Aneka Tambang (ANTM) Kaji Akuisisi Tambang Emas Baru
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam tengah mengkaji rencana akuisisi tambang emas baru, baik di dalam maupun luar negeri. Direktur Komersial Antam Handi Sutanto mengatakan, saat ini pihaknya masih menilai aspek keekonomian dari sejumlah tambang yang potensial.
Ia menjelaskan, Antam juga mempertimbangkan peluang akuisisi melalui perusahaan afiliasinya. Namun, Handi enggan mengungkapkan di mana wilayah tambang tersebut hingga rencana itu juga belum akan direalisasikan pada tahun ini.
“Tapi mungkin di tahun depan karena udah tinggal tiga bulan nih, kajiannya banyak kan,” kata Handi ketika ditemui di Indonesia International Sustainability Forum, Jakarta Convention Center (JCC), dikutip Selasa (14/10).
Hingga September 2025, total biaya eksplorasi awal (preliminary unaudited) PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencapai Rp 176,95 miliar. Kegiatan eksplorasi tersebut difokuskan pada tiga komoditas, yaitu emas, nikel, dan bauksit.
Adapun untuk komoditas emas, Antam mengeksplorasi di Pongkor, Jawa Barat. Di area tersebut, perusahaan fokus pada kegiatan pengeboran yang mencakup in-mine drilling (bawah tanah) dan deep drilling (permukaan).
Antam sebelumnya mengatakan, sisa cadangan emas di tambang bawah tanah Pongkor, Jawa Barat, kini tersisa sekitar 5 ton. Tambang yang sudah memasuki fase pascatambang tersebut diperkirakan masih memiliki sumber daya emas sebanyak 26 ton.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam, Arianto Sabtonugroho, menjelaskan bahwa perusahaan menjaga tingkat produksi emas Pongkor di kisaran 1 ton per tahun. Hingga semester semester pertama 2025, realisasi produksi emas dari blok Pongkor telah mencapai 400 kilogram, dan Antam menargetkan total produksi mencapai 1 ton hingga akhir tahun ini.
“Jadi ini konsisten dengan rencana kerja kami untuk penambangan di akhir tahun mencapai hampir 1 ton, dengan main plan kami untuk memproduksi sisa cadangan yang tadi tersisa 5 ton,” kata Arianto saat Paparan Publik Antam 2025, Kamis (11/9) lalu.
Kinerja Keuangan Antam Semester I 2025
Hingga semester pertama 2025, Antam membukukan laba bersih sebesar Rp 4,69 triliun sepanjang semester pertama tahun 2025. Torehan tersebut naik 202,58% dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun 2024 sebesar Rp 1,55 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, emiten di bawah holding Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) ini mencatatkan penjualan pada periode Januari–Juni 2025 sebesar Rp 59,01 triliun. Penjualan ini melonjak 154,57% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 23,18 triliun.
Si sisi lain, beban pokok penjualan turut membengkak dari Rp 21,18 triliun menjadi Rp 50,78 triliun. Dari segmen penjualan, perseroan mencatatkan penjualan emas sebesar Rp 49,53 triliun, bijih nikel sebesar Rp 6,70 triliun, feronikel senilai Rp 1,16 triliun, alumina Rp 920,35 miliar, bijih bauksit Rp 542,63 miliar dan perak sebesar Rp 54,74 miliar.
Mengutip keterangan resmi perseroan, sepanjang paruh pertama 2025, Antam mencatatkan produksi feronikel sebesar 9.067 ton nikel dalam feronikel (TNi), dengan penjualan mencapai 5.763 TNi.
Volume produksi bijih nikel tercatat mencapai 9,10 juta wet metric ton (wmt), meningkat 117% dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,19 juta wmt. Sementara itu, penjualan menjual bijih nikel sebanyak 8,20 juta wmt, melonjak 144% dibandingkan tahun lalu sebesar 3,36 juta wmt. Kemudian, Antam mencatatkan total produksi emas sebesar 438 kg atau 14.082 troy oz, relatif stabil dengan capaian produksi emas tahun sebelumnya sebesar 440 kg atau 14.146 troy oz.
