ADHI Ungkap Kabar Terbaru Proyek LRT Jabodebek Tahap II di Tengah Upaya Merger

Karunia Putri
8 September 2025, 13:03
LRT
ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/rwa.
Foto udara proyek pembangunan stasiun LRT Jakarta Fase 1B di Jalan Pemuda, Jakarta, Jumat (22/8/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Emiten pelat merah, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mengungkapkan proses penggabungan perusahaan (merger) dengan Brantas Abipraya dan Nindya Karya di tengah penggarapan proyek LRT Jabodebek tahap II. Direktur Utama Adhi Karya, Entus Asnawi Mukhson mengatakan, saat ini Adhi Karya tengah mempersiapkan segala hal menuju merger, termasuk memproyeksikan proyek masing-masing entitas ke depannya.

“Memang kami sedang menunggu keputusan dari Danantara bagaimana nantinya. Karena di dalam integrasi ini ada perusahaan terbuka seperti Adhi Karya dan tiga lainnya, kemudian ada juga yang non terbuka,” kata Entus dalam Public expose Live 2025 BEI secara virtual, Senin (8/9).

Menurut Entus, integrasi antar BUMN Karya bukanlah pilihan terhadap perusahaan. Merger menurut dia merupakan keniscayaan untuk memperbaiki kinerja keuangan perseroan, meningkatkan daya saing hingga memperbaiki pengelolaan kompetensi yang dimiliki perusahaan-perusahan tersebut.

Entus menjelaskan, proyek LRT Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (Jabodebek) tahap II akan tetap berlanjut setelah berdiskusi dengan Dirjen Perkeretaapian. Menurutnya, proyek LRT yang terdiri dari dua tahap tersebut dibangun berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 98 tahun 2015.

Ia menyatakan, saat ini perseroan sedang mencari sumber pendanaan untuk proyek LRT tahap II ini. Sementara itu, untuk proyek LRT tahap I, perseroan telah melakukan serah terima dengan pemiliknya. 

Adapun LRT tahap I menelan biaya sebesar Rp 25,5 triliun, sementara Adhi Karya telah menerima pembayaran sebesar Rp 23,2 triliun. Ia menjelaskan untuk pembangunan LRT tahap II kisaran pendanaan sama dengan LRT tahap I.

“Kami bersama-sama sedang mencari bagaimana solusi pendanaan untuk pembangunan tahap yang kedua ini. Bagaimana lebih banyak melibatkan misalnya dana-dana di luar pemerintah untuk bekerjasama dengan KAI,” katanya.

Sejak resmi berada di bawah Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) pada April lalu, komposisi kepemilikan saham Adhi Karya terbagi menjadi 64% Danantara dan 36% publik.

Hingga Juli 2025, perseroan telah mendapatkan kontrak baru senilai Rp 3,8 triliun. Di mana, kontrak tersebut berasal dari 85% bidang konstruksi, 9% dari kontrak rumah sakit dan properti, 2% bidang manufaktur dan 4% dari investasi dan konsesi.

Adapun sumber dana kontrak tersebut berasal dari 44% dana dari BUMN, 22% dari APBN dan APBD, 16% dari swasta dan 1% dari loan.

Hingga akhir tahun, Adhi Karya memperoleh tiga kontak, di mana satu di antara telah selesai, yakni kontrak Hybrid Wind Tree Probowangi senilai Rp 4,8 miliar. sementara kontrak CHF ICB PTBA senilai Rp 609,8 miliar serta proyek FEED OLNG Inpex Masela senilai Rp 60 miliar masih berjalan.

Rencana dan Strategi ADHI hingga Akhir 2025

Adhi Karya menyiapkan lima strategi utama yang akan dijalankan hingga akhir 2025. Strategi pertama, perseroan akan melakukan refocusing segmentasi kontrak infrastruktur pada sektor BUMN/D serta swasta, termasuk meningkatkan partisipasi di sektor industri dan hilirisasi.

Lalu, Adhi Karya berfokus menyelesaikan masalah asset & liability mismatch untuk meningkatkan likuiditas sekaligus mengurangi beban bunga. Kemudian optimalisasi biaya overhead akan dilakukan melalui peningkatan efektivitas dan efisiensi operasional, yang didukung oleh digitalisasi proses bisnis berbasis Enterprise Resource Planning (ERP).

Selanjutnya, penguatan implementasi prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) guna mengoptimalkan peluang bisnis berbasis lingkungan, serta perseroan menegaskan komitmen pemenuhan kewajiban melalui penerimaan proyek baru serta pelaksanaan rencana aksi korporasi.

Kinerja PT Adhi Karya Tbk (ADHI) 

Adhi Karya (ADHI) mencatatkan penurunan kinerja sepanjang paruh pertama tahun 2025. Emiten dengan kode saham ADHI ini mencetak laba bersih sebesar Rp 7,54 miliar hingga 30 Juni 2025, turun 45,24% dari Rp 13,77 miliar selama semester pertama 2024.  

Sejalan dengan penurunan laba perusahaan, pendapatan usaha ADHI menurun sebesar 32,89% menjadi Rp 3,81 triliun dari Rp 5,68 triliun secara tahunan.

Pendapatan ADHI selama enam bulan pertama tahun 2025 diperoleh dari bisnis teknik dan konstruksi sebesar Rp 3,11 triliun, bisnis properti dan pelayanan sebesar Rp 176,55 miliar, bisnis manufaktur sebesar Rp 383,26 miliar dan bisnis investasi dan konsesi sebesar Rp 136,14 miliar.  

Dengan penyusutan pendapatan, ADHI menekan beban pokok pendapatan menjadi Rp 3,23 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 5,15 triliun.



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...