Saham Telkom (TLKM) Melonjak 16% Usai Diborong Asing, Begini Prospek Bisnisnya
Investor asing gencar memborong saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan akumulasi beli bersih atau net buy mencapai Rp 1,45 triliun. Harga sahamnya pun melesat 16% sejak awal pekan hingga Kamis (14/8). Namun, bagaimana sebenarnya prospek bisnisnya?
PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) berencana memfokuskan portofolionya menjadi empat lini utama dalam lima tahun ke depan. Portofolionya, mencakup bisnis B2C, B2B Infrastruktur, B2B ICT untuk pelanggan korporasi, serta bisnis internasional.
“Jadi kira-kira, hanya empat portfolio itu. Telkom arahnya akan ke sana,” kata Direktur IT Digital, Faizal Rochmad Djoemadi, di Jakarta, Kamis (14/8).
Faizal menjelaskan, pembagian portofolio Telkom dibuat dengan pendekatan sesuai kebutuhan konsumen atau customer centric. Pembagian bisnis dilakukan dengan mempertimbangkan jenis pelanggan.
Segmen B2C mencakup konsumen ritel, individu, hingga rumah tangga, sedangkan segmen portofolio B2B Infrastruktur mengincar operator telekomunikasi lain atau other licensed operator yang memanfaatkan infrastruktur Telkom dalam skala besar.
Telkom Indonesia pun berkomitmen akan mengembangkan bisnis enterprise sebagai salah satu tulang punggung pertumbuhan kinerja perusahaan.
Direktur Enterprise & Business Service Telkom Indonesia, Veranita Yosephine menjelaskan, kontribusi segmen bisnis enterprise terhadap total pendapatan dan ekosistem Telkom saat ini masih di bawah 20%. Jika dibandingkan dengan perusahaan telekomunikasi di negara lain, seperti di Singapura, Prancis, Australia, maupun negara-negara Eropa lainnya, porsi pendapatan dari segmen enterprise di Telkom tergolong lebih rendah.
“Mayoritas dari mereka memiliki kontribusi pendapatan dari unit bisnis korporat, yaitu unit yang melayani segmen korporat dan bisnis lebih dari 30%, dan kami masih di bawah angka tersebut,” ucap Veranita.
Menurut dia, kondisi ini justru membuka peluang pertumbuhan yang besar bagi Telkom. Ia optimistis dalam lima tahun ke depan, Telkom menargetkan bisnis enterprise menjadi penggerak utama pertumbuhan pendapatan Grup. Sejalan dengan itu, kontribusi portofolio bisnis korporasi diharapkan dapat melampaui 30% dan bisa menyesuaikan dengan standar global.
“Semua orang berlomba-lomba masuk ke platform digital, dan kami masih memiliki celah terkait potensi yang bisa dikembangkan dibandingkan dengan benchmark global lainnya,” kata dia.
Kinerja Telkom Semester I 2025
PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) membukukan laba yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp 10,98 triliun pada semester I 2025. Torehan turun 6,68% dibanding laba semester I tahun lalu (year-on-year/yoy) yang mencapai Rp11,76 triliun.
Sejalan dengan itu, pendapatan TLKM juga menyusut 3,03% (yoy) menjadi Rp 73 triliun. Pendapatan TLKM paling banyak pada semester I 2025 berasal dari segmen data, internet, dan jasa teknologi informatika dengan nilai Rp 44,25 triliun.
Kemudian pendapatan dari IndiHome Rp13,25 triliun; segmen interkoneksi Rp 4,96 triliun; telepon Rp3,07 triliun; jaringan Rp1,84 triliun; dan pendapatan layanan lainnya Rp4,14 triliun.
Menurut Direktur Utama Telkom Dian Siswarini, mereka akan terus mempercepat eksekusi strategi transformasi demi memperkuat daya saing di tengah tantangan industri yang dinamis.
"Selain itu, kami juga secara konsisten memperkuat penerapan tata kelola sebagai fondasi utama perusahaan, serta mendorong implementasi budaya kerja," kata Dian dalam siaran pers, Jumat (1/7).
Hingga akhir Juni 2025, TLKM memiliki aset senilai Rp293,8 triliun. Nilainya turun 1,96% dibanding akhir Desember 2024 yang sebesar Rp299,68 triliun.
