Prospek Saham Medco (MEDC) Saat Jor-joran Aksi Akuisisi, Menarik Dikoleksi?

Karunia Putri
17 September 2025, 12:14
Medco Energi
m.skalanews.com
Medco Energi
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Emiten sektor minyak dan gas (migas) PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) tengah agresif melakukan ekspansi bisnis sepanjang tahun ini. Analis menilai langkah tersebut dapat menunjang harga sahamnya naik. 

Retail Research Analyst CGS Sekuritas Sharon Natasha mengatakan, aksi akuisisi terbaru yang dilakukan Medco berpotensi memperbesar cadangan minyak dan gas di masa depan. Hal ini sejalan dengan strategi perseroan untuk mengincar aset dengan potensi pertumbuhan.

“Dari sisi akuisisi ini sebenarnya cukup positif untuk perseroan,” kata Sharon dalam siaran langsung CGS Sekuritas, Rabu (17/9).

Dalam pengumuman teranyar yang disiarkan perseroan, Medco telah mengakuisisi 45% hak partisipasi Repsol di Blok Sakakemang, Sumatera Selatan senilai sekitar US$ 90 juta atau Rp 1,48 triliun. Dengan transaksi ini, Medco sekaligus menjadi operator kontrak bagi hasil atau production sharing contract (PSC) South Sakakemang.

PSC Sakakemang telah mendapat persetujuan rencana pengembangan (plan of development) dari pemerintah sejak 2024. Lokasinya berbatasan langsung dengan PSC Corridor yang juga dioperasikan Medco.

“Akuisisi ini memperkuat posisi strategis Perseroan di Sumatera Selatan serta peran kami dalam rantai nilai gas terintegrasi di Jawa,” ujar CEO MedcoEnergi Roberto Lorato dalam siaran pers, Selasa (16/9).

Sebelum diakuisisi, saham Blok Sakakemang dimiliki Repsol dengan kepemilikan sebesar 45% sekaligus operator, Petronas sebanyak 45%, dan MOECO sebanyak 10%. Akuisisi ini melengkapi ekspansi Medco setelah memenangkan lelang PSC eksplorasi Amanah di Sumatera Selatan.

Selain itu, Medco juga meningkatkan kepemilikan di PT Transportasi Gas Indonesia (TGI) menjadi 40%. TGI mengelola jaringan pipa gas bumi dari PSC Corridor menuju pembeli di Riau, Batam dan Singapura.

Sharon menerangkan, proyek yang baru diambil alih oleh Medco tersebut merupakan proyek yang dilakukan di lokasi yang belum dikembangkan atau disebut sebagai proyek greenfield, sehingga membutuhkan belanja modal atau capital expenditure (capex) besar untuk pengembangan infrastruktur dan eksplorasi. 

CGS Sekuritas memperkirakan total capex Medco hingga akhir 2025 mencapai US$ 850 juta. Jumlah ini menjadi yang terbesar sejak akuisisi ConocoPhillips Indonesia Holding Ltd. pada 2022 senilai US$ 1,35 miliar atau sekitar Rp 19,37 triliun.

Secara teknikal, saham MEDC dinilai mulai menunjukkan sinyal penguatan. CGS Sekuritas menetapkan target harga Rp 1.380 dengan level resistance di Rp 1.340–1.390 dan support di Rp 1.215–1.225. 

Sementara itu, analis BinaArtha Sekuritas, Ivan Rosanova juga merekomendasikan beli di level Rp 1.250–1.300 dengan target harga Rp 1.395, Rp 1.465, dan Rp 1.525 untuk saham Medco.

Proses Akuisisi Lainnya 

Selain Blok Sakakemang,  Medco pada tahun ini juga telah menandatangani kesepakatan dengan Repsol E&P, S.à.r.l. untuk mengakuisisi Fortuna International (Barbados), Inc yang memegang hak kepemilikan tidak langsung sebesar 24% di Blok Corridor, Sumatera Selatan. 

Medco menyebut nilai transaksi akuisisi mencapai US$ 425 juta atau Rp 6,94 triliun. Perusahaan berharap proses akuisisi ini dapat selesai pada kuartal ketiga 2025. Porsi kepemilikan saham di Blok Corridor sebelum akuisisi terdiri atas Medco E&P Grissik Ltd sebesar 46%, PT PHE Corridor sebanyak 30%, dan Repsol Corridor S.A. mencapai 24%. 

 "Akuisisi ini sejalan dengan strategi kami untuk memiliki dan mengembangkan aset berkualitas tinggi yang menghasilkan arus kas yang kuat, serta memperkuat komitmen kami terhadap pembangunan nasional, dimana gas alam menjadi tahapan penting dalam perjalanan menuju masa depan rendah karbon,” kata Direktur Utama MedcoEnergi Hilmi Panigoro, dalam siaran pers, dikutip Selasa (28/7).

Kinerja Keuangan Medco Sepanjang Semester I 2025

Medco Energi Internasional (MEDC) mencatatkan laba bersih pada semester pertama tahun ini US$ 37,18 juta atau Rp 613,29 miliar (asumsi kurs Rp 16.491 per dolar AS). Kinerja laba anjlok 81,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 200,99 juta atau Rp 3,31 triliun. 

Manajemen Medco Energi menyampaikan anjloknya laba bersih MEDC terjadi akibat turunnya harga minyak, kontribusi negatif dari PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), dan biaya dry hole sebesar US$ 8,9 juta. 

AMMN yang merupakan perusahaan patungan kongsi keluarga Panigoro dan grup Salim ini mencatatkan rugi operasional mencapai US$ 31 juta atau sekitar sekitar Rp 510,93 miliar sepanjang semester pertama 2025. 

Rugi operasional AMMN disebabkan oleh keterlambatan proses commissioning smelter baru dan fasilitas pemurnian logam mulia. Penjualan bersih perusahaan tambang tembaga dan emas ini pun rontok hingga 88,2% dari periode yang sama tahun lalu.

Adapun penjualan Medco Energi secara keseluruhan terpantau turun hingga 2,3% dari US$ 1,16 miliar pada semester I 2024 menjadi US$ 1,13 miliar atau Rp 18,76 triliun pada semester pertama 2025. Lalu EBITDA tercatat turun dari US$ 650 juta menjadi  US$ 623 juta. 

Penurunan kinerja ini terjadi di tengah harga rata-rata realisasi minyak yang turun 14% dari US$ 81 menjadi US$ 70 per barel. Di sisi lain, harga rata-rata realisasi gas tetap stabil di kisaran US$ 7 per mmbtu. 

MEDC juga mencatatkan realisasi belanja modal mencapai US$ 193 juta, yang sebagian besar dialokasikan untuk kegiatan pengeboran di Blok 60 Oman, pengembangan proyek di South Natuna Sea Block B dan Corridor, serta penyelesaian tahap pertama PLTP Ijen dan proyek PLTS Bali Timur melalui Medco Power.



Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...