba entitas ventura bersama yang melonjak menjadi Rp 1,60 triliun dari Rp 20 miliar yoy.



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...