Happy Hapsoro Ramai Disebut Terafiliasi CBRE, Begini Penjelasan Manajemen RAJA
Emiten suami Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani, Happy Hapsoro, PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) menjelaskan tidak memiliki hubungan kepemilikan, afiliasi, maupun kerja sama bisnis dengan PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE). Manajemen RAJA mengatakan tak memiliki afiliasi dengan CBRE baik secara langsung atau tidak langsung.
Corporate Secretary RAJA, Yuni Patinasarani, menyampaikan berdasarkan data resmi dari Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak ditemukan dokumen atau catatan apa pun yang menunjukkan adanya hubungan maupun keterlibatan antara RAJA Group dan/atau Happy Hapsoro dengan CBRE. Hubuangan juga tidak ditemukan dalam laporan kepemilikan saham publik di Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
“Kami menghargai perhatian publik terhadap perseroan dan pemegang sahamnya, namun perlu ditegaskan bahwa tidak terdapat keterkaitan apa pun antara keduanya,” kata Yuni dalam keterangan resminya, Senin (13/10).
Sebelumnya hubungan afiliasi tersebut muncul karena keterkaitan korporasi antara Hapsoro melalui PT Basis Utama Prima dengan jaringan emiten yang bersinggungan dengan CBRE. Meski begitu, Hapsoro bukanlah pengendali CBRE.
Bila menilik profil perusahaan, Suganto Gunawan tercatat sebagai penerima manfaat akhir (ultimate beneficial owner) dan saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama CBRE. Suganto juga merupakan pemilik PT Omudas Investment, pengendali CBRE dengan kepemilikan 61,13%.
Berdasarkan prospektus IPO CBRE, Suganto Gunawan menjabat sebagai Komisaris Utama, Suwito selaku Komisaris, dan Rivolinggo Pamudji selaku Komisaris Independen. Lebih lanjut, keterkaitan anggota dewan komisaris CBRE dengan Happy Hapsoro bersumber dari emiten jaringan hotel PT Red Planet Tbk (PSKT), di mana Suwito menjabat sebagai Direktur Utama. PSKT sendiri dikendalikan oleh PT Basis Utama Prima yang 40% sahamnya dipegang oleh Happy Hapsoro.
Menanggapi kabar adanya afiliasi ini, Yuni mengatakan pentingnya agar masyarakat dan pelaku pasar menilai setiap dinamika korporasi berdasarkan data fundamental dan informasi resmi. Ia mengatakan apabila menilik beberapa bulan terakhir harga di sejumlah saham di sektor energi dan jasa penunjangnya melonjak.
Yuni menyebut hal itu kemudian memunculkan spekulasi publik yang mengaitkan pergerakan saham dengan pihak-pihak tertentu. RAJA berharap penjelasan resmi tentang tidak adanya hubungan afiliasi dapat membantu menjaga integritas serta kredibilitas pasar modal Indonesia, sekaligus mendorong iklim investasi yang lebih sehat dan transparan.
PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) juga berkomitmen untuk senantiasa menjunjung tinggi prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). “Kami memahami bahwa dinamika pasar seringkali diwarnai spekulasi, apalagi saat terjadi pergerakan harga saham yang ekstrim,” tambahnya.
Di sisi lain, saham CBRE kini sudah terbang hingga 7.610% sejak awal tahun atau year to date (ytd). Secara mingguan naik 45,77% dan melesat 136,29% dalam seminggu terakhir. Meski begitu, sahamnya pada perdagangan Jumat (10/10) ditutup turun 14,83% ke Rp 1.465 dan kapitalisasi pasarnya menjadi Rp 6,65 triliun.
Rencana Besar CBRE
Bila menilik lebih jauh, lonjakan harga saham terjadi setelah CBRE mengumumkan rencana ekspansi bisnis besar-besaran, termasuk penambahan armada kapal yang akan dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 27 Oktober 2025.
Merujuk keterbukaan informasi perseroan ke BEI, terdapat tiga agenda utama dalam rapat penting itu. Pertama, persetujuan pembelian armada kapal baru untuk pengembangan usaha, dikategorikan sebagai Transaksi Material sesuai POJK No. 17/2020 kepada para pemegang sahamnya.
Kedua, penerbitan promissory note kepada pihak ketiga sebagai mekanisme pembayaran pembelian armada. Ketiga adalah perubahan kegiatan usaha perseroan, termasuk revisi anggaran dasar dan pembahasan studi kelayakan.
Sementara itu, sebelumnya, CBRE telah mengumumkan rencana akuisisi kapal pipe-laying & lifting vessel senilai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun dari Hilong Shipping Holding, anak usaha Hilong Holding Limited. Akuisisi ini akan mengubah model bisnis CBRE yang semula fokus pada kapal tunda dan tongkang menjadi penyedia jasa kapal lepas pantai (offshore vessel).
Perubahan tersebut juga akan menggeser sumber pendapatan perusahaan ke dalam denominasi dolar AS yang berpotensi meningkatkan laba bersih secara signifikan. Aksi tersebut akan memperluas kegiatan usahanya ke layanan penunjang kegiatan lepas pantai.
Misalnya pemasangan pipa bawah laut (pipe laying), dukungan pembangunan pembangkit listrik tenaga laut (offshore wind farm) hingga konstruksi kelautan lainnya. Menurut manajemen CBRE, langkah ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan infrastruktur energi laut, baik di sektor minyak dan gas (migas) maupun energi terbarukan.
“Perseroan menilai segmentasi usaha ini memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang yang menarik, margin keuntungan yang lebih menarik, serta memiliki peluang kemitraan strategis dengan kontraktor EPC dan operator energi besar baik secara nasional maupun internasional,” kata manajemen CBRE dalam keterbukaan informasi BEI dikutip Selasa (7/10).
