Menilik Rencana BRMS dari Tambang Emas Bawah Tanah, Optimistis Bakal Masuk MSCI?

Karunia Putri
13 Oktober 2025, 13:16
PT Dairi Prima Mineral, salah satu satu aset PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)
website BRMS
PT Dairi Prima Mineral, salah satu satu aset PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Emiten tambang emas yang terafiliasi Grup Bakrie, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) sedang naik daun. Kepopuleran tersebut terjadi seiring dengan sejumlah katalis positif yang diterima BRMS sehingga harga sahamnya melonjak tinggi.

Salah satu daya pikat saham BRMS adalah prospek produksi emas yang akan meningkat mulai tahun 2026. Selain itu juga muncuk ramalan saham BRMS bakal masuk indeks MSCI hingga investor asing yang terus mencatatkan net buy.

Adapun saham BRMS menjadi favorit investor asing seiring naiknya harga emas spot global yang sempat menembus level tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH) di kisaran US$ 4.000 per ounce. Sepanjang periode 6-10 Oktober 2025, saham BRMS telah dibeli sebanyak Rp 207,7 miliar oleh investor asing.

Direktur BRMS Herwin Wahyu Hidayat mengatakan prospek bisnis BRMS ke depan semakin cerah. Salah satu pendorongnya adalah pengembangan tambang emas bawah tanah (underground mining) di Poboya, Palu yang akan meningkatkan volume produksi sekaligus kadar emas yang dihasilkan. Adapun luas tambang emas BRMS di Poboya mencapai sekitar 27 ribu hektar.

Herwin menjelaskan, saat ini BRMS tengah berada pada masa pushback, yakni periode penyesuaian dalam urutan penambangan (mining sequencing). Proses ini dilakukan karena aktivitas tambang telah mencapai titik terdalam, sehingga perusahaan perlu membuka area baru untuk menggali sisa-sisa bijih emas yang belum terambil.

“Selama masa pushback ini kami belum bisa menambang di area terdampak. Jadi, pasokan ke pabrik hanya berasal dari bijih yang tersisa di inventory atau stockpile. Akibatnya, kadar emasnya terbatas, hanya sekitar 1,2 hingga 1,4 gram per ton,” ujar Herwin.

Namun, ia menambahkan bahwa setelah masa pushback selesai pada pertengahan kuartal keempat 2025, BRMS akan mulai menambang dari bukaan baru dengan kadar emas lebih tinggi, yakni 1,5 hingga 1,7 gram per ton.

Alhasil, produksi emas BRMS akan naik dibanding tahun lalu, dari 64 ribu ons menjadi sekitar 68 ribu hingga 73 ribu ons emas hingga akhir 2025. Kata Herwin, kenaikan yang signifikan baru akan terjadi pada 2026 dengan target sekitar 80 ribu ons, lalu naik ke 85 ribu ons pada 2027.

Menurut Herwin, momentum besar BRMS akan datang pada 2028, saat tambang bawah tanah mulai beroperasi penuh. Pada fase ini, kadar emas yang ditambang diperkirakan melonjak menjadi 4,9 gram per ton atau tiga kali lipat dari kadar saat ini. Dengan kapasitas produksi yang lebih besar, BRMS menargetkan output mencapai lebih dari 160 ribu ons emas pada 2028 dan naik lagi menjadi 230 ribu ons emas pada 2029.

“Produksi diproyeksikan stabil di atas 230 ribu ons per tahun selama 10–12 tahun ke depan. Ini akan menjadi game changer bagi BRMS,” kata Herwin dalam paparannya di YouTube bertajuk Lebih Mengkilap Emas atau Sahamnya, dikutip Senin (13/10).

Kisi-kisi Pembagian Dividen BRMS

Seiring dengan prospek cerah produksi emas BRMS yang akan mengerek kinerja keuangannya, Herwin menyampaikan, perseroan membuka peluang untuk membagikan dividen di masa mendatang. Namun, rencana tersebut masih harus menunggu hingga posisi retained earnings atau laba ditahan perusahaan berbalik positif.

Herwin menjelaskan, saat ini posisi laba ditahan perseroan masih defisit, meski ekuitas perusahaan tercatat sangat positif. Kondisi tersebut disebabkan oleh akumulasi kerugian selama hampir satu dekade sejak perusahaan melantai di bursa pada 2010.

“Selama periode 2010 hingga 2019, kami hanya melakukan kegiatan eksplorasi untuk menemukan cadangan. Saat itu belum ada pendapatan sama sekali, sehingga akumulasi rugi bersih menyebabkan retained earnings kami masih defisit,” ujar Herwin.

Sejak 2020, BRMS mulai memasuki fase operasional komersial dengan beroperasinya pabrik pertama. Kinerja perusahaan pun mulai mencatatkan peningkatan signifikan dari kuartal ke kuartal. Dengan tren tersebut, ia memperkirakan defisit laba ditahan akan terus menyusut dan berbalik menjadi surplus secara alami pada 2029 atau 2030. 

“Ketika posisi retained earnings sudah positif, salah satu agenda utama kami tentu adalah membagikan dividen,” ujarnya.

Herwin menambahkan, dorongan untuk segera membagikan dividen juga datang dari para pemegang saham utama, termasuk Grup Salim dan Grup Bakrie. 

“Semuanya menanyakan hal yang sama, kapan bisa bagi dividen. Jadi, ini menjadi salah satu agenda penting perusahaan yang sedang kami upayakan,” kata dia.

Harapan Masuk Rebalancing Indeks MSCI November 

Sementara dari sisi pasar modal, BRMS juga berpotensi mendapat dorongan tambahan dari rencana kocok ulang atau rebalancing indeks bergengsi MSCI pada periode November mendatang. Herwin menjelaskan, perusahaan telah lebih dulu masuk ke Market Vector Global Mining Index pada September lalu bersama dengan PT Amman Mineral International Tbk (AMMN). 

Masuknya BRMS ke indeks tersebut mendorong minat investor institusi, termasuk sejumlah Exchange Traded Fund (ETF) global. “Kami perhatikan banyak ETF fund yang masuk ke saham BRMS sejak akhir September hingga awal Oktober,” kata Herwin.

Sementara itu, perseroan sedang membidik masuk ke dalam rebalancing MSCI pada periode November mendatang. BRMS menargetkan dapat naik kelas dari MSCI Small Cap Index yang pernah terjadi pada September tahun lalu menjadi MSCI Standard Cap pada periode rebalancing November ini.

 “Kalau itu tercapai, akan semakin banyak ETF fund yang masuk. Dampaknya tentu positif bagi likuiditas dan valuasi saham BRMS,” kata Herwin.

Sementara itu, analis Samuel Sekuritas Indonesia, Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman, menilai saham BRMS berpotensi besar masuk ke dalam indeks MSCI Indonesia untuk periode November mendatang. 

Dia mengatakan, potensi reli harga di atas Rp 800 per saham dinilai dapat memenuhi syarat untuk naik kelas dari Indeks Small Cap ke MSCI Global Standard Index. Saat ini, BRMS telah menguat hingga le level Rp 950 dengan ADTV 12 bulan sebesar US$ 22,1 juta.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...